Namaku Izumi Masamune. Siswa SMA kelas dua. Enam belas tahun.


Aku seorang penulis walaupun aku masih sekolah. Nama penaku adalah Izumi Masamune. Karena berbagai alasan, dua tahun lalu, aku mulai hidup dengan adik hikikomori ku.

Tapi satu tahun yang lalu, terjadi sesuatu yang besar.

Aku mengetahui 『 rahasia 』 nya.


Ilustrator novelku, Eromanga-sensei yang juga adik perempuanku, Izumi Sagiri.



Setelah itu, banyak hal terjadi —



Sekarang bulan September. Novel kami, 『 Adik Perempuan Terimut di Dunia 』, dibuat menjadi anime.


『 Membuat Sagiri keluar kamarnya dan menonton anime buatan kami bersama 』.


Itulah mimpi kami. Dan menjadi kenyataan.


Sekitar tujuh bulan lagi sampai selesai. Perlahan, hari demi hari… mimpi kami – akan terwujud. Dengan usaha kami sendiri. Setiap hari sangat sibuk.






Ngomong-ngomong —


Aku lupa memberitahumu detail yang paling penting.



Kami berpacaran.






Kami bertunangan.







"….Ehehe."


Duduk di sofa di ruang tamu, Sagiri melihat cincin pertunangannya dan tertawa bahagia.


Melihatnya seperti itu membuatku merasa seperti dalam mimpi. Kebahagiaan kami memang sesederhana itu. Aku terus terpikiran apa yang akan terjadi setelah aku melamar. Tapi ternyata, itu tidak berjalan semulus dalam cerita light novel.


Yah, bukan berarti cerita novelku juga bisa disebut normal.


Dari sudut pandang seorang penulis, bisa dibilang situasiku saat ini sudah mendekati klimaks. Jika kita berada di dalam light novel, aku pikir penulisnya pasti kehabisan ide.




Kayak, dia tidak tahu harus menulis apa selanjutnya.



Ahaha….hmm yahh, begitulah.


Siapa juga yang peduli?


Selama semuanya baik-baik saja.




Karena Sagiri menungguku.

Itu saja sudah cukup bagiku.





Aku bukan karakter dalam cerita seseorang.


Jika memang begitu, aku tidak akan diam saja melakukan apa yang dia suka.





Benar…Jika aku harus menulis ceritaku sendiri — maka akan berlanjut sebagai cerita komedi romantis bahagia yang normal.

Ya, harapanku – hanya ingin Sagiri bahagia.




Liburan musim panas telah berakhir…



Tinggal tujuh bulan dan satu hari lagi sampai "Adik Perempuan Terimut di Dunia" selesai.



"Aku pulang."



Aku pulang dari sekolah. Sagiri datang dari ruang tamu dan bergegas ke arahku.


"Selamat datang, Nii-san."


"Oh ya."





Aku memeluk tubuh kecilnya dan mengulanginya lagi:



"Aku pulang, Sagiri."


"Ehehe."





Dia tertawa.


Baunya membuat jantungku berdebar kencang.



"Ada apa?"

"Bukan apa-apa."


"Begitu?"




Aku melepasnya. Sebenarnya aku tidak mau, tapi aku tidak bisa masuk rumah kalau begini terus. Kemudian, dia mengambil sesuatu dari sakunya dan memberikannya padaku.


"Ini untukmu, Nii-san."


"Um?"





A..apa ini? Surat paket?


Dari AmuAmu, 『 Figura Demon Blade 』.



"Wow, kau berpura-pura tidak ada di rumah lagi? Aku merasa kasihan pada kurirnya."


"Karena aku tidak bisa keluar…"

"Yah, tapi…"





Mau gimana lagi…



Meskipun Sagiri telah berkembang banyak, dia masih tidak bisa keluar rumah. Dia berhasil melakukannya beberapa hari yang lalu, tapi itu darurat. Sekarang, walaupun ada aku di rumah, dia bisa turun ke bawah. Baru-baru ini, kami bahkan bisa makan bersama. Perkembangan yang luar biasa —



Dan itu saja.





Untuk saat ini, itulah batas Sagiri.





