" – Jadi karena itu kau akan pergi ke festival berdua ~ hmmmm!"


Pada hari yang sama aku mengunjungi kediaman Umezono: malam itu.



Di ruang tamu, aku menceritakan semuanya pada adik perempuanku.

Kami duduk berhadapan di sofa. Belakangan ini, begitulah cara kami mengobrol.

"Eto.... tidak usah dikatakan seperti itu juga..."

"Tapi…. Muramasa-chan memintamu karena kau penting baginya. Tapi kau kan sudah punya tunangan! Aku! Kita sedang jatuh cinta…! Namun dia menulis novel …itu….uhhhhh~~"



Pesona Sagiri sebagai tunanganku sangat luar biasa!

Ngomong-ngomong, aku sudah memberitahunya tentang isi novel Muramasa-senpai.


"Aku pikir dia tidak berbohong saat dia bilang itu untuk novelnya … tapi aku yakin dia menyembunyikan sesuatu."




Ada kue Montblanc di atas meja, yang sedang dilahap oleh Sagiri.


Dia memakannya lagi, dan berkata:




"Kau tahu aku tidak menyukainya, jadi kau mencoba meredam amarahku dengan kue, bukan? Aku tidak akan tertipu!"

"…………"

"……Aku ingin… pergi ke festival bersamamu juga…."



Sebagai adik perempuanku, pacarku, dan tunanganku, Sagiri tampaknya menentang keputusan yang aku buat di kediaman Umezono.


Tidak, bukan itu.


Jika peran kami dibalik, dan Sagiri menerima undangan dari penggemar pria untuk pergi ke festival bersamanya —


Aku akan keberatan. Tentu saja. Karena kita adalah sepasang kekasih.

Meskipun aku bertanya pada Muramasa-senpai "...Hanya itu saja?" bagi Sagiri, itu sudah keterlaluan.


Aku terlalu naif.

Sebagai pria, aku terlalu ceroboh. Aku pantas mendapatkan amarahnya.



"Sungguh… kau sangat teledor…."




Aku melihat Sagiri lagi, menyadari kesalahanku. Aku meminta maaf dengan tulus.



"Maaf, Sagiri."


"Ah…"





Dia terkejut. Amarahnya dengan cepat mereda.

"A, aku tidak marah…."



Menyadari suaranya masih terdengar gelisah, aku mengatakannya lagi,

"Maaf".



Dia melihat ke bawah, dan berkata:

"…Aku tidak benar-benar marah. Aku tahu apa yang dipikirkan Muramasa-chan...Aku juga mengerti apa yang ada di benakmu saat mendengar permintaan itu…"





Kami berdua prihatin tentang masalah orang lain. Kami berdua berusaha untuk mengerti.



"Jadi, aku memaafkanmu."





Ucapnya persis dengan apa yang ia pikir paling ingin aku dengar. Walaupun dia pasti benci tunangannya pergi ke festival bersama gadis lain.

"Mari kita bicarakan itu nanti."

"Tentu, terima kasih."




Lalu…


"Bagaimana kalau membiarkanku membaca cerita itu juga?"

"Eh?"



Sekarang itu merupakan sesuatu yang tidak ingin aku dengar.

"….Cerita itu…maksudmu…muramasa-senpai…?"

"Ya, cerita erotis."



…Mengerikan.

"Cerita erotis itu seru, kan? Dan karakter utamanya berdasarkan Muramasa-chan dan Nii-san! Mungkin ada karakter lain yang berdasarkan aku!"

"Yah, tapi …."



Ngomong-ngomong, tidak ada karakter yang mirip dengan Sagiri. Pemeran lelakinya punya tunangan, tapi dia sama sekali tidak mirip Sagiri. Bukan hikikomori atau ilustrator, apalagi adik tiri yang suka memakai piyama seharian.

Karena membuat karakter berdasarkan Sagiri akan memakan banyak waktu, kupikir senpai mengabaikan apa yang dia anggap tidak perlu. Jika senpai membuat karakter yang persis seperti Sagiri, maka pemeran wanitanya tidak akan memiliki kesempatan untuk menang – tentu saja, mungkin aku yang terlalu memikirkannya.

Bagaimanapun, selain novel senpai, bagiku, Sagiri adalah pemeran wanita terkuat. Dan sekarang matanya bersinar.


"Dan INI! ADALAH! NOVEL! EROTIS!"


"………"





Mengapa aku memerah saat berbicara dengannya?

Memang hebat Eromanga-sensei.

Dia mengangkat tangannya, dan menyatakan:

"Aku harus membacanya! Harus!"

"….Aku bilang dulu sebelumnya, novel ini sangat erotis bahkan menurut standarku. Apa kau masih ingin membacanya?"

"Itu sebabnya aku ingin membacanya! Wahhhh!!" Dia menutup matanya dan mulai membayangkannya.

"Novel erotis karya Muramasa-chan pasti super ero!"

"Terkadang aku heran kau itu gadis betulan atau bukan. Bagaimana bisa kau punya mentalitas seorang pria dewasa?"

"Kasar sekali! Normal saja bagi seorang ilustrator untuk tertarik pada hal-hal yang berbau erotis!"

"Walaupun itu bukan sesuatu yang kau gambar?"

"Tak masalah. Aku tidak tahu bagaimana bilangnya…tapi kita harus sering mencari hal-hal erotis…jika tidak, kita tidak akan bisa menggambar sesuatu yang erotis."



Ucapnya dengan serius. Ah, betapa kerennya. Setidaknya, sebagai sesama kreator, aku bisa memahami alasannya. Tapi kenapa aku merasa Eromanga-sensei mengatakan itu untuk menyembunyikan fakta bahwa dia juga seorang cabul?


Sagiri mengulurkan tangannya.


"Jadi, biarkan aku melihatnya. Cerita erotis Muramasa-chan."

"Bagian erotis bukanlah fokus utama cerita, oke? Kurasa Muramasa-senpai tidak akan senang mendengarnya."

"Berikan saja padaku! Aku — ingin — baca — novel erotis Muramasa-chan!"

"Sungguh…"




Bahkan saat Sagiri mendekatiku dalam mode Eromanga-sensei, aku tetap tidak ingin memberikan cerita itu padanya. Aku membawa versi cetaknya, jadi jika aku mau, aku bisa segera memberikannya padanya.



Tapi isinya…



Dia hanya menulis setengahnya, tapi aku punya firasat bahwa ini akan menjadi buku terlaris. Namun, itu bukanlah sesuatu yang harus dibaca Sagiri.

Seperti yang dikatakan Rintarou-san sebelumnya.

Jika aku membiarkan cerita ini diterbitkan, dunia tidak akan bilang kalau ini hanyalah sebuah cerita erotis.




Mungkin ini akan menjadi novel terkenal.
Novel terbaik dari jenius muda, Senjyu Muramasa.

Kisah cinta terlarang!




Seperti itu.





Atau, dalam beberapa kasus, mungkin akan disimpan perpustakaan sekolah, menjadi bahan bacaan umum. Yang, harus ku akui, akan membuatnya ribuan kali lebih buruk daripada light novel erotis pada umumnya.


Ngomong-ngomong, aku keluar dari topik. Terlepas dari penilaianku, kupikir cerita Muramasa-senpai terlalu berpengaruh buruk untuk Sagiri baca.


– Aku perlahan menutup mataku sejenak.


Saat aku membukanya kembali…


"Hah….latarnya sangat berbeda dari dunia nyata."

"Aku tidak bisa lengah di sekitarmu."



Saat aku tidak memperhatikan, dia mengambilnya sendiri dan mulai membacanya. Sama ketika ia membaca doujinshi ceritanya. Hebat sekali Eromanga-sensei; tak kusangka aku pernah berpikir kalau sebelumnya aku pernah kerepotan karena hal ini...

Oke, tak apa. Bukan salahku jika BPO Jepang terlibat. (Note: BPO semacam lembaga penyiaran swasta di Jepang, kalo disini bayangin aja KPI tapi tidak terlibat dengan pemerintah/swasta)

"Ohhhh….Wahhhh….."



Dia bahkan membuat suara aneh. Sekarang, aku bahkan jadi tidak bisa merebut naskahnya.



"Ho…ohhhhh…"





Aku sangat ingin keluar dari sini sekarang... tapi itu tidak mungkin. Aku harus tinggal.



Sudah berapa kali aku melihatnya membaca?



Pertama kali adalah saat aku melawan Yamada Elf. Hal itulah yang menyebabkan ku menciptakan Sekaimo.

Dia membaca surat cintaku sambil tersipu. Saat itu aku sangat gugup.



Sekarang, aku juga gugup. Tapi untuk alasan yang berbeda.



"Wahhhh…ya…"



Dia terdengar seperti anak SMA yang tiba-tiba menemukan majalah porno.

"Fiuh….!"



Aku punya perasaan aneh. Tidak apa kah aku untuk tetap menyaksikan ini?

"~~ Jadiiiiiii gitu."