Tidak perlu terburu-buru.



Pelan-pelan saja.


Bahkan dia bilang sendiri, kalau dia ingin 『 pergi ke sekolah dalam waktu dekat 』.


"Jadi, Nii-san — pastikan untuk meneleponnya lagi."


"….Aku sangat malu. Aku yakin dia sadar kalau kau hanya berpura-pura tidak ada di rumah."


"Katakan padanya untuk datang besok malam, saat kau ada di rumah. Aku tidak bisa keluar dan mengambilnya."


"Ya ya, aku tahu."





Aku dan Sagiri kembali ke ruang tamu. Biasanya aku langsung ke kamar setelah aku pulang ke rumah, tapi belakangan ini aku selalu mampir dulu ke ruang tamu.


– Bersama pacarku.


Aku meletakkan tasku di sofa.


"Hari ini kegiatanmu apa saja, Sagiri?"

"Eh, banyak. Aku membuat sketsa kasar karakter baru."


"Boleh lihat?"

"…Kau ingin lihat? Eh ~ gimana yaa ~?"


"Aku ingin lihat. Kumohon."

" — Boleh. Sini."


"Ah ~ bagus! Sangat lucu! Aku sudah punya ide baru untuknya."

"Sungguh? Secepat itu?"


"Ahaha, tidak perlu terburu-buru. Oh, ngomong-ngomong, aku ingin pergi belanja habis ganti pakaian. Kau ingin apa untuk makan malam?"


"…Apa saja, asalkan itu sesuatu yang ingin kau makan."




Ngomong-ngomong, Sagiri masih memanggilku 『 Nii-san 』 daripada 『 Masamune 』. Dia bilang dia merasa lebih nyaman seperti itu.


Aku mengerti bagaimana perasaannya, dan itu sangat membantuku. Tapi…bagaimana jika dia masih memanggilku Nii-san setelah kami menikah?


Tidak! Aku sendiri menyukainya! Aku merasa sangat senang!


Iya! Seperti itulah perasaanku!



Tapi mungkin tidak diterima baik oleh orang lain...

- Masamune, kau membiarkan istrimu memanggilmu 『 Nii-san 』 ?

- Ugh... seriusan... dasar siscon.


Aku penasaran gang nya Elf akan berkata apa.




Tidak, aku mulai teralihkan.




"『 Sesuatu yang ingin aku makan? 』 jadi, kau ingin aku memasak sesuatu yang aku suka?


"Ya…Kita sudah berjanji, bukan? Kalau kau akan mengajariku cara memasak."


"Ah…"




Memang, kita berjanji seperti itu.


"Kalau begitu ayo kita lakukan hari ini – masak sesuatu yang aku suka."

"Un! Ehehe…memasak dengan Nii-san…akan jadi kenangan yang berharga."




Belakangan ini, beginilah kami.


Kami bahagia – seperti hidup dalam cerita romantis. Ngomong-ngomong, setelah aku membeli bahan untuk makan kesukaanku 『 Kimchi Nabe 』, Sagiri memasang ekspresi aneh di wajahnya.



Kenapa dia?



Keesokan harinya, Minggu, kami berencana mengadakan pesta nabe.


Seseorang meneleponku subuh-subuh. Asalnya dari telepon rumah Muramasa-senpai. Aku pikir yang menelponku Senjyu Muramasa – nama asli Umezono Hana, jadi aku mengangkatnya dengan sukacita.


"Ya, Muramasa-senpai?"




Tapi aku tidak mendengar suaranya. Malah, suara lelaki yang terdengar.


"Ini aku."



"Eh….eh…anda, Anda…?"







"Umezono Rintarou. Ini pasti nomor telepon Izumi Masamune-sensei."








"————–"






Aku membeku, menelan ludah dan menggelengkan kepalaku. Kemudian, aku berhasil memahami situasinya.



Gawat gawat gawat ~~~!!



Umezono Rintarou adalah ayah Senjyu Muramasa-sensei, dan dia juga seorang penulis terkenal 『 Umezono Rintarou 』.


"U, Umenozo-sensei! Sudah lama! Apa kabar?"


"Hm, kau tidak perlu memanggilku sensei."

"Ahh kalau begitu…. ayahnya Muramasa-senpai….?"


"Hah? Ayah tiri?"

"Tidak, tidak, kanji yang lain!"




Tolong jangan buat kesalahan sepele macam itu!


"Kau tidak punya alasan untuk memanggilku ayah. Aku tidak peduli kanji apa yang kau gunakan – gunakan yang lain. Kau bisa memanggilku Umenozo-san, Rintarou-san atau bahkan Rin-chan."




Rin-chan terlalu berlebihan!


"….Kenapa anda menelponku, Umenozo-san?"

"Ini sesuatu yang penting – datang ke sini sekarang."




Pasti maksudnya datang ke rumahnya… itu sangat jauh.


"…..Se, sekarang?"

"Sekarang."


"Sebenarnya, aku sangat sibuk…."

"Aku tahu. Kemari. Sekarang."




Dia bahkan tidak menjelaskan. Aku pun menyerah dan berkata:


"…Baiklah. Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Apa?"


"….Apa anda sedang marah sekarang?"

"Aku SANGAT marah sekarang."


"Sudah kuduga! Sekarang aku tidak ingin pergi!"

"Berhenti main-main dan datang ke sini."


"Ya ya! Aku akan datang secepat mungkin!"






Dan begitulah...



Aku dipanggil oleh seorang penulis yang ngamuk, dan bergegas ke kediaman Umenozo.


Beberapa jam kemudian, aku tiba di kediaman Umenozo. Ini adalah pemukiman samurai, yang memancarkan suasana kuno.


Aku berhenti di depan pintu depan, yang tidak memiliki bel pintu atau interkom.



– Sungguh, bagaimana nasib kurir kalau begini?


Mengingat kembali saat terakhir kali aku datang ke sini, aku berteriak:


"Apa ada orang dirumah --!?"





Semoga Muramasa-senpai yang membukakan pintu.



Beberapa menit kemudian, pintu terbuka…. Bertentangan dengan harapanku, seorang pria berkimono muncul.


Penampilan yang bermartabat, wajah yang dipenuhi kerutan, sepasang mata yang tajam. Itulah Umezono Rintarou. Dia adalah ayah Muramasa-senpai, dan juga orang yang memanggilku ke sini.



Dia menatapku sejenak, lalu berkata:



"Masuk."




Dia berbalik dan pergi tanpa menunggu jawaban. Aku tidak punya pilihan selain mengikutinya. Kemudian, kami berhenti di ruang tamu.


"Duduk."

"Ya ya…."




Aku duduk di hadapannya. Tidak ada papan catur, tapi rasanya seperti kami akan bermain game.


Dia tidak membawakanku teh. Sudah kuduga: dia memang bilang kalau dia

『 sangat marah 』.


Pria di depanku, karena berbagai alasan, sangat marah padaku. Itu sebabnya dia memanggilku ke tempatnya.


Tentu saja, aku tidak tahu apa yang sudah kuperbuat hingga membuatnya marah denganku. Semoga saja itu hanya semacam kesalahpahaman.


Ah, aku sangat gugup. Suasananya begitu tegang. Perutku mulai sakit.



"Jadi, eto…"






Aku tidak tahan lagi dan membuka mulutku.




"Eto… ngomong-ngomong, Muramasa-senpai..."


"Dia pergi ke kantor redaksi. Itu sebabnya aku meneleponmu hari ini. Aku tidak ingin kau melihat putriku."

"Be, begitu..."




Dia tidak ingin aku melihat Muramasa-senpai?


Jadi, apapun alasannya, pasti ada hubungannya dengan Muramasa-senpai. Ngomong-ngomong, kenapa dia pergi ke kantor redaksi? Dia tidak pernah pergi ke sana sebelumnya….Tunggu; Aku ingat Kagurazaka-san pernah bilang kalau Muramasa-senpai pernah bertemu dengannya di tempat kerja belum lama ini…



Namun dia tidak bicara lebih banyak.



Apakah Muramasa-senpai bertemu Kagurazaka-san untuk 『 sesuatu selain dari kerjaan 』 ?