Terkadang, dia membuat ekspresi kecewa saat membacanya.

Bagaimana bilangnya? Jika itu adalah bukuku, maka aku akan sangat senang.
Sekitar setengah jam kemudian, tiba-tiba Sagiri mendongak.

"Nii-san! Aku sudah selesai membaca!"

"Ah… begitu."



Sekarang, aku harus bilang apa?


Aku memang sedikit bersiap-siap... tapi masih saja sulit, karena adik perempuanku baru saja membaca novel erotis.


Sangat merepotkan, tapi aku harus berkata:


"Jadi, gimana?"

"Ummmmmmmmmmmmmm~~"





Sagiri ragu-ragu.



Ngomong-ngomong, dari sudut pandangku, karena pemerannya berdasarkanku, yang bisa kupikirkan hanyalah "super erotis". Tapi apa yang akan Sagiri pikirkan? Karakter mirip Sagiri tidak ada, tapi apakah dia akan membayangkan dirinya sebagai karakter dalam cerita jika ada?

"Begitu… pemeran wanitanya berdasarkan Muramasa-chan, dan pemeran prianya adalah seorang kakak laki-laki… Jelas itu kita bukan…"



Aku menunggu tunanganku selesai membaca. Jika dia terluka karena itu, maka aku perlu menghiburnya.






Dia -

"Wah, ini sangat erotis! Aku jadi panas!"







"Eh?"





Dia mengucapkan sesuatu yang aneh. Aku tidak mengiranya sama sekali.

"Fiuh…Fiuh…Wahh…!"



Sagiri tiba-tiba melompat ke atas sofa, lalu berteriak dengan semangat:

"…Pe… perasaan apa ini!? Adegan erotis antara Nii-san dan gadis lain, aku seharusnya merasa terluka …tapi … aku merasa sangat bergairah! Perasaan apa ini!?"

"Sagiri! Berhenti! Kau tidak akan bisa kembali!"



Sudah kubilang, cerita itu punya pengaruh negatif. Ini semua salah Muramasa-senpai.

Karena dia…


Sagiri…


dia…

dia telah membangunkan fetish aneh dalam dirinya!


"Ah…Aku tidak menyangka diberi pelajaran erotisme oleh Muramasa-chan… Wah… tidak kusangka Senjyu Muramasa adalah penulis yang luar biasa…. Jenius…"




Sagiri terguncang. Aku bisa bilang sekarang dia menganggap Senjyu Muramasa sebagai "master NTR"-nya.

"Mulai sekarang, aku harus memanggilnya Master Muramasa! Tidak, Dewa Muramasa!"

"Hentikan, aku akan menangis!"



Aku sangat ragu dia menulis novel ini dengan pemikiran ITU. Dia juga tidak ingin menggunakan opening yang erotis untuk memikat pembaca.

Dia sendiri bilang – kalau dia ingin Izumi Masamune menyukai ceritanya. Umezono Rintarou-san berkata — tujuan novel ini adalah untuk mencuci otak pembaca; untuk memastikan mereka dapat sepenuhnya memahami perasaan karakter.

Aku akan mengatakannya lagi: Sagiri bisa dianggap sebagai karakter lain, bukan sekadar pembaca, jadi dia akan terpengaruh oleh pengaruh penulis.


Dan hasilnya?


Bagi Sagiri, Senjyu Muramasa-sensei adalah guru yang memperlihatkan cara lain padanya.

Sekarang dia telah membangkitkan fetish NTR-nya.

Mendadak, dia menurunkan suaranya:


"Yang tadi itu hanya pendapatku sebagai ero-ilustrator."




Begitukah?

Itu artinya, selanjutnya adalah pendapat pribadi Sagiri.
Dia jadi serius.



"Novel ini adalah deklarasi perang Muramasa-chan."





Wow, wow….agak terlalu serius…


"Tentu saja kupikir dia tidak menyadarinya. Novel ini – pasti yang dipikirkan Muramasa-chan saat menghadapi cintanya."



Dia menyipitkan matanya.
…Orang cantik dengan ekspresi menakutkan terlihat cukup mengancam…

"Uhh, Sagiri…Aku pikir apa yang tertulis di sini tidak sama dengan apa yang penulis pikirkan…"



Aku sendiri, terkadang sengaja melakukan hal seperti itu, tapi aku pikir Muramasa-senpai tidak membiarkan karakternya berbicara untuknya. Apalagi di medan perang cinta ini.

"Aku bilang deklarasi perang… tapi Muramasa-chan tidak pernah menganggapku sebagai lawannya. Itu yang aku pikirkan setelah membaca cerita ini. Pemeran wanitanya hanya memikirkan pemeran prianya - selebihnya, dia tidak peduli."

"Bukankah itu… sedikit berlebihan?"



Terlepas dari apa yang aku katakan, aku agak setuju dengan Sagiri.


— Apa kerugiannya begitu besar?


Aku memeriksa ingatanku tentang tindakannya dan sadar kalau dia tidak pernah memperlakukan Sagiri seperti penghalang.

— Aku suka Sagiri. Itu saja.


Orang yang dia perhatikan bukanlah Sagiri.

— Saat dia bertengkar dengan Elf.


Elf: yang memberinya dorongan sekaligus pesaingnya.

— Kau, masih, menyukaiku?

Dia bertanya apakah aku menyukainya.
Dia terus bergerak maju demi "cintanya".

"… Un, jadi, Muramasa-chan pasti… mengira aku temannya, dan dia mungkin menyukaiku — tapi dia tidak pernah memikirkan kalau apa yang ia lakukan saat ini adalah berusaha mencurimu dariku, atau haruskah dia mundur untuk temannya?"

"Ya, dia tidak berpikir seperti itu."



Dia melakukan segalanya untuk tujuannya. Terus melihat ke depan dan mengincar mimpinya. Sepanjang jalan, dia tidak peduli jika dia akhirnya dibenci atau jika tindakannya akan menghancurkan dunia.

Setelah dia menggapai mimpinya: itu akan menjadi waktu baginya untuk memikirkan hal lain. Seperti itulah dia.


Haruskah aku bilang kalau dia lebih seperti heroine, atau final boss di RPG?


Entah aku menang atau hidup tanpa penyesalan. Beginilah cara berpikir kebanyakan antagonis.


Di sisi lain…
"Elf bilang dia 『 akan membuatku bahagia 』"

— Aku menyukai kalian berdua, Masamune, Sagiri.
— Aku ingin kalian berdua.
— Aku akan memastikan kalian berdua bahagia.


"Ya…senpai dan Elf…sangat bertolak belakang"



Dari cara mereka mencintai seseorang, hingga cara hidup mereka. Tidak heran mereka selalu berdebat. Sungguh ajaib mereka bisa menjadi teman.

"Itu sebabnya dia adalah musuhku. Baik Elf dan Muramasa-chan… walaupun metode mereka berbeda dariku, mereka… tetap memberikan segalanya. Aku tidak ingin kalah dari siapa pun… aku juga tidak ingin menyerah… Tapi aku pasti tidak ingin kalah dari Muramasa-chan. Sama sekali tidak!"



kata Sagiri. Kata-kata yang sama yang dia katakan dulu.

"Um um, jadi ya…"



Tiba-tiba, dia duduk di pangkuanku.





Seperti anak kecil yang meminta untuk dimanjakan.





"? Sagiri?"





Dia menatapku. Mata kami bertemu. Dia berkata dengan suara rendah:
"Aku ingin membuat Nii-san semakin menyukaiku. Aku tidak peduli seberapa cantiknya Muramasa-chan atau seberapa putus asa serangannya; Aku tidak akan membiarkan dia menang."




Ini pertama kalinya Sagiri mencoba memikatku.


Semenjak kami menjadi kekasih… dan bertunangan… walaupun kami sudah menghabiskan banyak waktu bersama, ini pertama kalinya dia secara aktif mencoba memikatku.



Tentu saja, yang dia lakukan hanyalah duduk di pangkuan tunangannya. Ini sebenarnya sangat normal di antara hubungan adik kakak yang sehat, jadi menyebutnya "memikat" terlalu berlebihan.



Ini lebih seperti menggoda. Tidak terlalu erotis.
Ini pertama kalinya Sagiri mengerahkan seluruh keberaniannya...untuk memikatku.


Dari sudut pandang orang luar, itu agak naif.






Tapi tidak di mataku.





"……"



Kelembutan kulitnya, wangi tubuhnya... hampir membuatku jatuh pingsan. Aku merasa sangat pusing.

Dia…tidak tahu seberapa dahsyat serangan "pesona"nya padaku!

"Aku ingin kau lebih menyukaiku" atau "Aku ingin tunanganku memanjakanku"



Dia melakukannya tanpa berpikir! Begitu polos, tanpa pembelaan apapun!

"Sa, Sagiri…! Men…jauhlah…!"



Aromanya di hidungku…kulitnya di tubuhku…!

"Gamau. Sudah kubilang, aku ingin Nii-san…lebih menyukaiku."

"Cintaku padamu sudah maksimal! Tidak bisa lebih tinggi lagi apapun yang terjadi!"

"Nggak. Nii-san harus lebih menyukaiku."
"Berhenti bergerak di pangkuanku!"

[OLI Fan Translation] Eromanga-sensei Volume 10

Aku akan mati! Cintaku pada Sagiri akan menembus batas!


"Neeee, Nii-san! Apa kau berlagak seperti itu karena aku erotis?"

"Apa kau masih berpikir kalau kamu itu tidak erotis? Sekarang kau adalah Eromanga-sensei: pikiran, tubuh, dan jiwa!"

"Aku tidak mengenal siapa pun dengan nama itu! Ngomong-ngomong, kapan kita akan membicarakan festival itu?"

"Apa kita akan berbicara seperti ini?"

"Muramasa-chan sudah menunjukkan kartu as nya, aku tidak bisa diam saja."

"Aku suka Sagiri. Tidak ada hubungannya dengan senpai yang menunjukkan kartu as nya!"
"Kuh…aku percaya padamu, tapi…"

"Tapi?"
"Aku khawatir…"



Dia bergumam, dan tersipu.

"…Aku khawatir Nii-san akan diserang selama festival, lalu aku akan menerima video erotis…"

"Kau sama sekali tidak percaya padaku!"




Seberapa dustanya kau pikir aku? Dan apa-apaan yang dia harapkan dari Muramasa-senpai?

Setelah percakapan ITU, Sagiri mendadak serius:


"Pokoknya, aku percaya padamu."

"Sunguh? Kau berfantasi tentang adegan NTR beberapa saat yang lalu. "

"Aku percaya padamu, tapi aku harus membuat persiapan untuk skenario terburuk!"




Tampaknya dia serius.

"Sekarang, ayo kita mulai 『 sesi strategi meng-counter Muramasa-chan.』"

"Okee."



Ucap Sagiri dengan riang (masih duduk di pangkuanku).
Terserah. Aku tidak peduli lagi.

"Subjek mengenai Nii-san harus pergi ke festival bersama Muramasa-chan."

"Sebenarnya… aku memang menerima ajakannya, tapi aku ada niatan untuk membatalkannya nanti."

"Tidak apa jika kau ingin pergi."
"…Boleh?"



Bagaimana jika kau menerima video erotis?

"Iya. Dengan… satu syarat."
"Syarat?"

"Ya… Setelah membaca novel semacam itu… Tidak mungkin aku bisa membiarkanmu pergi ke festival seperti biasanya."



Dia melihat ke bawah, dan dengan suara pelan:

"Selain itu… setelah membaca permintaan Muramasa-chan… aku cemburu… jadi… kau mengerti?"




Dia meminta padaku:


"Ayo pergi ke festival ... dengan semua orang."
"Maksudmu dengan Elf – dan Megumi?"

"Um. Tidak apa?"
"…Oke, bentar bentar…"



Yah, dari awal, tidak mungkin aku mengabaikan permintaan Sagiri.

"Sagiri… kau bilang… semuanya, apa itu berarti…?"
"Aku juga."

"Di luar?"
"Aku tidak bisa."



Begitu. Jadi itu berarti dia akan ikut melalui tabletku.

Pergi ke festival dengan tablet… agak aneh, tapi aku ingin membiarkan Sagiri merasakan suasana festival.


Sagiri... ingin pergi ke festival juga. Benar, ini adalah kegiatan sekolah; tentu saja dia ingin pergi:
Bersama temannya
Bersama pacarnya



Tentu saja, dia juga mungkin hanya ingin memastikan Muramasa-senpai tidak punya waktu berduaan denganku.




Jadi…




"Kupikir… Muramasa-chan ingin merasakan festival bersama semuanya, agar bisa menyelesaikan novelnya."



Novel adalah cerminan dari pikiran penulis.
Bersenang-senang bersama – layaknya gadis normal. Meski hanya untuk sehari.

Sagiri tidak normal. Seperti Muramasa-senpai.

"Aku ingin baca bagian selanjutnya novel Muramasa-chan, dan dia adalah temanku… aku… tidak bisa mengabaikan hal-hal yang tak penting macam dia."



Tidak seperti Elf, Sagiri tidak bisa mengabaikan musuhnya begitu saja. Tapi tidak seperti Muramasa-senpai, dia tidak bisa memaksakan dirinya untuk terus maju.

"Aku tidak bisa melepasmu… tapi aku ingin membantunya menulis. Aku ingin memiliki 『 pengalaman masa muda 』. Aku tidak bisa pergi ke festival sendirian… tapi… selama semua orang pergi bersama… itu sudah cukup."

"…Apa itu benar-benar cukup?"





Sagiri yang dulu tidak akan pernah mengatakan itu.
Bukan karena ia mengabaikan 『 hal-hal yang tidak perlu 』.




Tapi karena dia tidak pernah berpikir dari sudut pandang orang lain.




Aku pun tersenyum:

"Begitu. Lalu aku akan memberitahu semua orang."
"Um"



Angguk Sagiri dengan riang.

"Nii-san, Muramasa-chan bilang dia bisa menggunakan adegan ini sebagai referensi."



Jadi dia hanya tidak ingin lanjut membacanya, ya?
Tanpa ada pilihan lain, aku menyetujui permintaannya dan memanggil Muramasa-senpai.


— Pergi ke festival dengan semua orang.


Ini mungkin akan menjadi permintaan yang sulit untuknya. Tentu saja, aku tahu kalau memaksanya akan membuat senpai merasa sulit.

"…Tidak masalah. Karena aku berencana untuk pergi selama akhir pekan, semua orang bisa ikut juga."



Namun dia menerimanya tanpa kesulitan.

"Apa itu tidak masalah, senpai?"

"Tentu saja. Kupikir permintaan Sagiri cukup masuk akal. Tapi sangat disayangkan aku tidak bisa pergi berdua bersamamu."

"Maaf. Aku lebih dulu menerima ajakanmu, tapi sekarang aku malah berubah pikiran. "

"Jangan khawatirkan itu. Namun… kalau kau memang khawatir, aku boleh menambah permintaan lain?"

"Tentu saja. Selama itu adalah sesuatu yang bisa aku lakukan."
"Begitu. Terima kasih, Masamune-kun."




Apa yang aku maksud adalah: "Aku bisa melakukannya selama Sagiri tidak membencinya."


Senpai berkata:

"Festival ini akan berlangsung selama tiga hari, dan akan dibuka untuk umum mulai hari kedua. Aku ingin semua orang datang selama waktu itu, saat ada banyak kegiatan di sekitar. Meskipun kita tidak bisa menghabiskan waktu berduaan, aku masih bisa merasakan banyak perasaan. Bukan hanya kebahagiaan, tapi juga kesuraman dan depresi. Aku pikir ini adalah masa muda yang Sagiri bicarakan. Aku ingin merasakannya, untuk menulis ceritaku."




Cerita yang hanya bisa ia tulis sekali dalam hidupnya.






Cerita tentang "cinta masa muda".





Aku bisa merasakan semangatnya walau lewat telepon.
Jika aku bertemu dengannya sebelum aku bertemu Sagiri, aku pasti akan jatuh cinta padanya.

"Setelah hari kedua, aku akan menyelesaikan novelku. Kupikir aku akan melewatkan setidaknya setengah dari hari ketiga."

"Dengan kata lain, sebelum hari ketiga selesai, kau akan selesai menulis."

"Itu benar. Jadi, Masamune-kun, bisakah kau menungguku di sekolah di ujung hari ketiga? Aku ingin kau membaca novelku di sana. Itu saja yang aku minta. Kau tidak perlu memberi tahu apa yang kau pikirkan; kau tidak perlu mengatakan kau mencintaiku. Baca saja ceritaku di depanku."
Muramasa-senpai memohon padaku.

"Mengerti."



Jawabku langsung. Aku bahkan tidak meminta Sagiri konfirmasi.

Bukannya aku tidak perlu mengkhawatirkannya. Tapi Sagiri pasti setuju. Ini bukan sesuatu yang bisa aku tolak. Itulah yang ku pikirkan.

"Aku menantikannya. Baik festival maupun novel senpai."
"Begitu."



Aku bisa merasakan senyumnya.

Festival ini akan diadakan pada bulan Oktober. Aku harus menelepon semua orang sebelumnya.

Sekarang baru bulan September, tapi aku pikir lebih baik melakukannya lebih cepat daripada nanti. Aku tidak ingin melupakannya tak sengaja.

Setelah menyelesaikan telpon dengan senpai, aku mengirim pesan ke semua orang.

Kurang dari sepuluh detik kemudian, Megumi menjawab:

—- Tentu saja aku ikut ♪




Jinno Megumi. Teman sekelas dan ketua kelas Sagiri. Dia dapat banyak teman begitu dia masuk sekolah. Seorang gadis kelas atas, riaju di antara riaju. Tidak heran dia menjawabnya dengan cepat.