Kenapa?





— Saat aku mencoba mengabaikan kenyataan, tiba-tiba Rintarou-san berkata, "Um" dengan keras.


Aku buru-buru kembali ke kenyatan dengan panik.


"Jadi, alasan aku memanggilmu ke sini..."






Ini dia…




"Apa kau tahu tentang novel terbaru Hana-chan?"





『 Hana-chan 』 yang dia bicarakan adalah Muramasa-senpai



"Hah? Tidak…ini pertama kalinya aku mendengarnya."


"Begitukah? Aku baru mengetahuinya kemarin. Tadi malam – Ayame-chan – tidak, editor putriku, Kagurazaka-kun, menelepon kami. Dia bilang dia ingin menerbitkan hit terbaru Senjyu Muramasa, dan itu akan menjadi best-seller."





Begitu. Walaupun Muramasa-senpai adalah seorang penulis terkenal, dia masih seorang siswi SMP. Tentu saja dia butuh izin walinya untuk menerbitkan sesuatu. Sama seperti aku dan Sagiri.


Selain itu, aku mendengar bahwa Kagurazaka-san adalah penyelamat putrinya... begitulah cara ia bisa membaca naskah Muramasa-senpai sebelum siapa pun.



Tapi "hit"? Apa sebenarnya itu? Bahkan untuk Muramasa-senpai, mengklaim akan menjadi buku best-seller di saat-saat seperti ini adalah hal yang aneh. Dari mana datangnya kepercayaan diri Kagurazaka-san?



Rintarou-san melanjutkan:


"Aku bilang padanya kalau 『 Aku tidak bisa memberikan jawaban tanpa membaca naskahnya. Bawakan padaku. 』 ."





Ah, jadi dia sudah membacanya juga, ya.



Dengan *fuus*, dia menunjukkan setumpuk kertas. Tidak ditulis tangan; tapi dicetak di kertas ukuran A4. Karena senpai tidak pernah menggunakan komputer saat menulis, pasti sudah diketik oleh bagian redaksi.



"Ini dia. Mereka membawanya padaku kemarin."

"Ha ha…dan…anda…sudah membaca novel terbaru Muramasa-senpai?"


"Sudah. Hanya sekitar seratus halaman. Jelas dia belum menyelesaikannya."


"Tentang apa...ini?"





Aku takut kalau INI adalah alasan dia marah padaku.



"Sebelum aku jawab pertanyaanmu, Izumi Masamune-sensei, aku punya pertanyaan untukmu — apa hubungan antara kau dan putriku?"


"E? Eto….partner, senpai dan kouhai, teman baik…?"


"Itu saja?"





Dia memelototiku.



"Itu...saja."






Tidak mungkin aku memberitahunya kalau 『 putrimu menembak padaku, tapi aku menolaknya 』.




"..Apa yang...ingin anda katakan?"





Rintarou-san merendahkan suaranya:


"Aku akan terus terang. Kau itu pacar putriku atau bukan? Apa kalian melakukan sesuatu yang tidak-tidak?"


"Tidak, tentu saja tidak!"




Apa yang dia bicarakan!? Meskipun aku seorang anak SMA, apa yang dia katakan sama saja dengan pelecehan seksual.


"Begitukah? Tapi aku meragukanmu, Izumi Masamune-sensei. Jika kau punya bukti yang dapat ditunjukkan padaku, sekaranglah saatnya."


"Aku sudah bertunangan! Aku tidak akan melakukan apa pun pada gadis lain!"

"….HMMMM."




...Gawat? Matanya jelas berubah ketika dia mendengarku bilang 'bertunangan'.




Ini buruk…




Aku sedang berusaha menjelaskannya, apa-apaan ini?


Menghadapi tatapan dingin Rintarou-san, aku perlahan memberikan ponselku padanya. Wallpapernya adalah gambar Sagiri. Itu diambil belum lama ini, ketika dia mengenakan celemek dan membuat makanan.


"Ini buktinya! Dia tunanganku! Dia sangat imut! Ji, jika itu masih belum cukup, aku bisa meneleponnya dan memintanya berbicara dengan anda!"