Orang kedua yang menjawab adalah Elf.
- Kedengarannya menarik. Aku akan ikut! Berterimakasihlah!



Yamada Elf, penulis terkenal tetanggaku. Seorang sahabatku dan Sagiri. Walau hubungan kami jadi sedikit rumit setelah aku mulai berpacaran dengan Sagiri...pesannya tidak menunjukkan ada jarak di antara kami. Elf itu seperti matahari. Dia memang gadis seperti itu. Sebagai seseorang yang pernah membuat novelnya menjadi anime, dia juga memberiku beberapa saran:

— Jangan bersantai hanya karena kau tidak punya banyak pekerjaan seperti sebelumnya!

"Mengerti, Elf-sensei."



Keesokan harinya


Seperti biasa, kami mengadakan rapat dengan tim pembuatan anime.

*Ting!*
"Ini adalah ilustrasi promosi anime 『 Adik Terimut di Dunia! 』"



Kagurazaka-san menampilkan gambar di proyektor.

"Oh, begitu?"



Di layar adalah kakak-adik yang kami buat berdiri berdampingan. Gambar yang menarik perhatian ini sepertinya dibuat khusus untuk anime.

- Yang ini sangat penting bagi kami.



Adik perempuan itu berdiri di tempat yang paling mencolok. Rasanya seperti dia mengatakan 『 kau lihat apa? 』

— Um, tidak buruk.


Itulah yang ku pikirkan.

Iya! Ini adalah ekspresi yang biasanya dibuat Sagiri! Ini dia!


Melihat sekeliling, hanya ada wajah-wajah tua – sutradara anime, produser, dll… Selain penulis naskah Aoi Makina, semua orang ada di sini.


— Tinggal tujuh bulan tersisa sampai anime nya tayang.




Setelah kita menyelesaikan skenario nya – yang mana bagian tersulit dari semuanya, biasanya penulis (aku) akan istirahat sejenak.


Tapi Elf menyuruhku untuk tidak lengah.


Aku masih punya banyak pekerjaan supervisi yang harus dilakukan; Aku harus ikut serta dalam segala macam kegiatan yang bersangkutan.


Untuk pembuatan anime, selanjutnya adalah bagian yang sulit.

Aku melihat lagi rencananya, dan mengangguk.

"Baik!"



Aku tidak bisa kalah dari Eromanga-sensei. Aku tidak bisa membiarkan tim pembuatan anime melakukan semuanya. Sebagai penulis, aku juga harus melakukan yang terbaik.

"Kau…. tampaknya sangat termotivasi, Izumi-sensei."
"Ya…"



Orang yang baru saja bertanya padaku adalah seorang wanita berkacamata – Direktur Amamiya. Meskipun dia adalah seorang wanita yang tampak muda, dia sudah memiliki pengalaman puluhan tahun. Aku cukup terkejut sat aku mencoba melakukan research tentangnya. Ternyata banyak anime terkenal yang aku tonton saat aku masih kecil berasal dari dia.

Aku melihat sekeliling lagi. Hampir semua orang selain ku adalah sesepuh.
Kenangan dari anime 『 Stardust Witch Meruru 』 yang dibuat oleh sutradara Amamiya dan Makina-san, masih segar dalam ingatanku. Itu adalah keajaiban.

Suatu kehormatan bisa bekerja sama dengan orang-orang seperti itu.

"…Kau bisa sedikit bersantai…"



Ucap 『 sesepuh 』 itu, menyadari kegugupanku.

Direktur Amamiya bukan orang yang suka bicara, tapi entah kenapa hari ini dia banyak berbicara denganku.

Sebelum aku bisa memahami apa yang dia maksud—


"Izumi-sensei… ini agak terlambat, tapi selamat atas pertunanganmu."

"Pffftt!!"




Aku menyembur.
Jadi itu yang ingin dia bicarakan.

"Ehh, terima kasih banyak! Omong-omong, Eto… siapa yang memberitahumu tentang itu?"

"Itu Makina-chan… Aoi-sensei."



Oh sial! Aku memang setuju dengan permintaannya, yang dia pinta berulang kali, menyuruhku untuk memberi tahunya tentang perkembangan apa pun dalam hubungan kami.



Yahh…



Selama rapat semacam ini, kami banyak membicarakan tentang kehidupan cintaku, jadi tidak perlu merahasiakannya. Tapi... dia seharusnya bicara denganku dulu tentang hal itu.

Melihat betapa tersipunya aku, sutradara tersenyum dan menambahkan:

"…Jika memungkinkan…Tolong undang kami ke pernikahanmu juga."

"Tentu saja! Yah, aku hanya bisa mengatakan ini di sini, tapi aku berencana untuk menampilkan anime Sekaimo selama pernikahan kami di layar utama! Aku juga ingin meminta kau untuk naik ke atas panggung dan mengatakan sesuatu!"

"…Mengerikan. Mungkin lebih baik aku tidak datang."

"Aku ditolak secara sopan?"

"…Yah, setengahnya itu bercanda. Tetap saja… kita tidak boleh kalah sekarang. Produk kita akan berhubungan dengan pengantin. Kita harus memastikan penonton… akan meneteskan air mata."



Produser Amamiya tersenyum

Aku tidak tahu apakah cerita rom-com Sekaimo bisa membuat penonton meneteskan air mata, tapi ucapannya membuatku semangat.

Shizue Amamiya. Meskipun namanya (dan karakteristiknya) terdengar seperti orang yang tenang dan berhati-hati, terkadang dia menunjukkan wajah master yang tersembunyi.


Begitulah sutradara kita.


"…Ngomong-ngomong, kau bilang setengahnya itu bercanda…"

"Iya. Hanya setengahnya. Jika kita sungguh akan melakukannya, kita perlu bicarakan ini nanti."
Dia mengingatkanku dengan serius.





Tiba-tiba –

"Halo semuanya – kerja bagus —"



Sang pelaku, Makina-san tiba.

Aoi Makina.

Hari ini, dia mengenakan T-shirt longgar dan kacamatanya yang biasa. Kalian mungkin sudah tahu, tapi perempuan ini adalah penulis skenario untuk Sekaimo.

Di masa lalu, dia dikenal sebagai "penulis yang tidak bekerja". Karena banyak alasan, sekarang, dari sudut pandangku (sebagai penulis), dia adalah orang yang paling dipercaya di dalam tim pembuatan anime.

Dia berjalan menuju direktur, dan bertanya:

"Direktur, apa yang kau bicarakan dengan Masamune-san? Aneh sekali."
"Kami sedang membicarakan … rencana pernikahan Izumi-sensei."

"Pernikahan?"



Mata Makina-san melebar dan dia menatapku:

"Kalian sudah merencanakan pernikahannya? Aku tahu kalian berdua sudah bertunangan, tapi usia kalian…? Bukankah istrimu masih SMP?"

Bukankah istrimu masih SMP?




Bahkan di manga, ini bukanlah sesuatu yang bisa kau temui dengan mudah. Yah, tapi menyebut tunanganku, sebagai "istri", kurasa cukup normal. Meskipun aku bukan siswa SMA, itu masih merupakan hal yang berbahaya untuk dikatakan.

"Kita membicarakan masa depan, Makina-san."

"Ah, begitu. Jadi, apa aku diundang?"

"Kalau animenya bagus."

"Wow, ada syaratnya ya. Tentu, maka aku harus melakukan yang terbaik." balas Makina-san.



Bagus bagus, sekarang daftar tamunya perlahan terisi.
Jadi… anime ku seharusnya baik-baik saja, kan?

Direktur tidak terlihat begitu senang, tapi tidak ada lagi yang bisa ku lakukan.

"Ngomong-ngomong, Makina-san. Di bulan Oktober, sekolah Senjyu Muramasa-sensei mengadakan festival."

"Hm? Kedengarannya bagus."
"Aku berencana untuk mengundang semua orang. Apa kau ingin ikut?"

"Sungguh? Festival sekolah, ah, sungguh nostalgia. Aku juga ingin ikut."



Dia sepertinya tertarik dengan undanganku.


Orang lain memilih momen ini untuk berkata:

"Aoi-sensei. Sebelum merencanakan untuk bersenang-senang, tolong berikan naskah untuk rapat hari ini."




Dia adalah Akasaka Touko - sang produser. Hari ini, dia juga mengenakan pakaian hitam bergaya barat. Terlihat jelas dia tidak mempercayai Makina-san, tapi tidak masalah.

Aku berkata sambil tersenyum.

"Jangan khawatir, Akasaka-san. Makina-san bukanlah penulis tak berguna yang sama seperti sebelumnya."

"Izumi-sensei…."

"Masamune-san! Aku tidak menyangka kau sangat mempercayaiku…!"





Tidak juga.



Aku masih berpikir kalau dia suram dan tidak berguna. Tapi untuk saat ini, aku bisa mempercayainya. Karena dia telah berusaha melawan musuhnya, dia datang ke rumahku dengan motivasi maksimal. Aku tidak perlu menekannya: dia akan melakukan yang terbaik.

"Kau terlalu naif, Izumi-sensei."

"Hah?"
"Aoi-sensei memang selalu seperti itu. Dia membuatmu berpikir kalau dia dapat dipercaya, dan kemudian dia akan mengabaikan pekerjaannya."



Dia iblis kah?
"Tidak mungkin! Itu tidak mungkin!"



Makina-san! Aku percaya padamu!
Aku tertawa, lalu berbalik ke arahnya.


Dan... dia meletakkan tangan di kepalanya.

"Ehehehe."



Dia tidak menulis apapun.
Dia benar-benar tidak menulis apapun! Kau bercanda!!?

"Aku tidak percaya iiiiiiiiiiiini! Kembalikan kepercayaanku!"

"Tidak tidak! Maksudku, karena motivasiku sudah maksimal, jadi aku ingin memberikan yang terbaik! Itu sebabnya aku tidak bisa menulisnya tepat waktu."



Pada akhirnya, karena dia, rapatnya harus berakhir lebih awal.


Kita memutuskan dia hanya bisa pergi ke festival jika sikap kerjanya membaik.



Setelah rapat, aku bertemu dengan beberapa orang yang tak terduga di lift.



"Oh, Izumi kah?"

"Hai, Izumi-kun."



Mereka Kusanagi-senpai dan Shidou-kun.

Kusanagi Ryuuki adalah penulis cinta/komedi, yang berambut pirang dan mengenakan kemeja hitam. Kunimitsu Shidou adalah juniorku, meskipun dia lebih tua dariku, yang terlihat seperti anak kuliah.

Novelnya berfokus pada makanan dan masakan ringan… baru-baru ini, ia juga menulis light novel loli.

Novel terbarunya akan dirilis bulan depan.

"Bagaimana rapatnya, penulis anime?"

Gurau Kusanagi-senpai. Aku menjawab dengan kesal:

"Biasalah. Apa yang kalian berdua lakukan?"

"Aku ada rapat tentang novel terbaruku."
"Oh? Kau menulis sesuatu yang baru?"

"Begitulah. Animenya sudah selesai dan tidak ada rencana untuk season kedua, jadi aku sedang memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya."

Nada suaranya datar, tapi aku merasakan sedikit kesedihan.

"Begitukah?"


Aku tidak mengatakan apa-apa lagi. Tapi saat aku melihat mereka, aku perhatikan Shidou-kun, yang seharusnya senang, tampak sedikit kebingungan.

Menyadari aku sedang menatapnya, dia berkata:

"Aku datang untuk membicarakan volume ketiga dari novelku, tapi Kagurazaka-san tidak datang."



Dengan kata lain, dia telah selesai menulis volume dua.
Aku melihat ke ruang meeting yang baru saja aku tinggalkan.

"Kagurazaka-san sedang berbicara dengan produserku."

"Aku harap dia akan datang segera setelah rapat itu selesai."
"Ngomong-ngomong… Shidou-kun, kau terlihat bingung?"

"Kau sadar?"
"Ya."



Dia terlihat sangat lelah... Tapi aku ragu kalau itu hanya karena "Kagurazaka-san terlalu lambat".


Kusanagi-senpai tertawa:

"Dengarkan aku, Izumi. Wawancara orang ini bocor ke Internet hari ini. Ini tentang selera Shidou-sensei terhadap loli."

"Ah, jadi berita hina itu bocor ke publik, ya?"
"Jangan menyebutnya hina!"



Shidou-kun hampir menangis.

"Aku sangat malu setelah wawancara itu bocor ke Internet."



Dia menutupi kepalanya dengan putus asa, dan melanjutkan:

"Ahhhhhhhh! Kenapa aku memutuskan menerima wawancara itu tanpa mengubah nama penaku! Aku ingin menghapus masa lalu! Kenapa kalian berdua tidak menghentikanku saat itu?"

"Kusanagi-senpai bilang itu menarik."

"Hei, jangan mengopernya padaku Izumi. Saat itu kau juga tertarik mengikutinya."

"Kalian keterlaluan, Izumi-kun, Kusanagi-senpai!"

"Jangan menangis. Omong-omong, kupikir kau melakukannya dengan baik saat wawancara itu. Kau percaya pada ceritamu, bukan?"



Kusanagi-senpai menghibur juniornya.

"Memang benar kalau di Internet ada beberapa wawancara yang hina, tapi aku pikir hal itu ada karena orang yang diwawancarai menjadi satu dengan cerita mereka. Jika kau menjaga jarak, kau mungkin tidak akan mengunkapkan siapa dirimu, lalu tidak ada orang yang akan tahu tentangmu."

"Bisakah kau berhenti membicarakannya?" Ucapnya, berharap kita bisa mempertimbangkan perasaannya.

"Itu sebabnya aku percaya wawancara yang polos dan berani seperti itu akan meningkatkan ketenaranmu. Tidak peduli apa hasilnya, kau akan menjadi terkenal."
"Aku tidak lega mendengarnya."



Kusanagi-senpai menempatkan tinjunya ke dada Shidou-kun.

"Light novel bergaya Moe akan membosankan tanpa ada insiden. Teruslah menulis, lolicon."

"....Kau tidak perlu mengatakannya seperti itu." Shidou-kun tersenyum kecut.



Tampaknya dia semakin membaik. Dia membalas:

"Ngomong-ngomong, lolicon Kusanagi-senpai, apa yang terjadi antara kau dan muridmu?"


"Terima kasih sudah membicarakannya! Tidak ada yang istimewa. Kami hanya sedikit mengobrol lewat Line tentang menulis."

"Aku sangat cemburu. Mengobrol sama cewek lewat Line itu ilegal."




Itu tidak ilegal. Orang ini sekarang bicara omong kosong.
Kalian mungkin sudah lupa, jadi izinkan aku untuk mengingatkannya kembali:


Karena berbagai alasan, Kusanagi-senpai mendidik Aya-chan (yang merupakan anak SD). Seperti penulis light novel yang mengangkat seseorang untuk di didik.


Sebelum percakapan mengarah terlalu jauh ke arah yang berbahaya, aku menyela:

"Apa maksudmu, berbicara tentang menulis? Apa dia memberimu naskah?"

"Tidak, dia bilang dia tidak bisa menulis naskah yang bagus. Itu sebabnya dia sedih dan ingin berbicara denganku."

"Kau bajingan! Akui saja! Kemana kau membawanya?"

"Aku tidak apa-apa kan dia atau yang lain! Diamlah, Shidou – apa yang akan kau lakukan jika di posisiku, Izumi?"

"Hm? Apa yang akan aku lakukan jika seseorang bertanya padaku bagaimana cara menghilangkan kesedihan? Aku tidak bisa menjawab tanpa mengetahui penyebabnya. Jika aku sendiri tidak bisa menulis… maka aku akan berpikir 『 walaupun kau tidak bisa menulis, kau harus menulis 』. Aku tidak bisa berhenti menulis hanya karena aku sedih."

"Omong-omong, begitulah caraku pulih juga. 『 Meskipun aku tidak bisa sembuh, aku masih harus menulis 』. Kupikir itu berhasil padaku. Tapi dia marah dan berkata 『 Aku tidak mengerti 』. Aku tidak mengerti dirinya."

"Dia pasti berpikir kecuali dia memperbaikinya, dia tidak akan bisa menulis. Bahkan saat dia tidak bisa memperbaikinya."

"Jelas dia tidak bisa."




Baik Kusanagi-senpai dan aku setuju.
Kau seharusnya tidak menunggu kesedihanmu berlalu, kau harus membuangnya.


Akan sangat bagus jika dia bisa mengikuti contoh Shidou-kun.

"….Tunggu tunggu, apa yang kalian bicarakan?" tanya Shidou-kun

"Izumi, 『 seorang pria yang mengaku kalau ia memahami wanita 』 mengajukan pertanyaan pada kami."

“Jangan sebut aku dengan nama panggilan buruk seperti itu – Aya-chan pasti bukan hanya ingin terlepas dari kesedihan, dia pasti ingin berbicara dengan Kusanagi-senpai. Tapi karena kau hanya memberitahunya bagaimana cara menyingkirkan kesedihannya, itu sebabnya dia bilang kalau dia tidak mengerti."

"Ayolah, makna rahasia? Dasar bocah – ngomong-ngomong, dari mana kau dapat ide itu, Shidou?"

"Dari novelmu, senpai."


"………………."




Kusanagi-senpai tidak mengucapkan apapun.

"………Mari kita berhenti membicarakanku. Izumi, katakan sesuatu yang menarik."

"Eh?"



Dia mengubah topik terlalu cepat. Sangat jantan!

"Yah, sebenarnya, sekolah Muramasa-senpai akan mengadakan festival sekolah. Aku berencana mengajak semua orang untuk ikut, bagaimana menurutmu?"



Shidou-kun dan Kusanagi-senpai saling memandang, lalu menoleh ke arahku:

"Aku akan ikut."
"Aku akan coba untuk ikut."