Satu-satunya reaksi Rintarou-san adalah ekspresi "orang ini menjijikkan".


"Tidak perlu. Aku mempercayaimu. Kau punya tunangan yang cantik – bukan begitu? Aku mengerti."


"A...ada apa dengan reaksi anda...?"




Ini mengerikan.


"Ngomong-ngomong, di novel putriku yang terbaru… karakter utamanya adalah siswa SMA kelas satu."





– Ah, itu berarti Muramasa-senpai menggunakan dirinya sebagai model untuk karakter tersebut.



"Ceritanya adalah tentang cinta antara karakter itu dengan seorang lelaki yang lebih tua dan sudah memiliki tunangan — cinta terlarang."


"Senpai —!"




Apa sih yang kau tulis? Tidak heran dia marah padaku!


"I, i i i itu salah paham!"


"Aku belum selesai."


"Aku sudah mengerti sekarang! Aku tahu kenapa anda marah, Umezono-san! Kenapa anda memanggilku ke sini!?"


"Hm, ada baiknya kau cepat mengerti. Kalau begitu, matilah."


"Kyahhhhhhhhh!!! Kapan anda memegang pedang itu? Itu ilegal!"


"Aku hanya bercanda. Itu hanya replika dari pedang asli."


"Tapi bilahnya terlihat sangat tajam! Dan…mata anda tidak tertawa sama sekali!"


"Itu hanya lelucon … untuk saat ini."

"Jangan tambahkan itu sesudahnya!"


"Jangan teriak. Kita tidak bisa berbicara kalau begini."




Penulis hebat itu memasukkan kembali pedangnya ke sarungnya. Kemudian, layaknya pendekar pedang, dia meletakkannya di dekat pinggulnya dan melanjutkan:


"Yah…kau bilang kau 『 mengerti 』, tapi aku sangat meragukannya. Jadi, lihatlah. Baca; maka kau akan mengerti maksudku."


"Tentu, tentu…"




Dia memberiku naskahnya. Sepertinya aku tidak punya pilihan lain.



— Novel Senjyu Muramasa. Tanpa judul.


Aku menelan ludah dan mulai membaca. Satu-satunya suara di ruangan ini adalah suara kertas dibalik. Dengan mataku, aku mulai membaca kata-kata Senjyu Muramasa.


"—————————"




Sampai aku selesai membaca, aku tidak mengatakan apapun. Bahkan setelah aku meletakkannya, mataku masih menatap ke ruang kosong. Rasanya seperti baru saja menonton film yang luar biasa.



Aku pulih dan bertanya:



"Bagian selanjutnya…"

"Tidak ada. Sudah kubilang dia belum menyelesaikannya."


"Tapi, tapi orang redaksi membawanya ke sini tadi malam, kan? Kalau Muramasa-senpai, maka dia pasti sudah selesai menulisnya sekarang – naskah yang sudah selesai pasti disembunyikan di suatu tempat…"


"Sepertinya menurutmu itu menarik."



"…!"





Aku tercengang sejenak. Butuh beberapa detik sebelum aku bisa menjawab.


"Ya, ini menarik."




Begitulah seharusnya cerita Senjyu Muramasa.


"Tapi…tapi…aku merasa sangat bertentangan. Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya..."





Aku ingin mengatakan apa yang aku pikirkan tentang novel ini, tapi aku tidak dapat menemukan kalimat yang tepat.



Penulis hebat itu berkata menggantikanku:


"Ini tidak bagus."




Sangat aneh mendengarnya. Tapi aku sangat setuju.



"Iya! Ini tidak bagus! Aku tidak percaya!"





Kenapa aku melakukan percakapan bodoh dengan Umezono Rintarou?



Tapi hanya itu yang bisa aku katakan. Karena novel terbaru Senjyu Muramasa – sama sekali tidak bagus.


Singkatnya, ini bukan light novel. Ini juga bukan cerita romantis.




Ini aib.




"………"

"………"






Ruangan menjadi sunyi lagi.


Setelah beberapa sat, Rintarou-san berkata:


"Aku ingin mendengar pendapatmu. Tidak perlu berbasa-basi. Katakan saja apa yang kau pikirkan sebagai pembaca biasa, bukan sebagai penulis."