Setelah itu, aku menyelesaikan pekerjaanku di kantor redaksi dan pulang. Saat itu pukul 23:00 ketika aku pulang.

"... Memakan waktu lebih lama dari yang aku kira."



Dulu aku terlalu banyak bekerja dan membuat Sagiri khawatir. Jadi aku tidak akan bekerja lagi malam ini dan langsung tidur.

"Aku sedikit lapar, tapi tidak ada waktu untuk makan malam."



Aku ingin tahu apa Sagiri makan dengan benar. Apa dia sudah tidur?

Hal itu ada di pikiranku saat aku membuka pintu dan melihat Sagiri, dengan celemeknya, menunggu.

"Ehehe, selamat datang, Nii-san."





Semenjak kami mulai berpacaran, Sagiri selalu menyambutku di pintu seperti ini.

Dulu…setiap kali aku membuka pintu ini, aku harus menghadapi koridor kosong. Itu membuatku takut. Satu-satunya anugrahku adalah suara yang dibuat adik perempuan hikikomoriku saat ia menginjak lantai.



– Aku tidak lagi kesepian.
"Aku pulang, Sagiri. Kau belum tidur? Bukannya aku sudah memberitahumu kalau aku mungkin terlambat dan kau harus tidur lebih awal?"

"Um."



Dia tersenyum malu, lalu berkata:

"Um...makan malam...aku akan membuatkanmu makan malam."

"Apa kau...berhasil?"
"Iya. Karena kau mengajariku."




Iya. Sagiri memintaku untuk mengajarinya cara membuat makan malam.
Dapur rumahku dibuat atas permintaan ibuku, yang merupakan seorang kritikus makanan. Bahkan Elf mengakui dapurnya terasa seperti istana wanita. Jadi di satu sisi, dapur ini merupakan peninggalan ibuku.

Di masa lalu, Sagiri tidak pernah memasuki ruangan ini. Baru belakangan ini, setelah aku mulai mengajarinya memasak, dia memasukinya. Jadi ini seharusnya tidak menjadi sesuatu yang istimewa... tapi...


- Aku sangat senang.
Aku sangat, sangat senang.


"Ja, jangan berharap terlalu banyak, oke? Aku hanya bisa membuat yang sederhana... tahu, Nii-san?"

"Apapun yang dibuat Sagiri pasti enak!"

"...Meskipun aku membuat banyak kesalahan saat berlatih."
"Itu dulu, sekarang - biarkan aku mencobanya."

"Um, tentu, lewat sini. Aku sudah melakukan semua persiapannya: kau bisa makan sebentar lagi."




Sagiri membawaku ke ruang tamu. Rasanya sangat tidak nyata.

"Haha."



Cinta memiliki pengaruh negatif pada pekerjaan. Itulah yang dikatakan editorku, tapi perasaan nyaman ini hanya untukku seorang, penulis lain tidak bisa merasakan ini.

Tentu saja, aku pikir kualitas suatu karya tidak hanya berasal dari pengalaman penulis, tetapi dengan cinta ini, aku pasti bisa menulis sesuatu yang hanya dibuat untukku; untuk kita.


Itulah yang aku pikirkan.
Aku membuka pintu ke ruang tamu; lalu masuk.





"Selamat datang, Masamune."






Yang menungguku di ruang tamu adalah seorang wanita bertatapan dingin.


"Aku pulang, Kyouka-san."



Izumi Kyouka, wali dan keluarga kami.
Dia mengenakan pakaian rumah dan menatapku.


"————"



Dia sepertinya sedang dalam suasana hati yang buruk – tapi sebenarnya bukan itu masalahnya. Atau lebih tepatnya... dia mencoba tersenyum.

Belakangan ini, kupikir aku dapat memahami ekspresinya dengan lebih baik. Tentu saja, dia sepertinya lebih mudah membacaku.

"Apa kau terkejut aku ada di sini, Masamune? Kita hidup bersama: ini normal, kan?"



Izumi Masamune, Izumi Sagiri, Izumi Kyouka. Sekarang, kami bertiga tinggal bersama.

Baru-baru ini, status hikikomori Sagiri meningkat pesat, jadi dia bisa turun tangga saat 『 anggota keluarga tepercaya 』 ada di rumah. Setelah itu, kami mencoba makan bersama sebisa mungkin.

Tapi hari ini aku pulang terlalu larut, jadi aku meminta mereka untuk makan tanpa menungguku.

"Tidak juga. Kupikir bibi sudah pergi tidur."

"..Bagaimana bisa. Hari ini adalah pertama kalinya kita bisa makan makanan buatan Sagiri. Lagipula, besok aku libur."



Aku tahu dia sedang merasa senang.

"Begitukah? Maaf, butuh waktu lebih lama dari yang kukira."

"Kau sudah menelpon kami, jadi tidak apa. Atau tidak, sebenarnya. Aku pikir sebagai anak sekolah, kau tidak boleh terlalu memaksakan diri, Masamune... Tapi... yah, aku akan mempertimbangkan pilihan lain..."



Kyouka-san tidak mengatakan apa-apa lagi.

Aku agak khawatir. Apa pilihan lain yang dia pertimbangkan? Dia sudah sibuk dengan pekerjaannya; Aku tidak ingin menyusahkannya lagi.



Tiba-tiba –

"Nii-san, Kyouka-chan, makanannya sudah siap."



Saat kami berbincang, bau harum datang dari dapur.
– Itu adalah aroma makanan favorit keluarga kami, Omurice yang dibuat khusus.


Itu sering terjadi di anime, kan? Meh, siapa yang peduli?
Aku menyimpan tasku dan menoleh ke Kyouka-san

"Lalu -"

"Ayo bantu dia."



Kami pergi ke dapur. Meskipun kami tidak berbuat banyak, semuanya berjalan dengan lancar. Di atas meja, selain Omurice, ada salad cuka-garam. Itu tidak terlihat seperti jamuan makan malam pada umumnya, tapi mengingat sudah larut malam, kami tetap senang.

Makanannya tidak cukup untuk kita semua: Sepertinya Sagiri memasak berdasarkan seberapa banyak ia biasanya makan.

Kami duduk dan menepukkan tangan.


"Selamat makan."

"Ma... makan."




Adegan yang hanya bisa aku impikan terjadi di depan mataku.

Aku mengambil sesendok omurice.

Sagiri menatapku dengan sedikit ketakutan di matanya:


"Bagaimana?"

"Um, ini enak."

"Ini enak, Sagiri."

"Fiuh."




Sagiri juga ikut memakannya; lalu mengangguk.


"Rasanya sama seperti saat aku berlatih. Tapi... omurice Nii-san masih lebih enak."
"Tentu saja. Omurice ku dibuat dengan 『 cintaku padamu 』 ."

"Ka... akhir-akhir ini kau terus mengatakan hal yang memalukan."
"Akhir-akhir ini? Aku pikir dari awal memang seperti itu." tambah Kyouka-san.

"Mungkin." jawab Sagiri




Lalu di saat-saat damai ini. Kita berbicara tentang keseharian kami, pekerjaan kami, sekolah kami – hal-hal biasa sehari-hari. Percakapan yang biasa terjadi di antara keluarga. Tiba-tiba… keheningan menyelimuti kami.


Dadaku sakit. Hatiku sakit.
Perasaan apa ini? Mengapa…?



Lalu…



"… Ah."
"Kyouka-chan?"



Aku dan Sagiri menyadarinya.



"…Iya?"





Hanya Kyouka-san yang tidak.

Ada air mata di wajahnya.

"Ah ... ah ... ini."



Dia menyeka air matanya, dan mencoba tersenyum. Tapi gagal: dia tidak membodohi siapa pun. Dia hanya sedang berusaha berhenti menangis.



"...Ma, mau bagaimana lagi... Maaf! A... aku punya alergi...! Aku tidak bisa... bersin."





Penjelasan yang kikuk, tapi lucu. Baik Sagiri dan aku tertawa.

Aku punya saputangan dari ibu keduaku.



"Sepertinya... kita juga punya alergi."

[OLI Fan Translation] Eromanga-sensei Volume 10

Dalam waktu sesingkat itu, kami tertawa dan menangis.

Setelah bersenang-senang di dapur, kami istirahat di ruang tamu.


"Ngomong-ngomong, kalian berdua." Kyouka-san mendadak bertanya, "Apa yang kalian rencanakan?"






"………..."






Hening.
Mataku dan Sagiri bertemu, lalu kembali ke Kyouka-san.

"Ma... maksudnya apa?"

"Pertunangan Masamune dan Sagiri awalnya dari pacaran, kan? Bahkan tanpa seizinku."




"………………"







Pertanyaan yang sulit. Tidak seperti beberapa saat yang lalu. Tidak heran dia mudah disalahpahami. Kalau saja kau bisa memahaminya – maka kau pasti sadar kalau dia itu hanya seorang kakak perempuan yang imut.


Aku berpikir sejenak lalu berkata:


"Yah... semuanya baik-baik saja. Setidaknya, untuk saat ini."




Berdasarkan pengalamanku, selanjutnya, Kyouka-san akan membahas topik utama.

"Masamune. Aku akan mengatakannya lagi; kita masih tidak mengizinkan kalian berdua berpacaran."

"Baik."





Kita.

Kita - termasuk Kyouka-san, dan mendiang orang tua kami.
Kami telah memutuskan setelah anime Sekaimo tayang dan impian kami tercapai, kami akan memberi tahu orang tua kami di makam.

— Jangan berpacaran sebelum itu tercapai. Apa itu yang dia maksud?

Aku tidak yakin. Terutama jika itu berasal dari Kyouka-san, aku harus mendengarkannya sampai akhir dan memikirkannya dengan seksama. Kalau tidak, aku akan membuat kesalahan.

Kyouka-san adalah orang yang salah mengira kalau – Adik perempuan (karakter romcom) sama dengan adik perempuan (wanita)

"Tapi aku tidak ada niatan untuk menghentikan kalian berdua berpacaran."





Lihat? Dia tersenyum.



"Masamune, Sagiri. Sampai aku menceritakan semuanya pada kakakku, aku tidak akan mengizinkanmu berpacaran. Tapi aku akan tutup mata."

"Kyouka-chan... terima kasih."



Terlalu cepat Sagiri. Ini Kyouka-san. Kita harus mendengarkan sampai akhir.

"Tapi aku punya syarat."





Kan?



"Syarat?"

"Iya. Tentu saja, bukan sesuatu yang besar. Sesuatu yang sangat sederhana."
"Sebelum aku memberi tahu saudara laki-laki dan perempuanku, tolong jangan berhubungan badan."




"————————"





Itu tidak terduga. Baik Sagiri dan aku diam membeku. Lalu wajah kami langsung memerah.

"... Be... be... berhubungan..."
"Ap, ap, apa yang bibi katakan!!"



Seru kami. Sagiri melambaikan tangannya dengan panik.

"Kyouka-chan mesum! Ecchi! Hentai Onee-chan!"
"Bukan!!"



Sagiri membuat wajah Kyouka-san memerah juga.

"Kau mesum! Kau pakai seragam sekolah yang ecchi! Kau menembak Eromanga-beam!"

"Bukannya kau yang menyuruhku melakukan itu?"




Ketika dia diingatkan tentang kenangan buruk itu, mata Kyouka-san berubah menjadi bentuk ><. Dia batuk:

"Tolong jangan ganti topik. Aku serius."


"………Maaf."



Sagiri meminta maaf tanpa perlawanan dan duduk bersamaku.


Kyouka-san pulih, dan berkata:

"Dengar baik-baik: pokoknya, syaratku adalah, sampai kalian menikah secara sah... bukan, tidak masalah sampai selama kalian sudah berbicara dengan orangtua kalian, tapi jangan melewati batas itu sebagai anak sekolah."




Yah, begitulah cara Kyouka-san merawat Sagiri. Lagipula, dia masih SMP. Tentu saja kami sangat malu, wajah kami semakin panas.

"...Oh."



Di sebelahku, Sagiri sangat malu sampai-sampai dia menundukkan kepalanya, gemetar.


Pokoknya, aku mengerti apa yang dia maksud. Singkatnya - Sebelum kami bicara dengan orang tua kami dan menikah secara sah, jangan melakukan hal-hal mesum.

Itu saja. Aku pun melihat ke bawah.

"Aku mengerti, Kyouka-san. Tidak apa. Aku sendiri juga berpikir terlalu dini untuk membicarakan hal ini."

"…Senang mendengarnya." Dia mengangguk.



Tampaknya dia dalam suasana hati yang baik sekarang setelah masalah yang memalukan ini terpecahkan. Dia menatap tepat ke arah kami:



"Masamune, Sagiri. Kalau begitu... tolong jaga diri."




"………..."



Sagiri membungkuk.

Larut malam, di hari yang sama, aku berada di dalam tempat tidur dengan pikiran yang sejuk.


Di pagi hari, aku menyelesaikan pekerjaanku.

Aku pergi ke sekolah, ke rapat di kantor redaksi... dan aku tidak harus bekerja di rumah. Hari ini aku sudah berusaha. Semuanya berjalan dengan baik… Sesuatu yang baik bahkan baru saja terjadi.


Aku harus tidur sampai pagi dan berusaha yang terbaik besok juga.

Aku memejamkan mata dan menunggu untuk tidur.




Tiba-tiba….

Terdengar suara yang sangat kecil. Pintu kamarku terbuka.
"Hah…?"



Aku membuka mataku... di dalam kegelapan ada siluet seorang gadis...
"... Sagiri?"



Dia mengenakan piyamanya, memegang bantal favoritnya.
- Mimpi kah?

Itulah yang ku pikirkan. Jadi aku tidak melakukan apa-apa. Biasanya, aku memikirkan Sagiri sebelum tidur. Karena aku berjanji untuk tidak melakukan hal-hal mesum, aku tidur terus memimpikannya? – tunggu, apa itu sebabnya Sagiri muncul dalam mimpi erotisku?

Seperti siswa SMA normal lainnya, aku punya imajinasi erotisku sendiri.


Tapi kali ini, terlihat begitu nyata.




"Eh?"






Aku menggosok mataku dan memastikannya dengan melihat susunya. Jika ini mimpi, maka susu Sagiri harusnya terlihat bagus. Tapi ini tidak.

Susu nya tidak bagus.




Kesimpulan - ini adalah kenyataan.



"Sagiri!?"



Aku hampir melompat dari tempat tidurku. Untungnya aku tidak mengatakan sesuatu yang aneh hanya karena kupikir ini mimpi.

"A, apa—?"

"Nii-san, hari ini... bisa tidak... kita tidur bareng?"
"Ahhhh?"



Aku bisa merasakan darah mengalir deras ke kepalaku.
Ini mimpi erotis, kan? Iya kan?

"Tidak tidak tidak... kita berpisah karena kita tidak bisa tidur bareng."



Iya. Sampai barusan, kami tidur di kamar yang sama.

Sagiri bilang – kita tinggal 『 bersama 』. Tapi setelah kami mulai berpacaran, situasinya tidak bagus. Itu sebabnya kami berpisah lagi.


Itu sebabnya aku terkejut.


Sagiri berjalan ke arahku, dan berkata pelan:

"Aku tahu... tapi... bisa kann?"





"—————-"







Aku diam membeku. Aku bahkan tidak bisa bernapas.
Sagiri mendekat

"...Ga mau?"
"Ga, aku mau. Tapi!"

"Ssst!!! Kyouka-chan akan mendengar kita."
"Oh!"



Sagiri menutup mulutku.


Ada orang lain di dalam rumah ini. Ia adalah wali kami, keluarga kami, Kyouka-san. Bahaya jika dia tahu. Terutama setelah percakapan itu dengan kami.



Tidak! Sagiri tidak boleh datang ke sini karena alasan itu!



Sagiri melepaskan tangannya dari mulutku;

"... Iya... kita harus merahasiakannya dari Kyouka-chan... mau tidur bareng?"

"Eto..."



Bukannya aku menolak tidur bersamanya karena aku tidak ingin membuat Kyouka-san marah. Sebaliknya, sebelum kami menjadi sepasang kekasih, ada banyak kali dimana aku hampir termakan oleh naluriku sendiri.

Sekarang, ketika kita sudah menyadari perasaan satu sama lain, jika aku tidur bersama Sagiri…



Tidak mungkin aku bisa menghentikan diriku sendiri!



"…Ooh…"




Aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan ini padanya. Aku bisa memberitahunya langsung, tapi itu memalukan. Dan bagaimana jika dia membenciku karena itu…

"Fiuh."
"Tunggu dulu, Sagiri!?"



Jangan masuk begitu saja ke kasurku tanpa seizinku.

"Ehehe, aku di dalam."
"Kamu..."



Oh gawat. Aku akan pingsan.

"Jika kau mengusirku, aku akan berteriak memanggil Kyouka-chan."

"Kau bercanda? Ta, tapi semua orang bisa lihat kau melancarkan serangan malam padaku! Ini kamarku!"

"Se, serangan malam? Jangan katakan sesuatu yang mesum! Kita cuma tidur bareng!"




Aku sangat percaya bahwa tidak ada kata lain yang lebih cocok untuk menggambarkan dirinya.


"Lagipula, Kyouka-chan akan mempercayaiku."
"Sial, dia sangat menyukaimu."




Bagaimana ini… wah… apa yang harus aku lakukan…?

Aku bertingkah tenang, tapi sebenarnya pikiranku mencapai batasnya.


"Oke. Kalau begitu...ayo bicara sebentar. Setelah itu, kau akan kembali ke kamarmu, oke?"



Kataku, mencoba bersikap lembut.

Di kasur, Sagiri mendesah tidak senang "hmm". Kemudian, dia memelukku dengan erat.

"Gawat gawat gawat!!!"




Pemikiran rasional! Pemikiran rasional!!!


"Sagiri! Berhenti!!"



Aku nyaris tidak berhasil mendorongnya menjauh. Dia berkata dengan nada bingung:

"…Kenapa?"
"Bukannya aku tidak mau."


"Lalu kenapa?"


"Yah... itu – sebenarnya, yang lebih penting, Sagiri, apa yang kau coba lakukan?"



Aku harus tahu alasan dia bertindak seperti ini sebelum aku bisa melakukan hal lebih lanjut.


"Nii-san adalah tunanganku - jadi kamu harus dekat denganku."




"———"






Mendadak, aku merasa sangat tidak berdaya.

"Kau ingin kita dekat... tapi karena kita berdua harus bekerja... kita tidak bisa... itu sebabnya kau ingin tidur bareng?"



Ah… aku mengerti… Kalau begitu, aku tidak bisa menolaknya.

Jadi itu yang dia pikirkan.
Aku memegang kepalanya.

"Hari ini, Sagiri bertingkah aneh, jadi aku agak bingung."

"A? Apa? Aneh?"
"Ya... kau sangat... dewasa... dan... menawan."

"… Begitu."




Dia menyeringai.
Astaga, wangy sekali.


Aku bilang 『 menawan 』 tapi pesonanya tidak seperti orang dewasa. Malam ini, Sagiri naif dan ero.

Seperti iblis kecil—

"—Sagiri. Apa ada seseorang yang memberimu rencana ini?"

"Eh... Kenapa kau menanyakan itu?"
"Begitu. Dugaanku adalah Megumi yang memberimu ide ini."



Dari awal aku sudah menyadarinya. Malam ini, Sagiri – bertingkah seperti Megumi.

"—Ya. Setelah kita berbicara, dia memberiku rencana ini."

"Apa yang kau bicarakan dengannya?"
"Aku ingin tidur bersamamu."



"………..."





Kesalahpahaman yang begitu besar!
Wow~ Sagiri-chan sangat berani!

Aku hampir bisa melihat ekspresi bahagia Megumi.

"Nii-san, kenapa kau begitu menentangnya? Apa kau takut membuat Kyouka-chan marah?"

"… Tidak juga."
"Lalu kenapa?"



Masalah sebelumnya yang aku hindari muncul kembali padaku.

"...... Aku tidak ingin mengatakannya boleh?"

"Tidak. Kau harus menjawabku dengan jujur." Ucapnya dengan sedikit ketakutan dalam suaranya.

"… Oke, baiklah."



Harusnya aku sudah tahu. Kecuali aku memberitahunya, ini akan terjadi lagi. Selain itu, dia sudah memberi tahu ku apa yang sebenarnya dia pikirkan.

"Sagiri, alasan aku tidak ingin tidur denganmu..."

"Hm hm, apa?"
"Karena aku pasti berpikir ingin melakukan hal-hal mesum denganmu."



"………………"





Untuk sepersekian detik, Sagiri diam membeku—

"Wahhhhhhhhhhhh—!"



Lalu dia pun sangat tersipu.

"Hal... me... mesum... artinya...."
"Kayak ciuman... buka baju.... dan pegang-pegang"



"~~~~~~~~~~~~"



"Juga…."
"Sudah cukup!"

"Ah, apa, maksudnya itu?"




………………









………………………













Masa-masa yang memalukan ini telah berlalu. Ruangan ini benar-benar hening. Aku masih di kasurku dan Sagiri memelukku dengan erat. Tubuhnya sangat panas. Tubuh kami berdua semakin panas. Aku mulai berkeringat.

Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, tapi aku tidak tahan lagi. Sulit untuk mempertahankan kesadaranku. Pikiranku berada pada batasnya.


Mendadak, dia melepaskanku, lalu berkata dengan suara ketakutan:

"... Nii-san."
"… Iya?"

"... A... aku khawatir. Apa aku... pacar yang baik... apa aku punya pesona seorang gadis..."
"Ini…"




Bahkan sebelum kami mulai berpacaran, setiap kali kami bertemu, aku selalu bilang padanya betapa imutnya dia.

“Karena… baik Muramasa-chan dan Elf-chan… sangat erotis… dan menawan… aku tidak bisa menang melawan mereka. Aku tahu ini tidak akan terjadi, tapi setelah kita mulai pacaran… aku takut Nii-san akan membenciku, dan pergi… perlahan-lahan tidak cinta lagi padaku….”

"Bagaimana bisa!?"




Kenapa sekarang kau bicara omong kosong?


"… Sungguh?"



Dia menatapku dengan mata yang lembab.

"Kau sungguh... tidak menolakku karena kau membenciku? Kau tidak... benci menyentuhku?"

"Tidak! Sebenarnya, yah – um… aku mau… yah, karena aku menyukaimu, jadi aku tidak tahu apa aku bisa menahan diri… jadi aku takut disentuh olehmu….”

"Be... begitu..."



Dia menghela napas lega. Lalu, dia menempatkan kepalanya di dadaku.


"………"




Kali ini, aku tidak melakukan apa-apa.
Kali ini, Sagiri seharusnya bisa memahami perasaanku.

Sungguh…

Dipikir-pikir, aku tadi mau mengatakan sesuatu yang sangat memalukan.

Tapi tidak apa. Selama Sagiri bisa tenang, aku bisa menelan harga diriku.


"Nii-san."
"Apa, Sagiri?"



Tanyaku. Dia memelukku lebih erat lagi.

"...Sedikit saja... tidak apa-apa."





Aku pikir aku disambar petir.



“Eh… eh…….. Barusan… apa?”



Tubuhku hampir tidak bisa bergerak.
Sagiri mengulangi apa yang dia katakan dengan lebih sederhana:

"... Lakukan ... hal mesum ... sedikit saja denganku ... tidak apa-apa."
“…………………………”








Batasnya sudah terlampaui.
Ada sesuatu yang pecah.














Nafsuku yang tertekan pun keluar












Aku mendekati bibirnya —

*Kreek*

"Masamune, Sagiri ada di sini?"

Wahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!!!


Ajaib sekali, aku tidak berteriak.
Sesuatu yang besar terjadi — Kyouka-san membuka pintu kamarku.

Izumi Kyouka – bibi muda ku, wali kami. Dia mengenakan piyama hijau yang memamerkan pesona dewasanya.

"Eh!? Ky, ky, ky, Kyouka-san, ad, ad, ada, ada perlu apa?"




Aku bertanya seperti orang yang sangat mencurigakan. Di bawah selimut, Sagiri mulai gemetar.


Dia mungkin tidak bisa melihat kita… kan?


Layaknya 『 Ratu Es 』, Kyouka-san, masih berdiri di depan pintu….

“Malam ini… aku ingin tidur dengan Sagiri, jadi aku pergi ke kamarnya….”



Dia sedikit relaks. Tampaknya dia malu.

Kyouka-san sangat senang dia bisa menjadi keluarga kita. Biasanya kau tidak bisa melihatnya, tapi tidak seperti penampilannya, dia adalah wanita baik yang bisa bergaul dengan hampir semua orang. Itu sebabnya dia ingin lebih dekat dengan Sagiri dan mencoba tidur dengannya malam ini.




Tapi kenapa? Kenapa MALAM INI, di semua waktu?




"Aku tidak bisa menemukan Sagiri di mana pun. Satu-satunya tempat yang belum aku cari adalah di sini."

"Masamune, Sagiri ada di sini?"




Serunya.
— Gawat, aku tidak bisa berbohong padanya.

Jika aku bilang tidak, akan jadi kacau.
Aku berkata, membuang semua harapan.


"Dia disini."



Aku menarik selimutku. Mata Kyouka-san tiba-tiba menyipit.

"...Sagiri. Masamune. Apa kalian ingat diskusi kita barusan?"





….Kali ini…. dia benar-benar marah.



"Iya"
"Iya."



Kami berdua berlutut di lantai. Fantasi erotis kami telah menghilang sejak lama. Kyouka-san sedang melihat kami, auranya sama dengan badai salju.

"... Kalian berdua masih anak-anak. Meskipun kau sudah bekerja seperti orang dewasa, terlalu dini untuk melakukan ini – sebagai walimu, aku tidak bisa menutup mata untuk ini!"

"Ky, Kyouka-san, tapi..."

"... Ya... Sulit menekan perasaanmu dengan pemikiran rasional. Aku sendiri punya pengalaman seperti itu." Ucapnya

"Jadi…."
"Jadi?"



Kyouka-san mengangkat tangannya – yang memegang bantal – dan menunjukkan senyum kecil.




"Malam ini, ayo kita semua tidur bersama."






Dan begitulah -
Kami bertiga berbaring bersebelahan dan tidur bersama.

Bagiku, Sagiri dan Kyouka-san, ini pasti seperti mimpi. Sebuah mimpi yang bahagia.
Tapi, izinkan aku mengajukan satu pertanyaan:



Sagiri sedang tidur tanpa perlawanan di sampingku, tapi Kyouka-san ada di sana mengawasiku.




Bukannya itu kejam?