"… Ini sangat erotis."





Itu adalah hal pertama yang terlintas dalam pikiran.



"…Aku…ketika aku belajar menulis, aku banyak membaca…Tapi ini masih pertama kalinya aku membaca cerita erotis seperti itu…Tidak kusangka dia bisa menulis deskripsi rinci seperti…bagian beruap itu…Aku bisa bilang...penulis novel ini pasti sangat mesum!"


"Ha ha ha, penulisnya adalah putriku. Apa kau tidak ingin hidup, Nak?"

"Tapi anda menyuruhku untuk tidak berbasa-basi?"


"Ada batasnya juga!"


"Tapi ini adalah sesuatu yang hanya bisa ditulis oleh orang mesum! Kayak, 『 Aku ingin duduk di kursi yang sama bekas orang yang aku suka 』!"


"Aku tidak menyangkalnya, tapi bisa tidak kau tidak usah membandingkan putriku dengan orang mesum nomor satu di Jepang? Dan? Sekarang kau mengerti mengapa aku marah?"



"Iya."





Aku hampir mimisan! Di novel ini, pemeran wanitanya berdasarkan Muramasa-senpai dan pemeran prianya berdasarkan aku, dan mereka berdua saling mencintai….


Jadi mereka melakukan banyak hal erotis! Belum lagi dia menulisnya dengan cara yang sangat erotis!


Aku sudah memiliki tunangan – tapi ku akui kalau membaca ceritanya membuatku tersipu. Aku benar-benar dapat memahami perasaan karakternya. Rasanya seperti itu adalah perasaanku sendiri.



Ohhhhhhhh... Bahaya.




"… Aku tidak percaya setelah membaca ini, kau akan percaya padaku…"






Tidak heran dia salah paham.




Jika aku seorang ayah dan putriku yang masih SMP menulis sesuatu seperti itu.... Aku akan mencabik-cabik anak itu dengan tangan kosong.


Selama aku masih hidup, Rintarou-san akan marah.


"Tapi…hubunganku dengan senpai tidak sama dengan yang ada di novel ini."


"Begitukah…Kalau begitu aku percaya padamu. Sepertinya aku salah paham."



"Hah?"



"Apa? Kau pikir aku tidak akan mempercayaimu?"

"…Eto…Sebenarnya, ya."




Rintarou-san menghela nafas.


"Aku tahu kehebatan putriku sebagai seorang penulis. Cerita itu ditulis sepenuhnya berdasarkan imajinasinya. Ditambah lagi, melihat reaksimu menegaskan hal tersebut. Aku hanya ingin memastikan. Sekarang, aku tenang. Sepertinya aku tidak perlu menghabiskan sisa hidupku di penjara."


"………Fiuh."





Aku lega.





Singkatnya…aku tidak akan mati…belum.






"Namun."

"Namun?"





Kau bercanda? Apa kau ingin aku ketakutan sampai mati?



"Isi dari cerita ini hanyalah imajinasinya. Tapi ada masalah lain."



"…………"




"Pemeran pria dari cerita ini — berdasarkan dirimu, bukan?"




"………………."





Aku berkeringat dingin.


"…Iya. Aku rasa benar."


"Hm. Begitu. Maka…"





Maka? Apa yang kau pikirkan?



"…Mungkin aku seharusnya tidak membiarkan dia menerbitkannya."





Apa hanya itu yang ingin kau katakan?



Aku hampir mengatakannya. Namun, percakapan kami berlanjut.


"Ngomong-ngomong…apa Kagurazaka-san benar-benar ingin menerbitkan novel ini? Agar anak-anak bisa membacanya?"


"Jadi kau menentangnya?"





Sungguh masalah yang rumit. Novel bagus ini: sia-sia untuk tidak menerbitkannya. Tapi…



"Belakangan ini, aku lihat banyak orang yang memberikan ulasan buruk pada light novel... Kupikir karena itu tidak ditulis dengan baik."







Tapi ini tidak bisa diterima.





Ini keterlaluan. Bukan hanya remaja, bahkan orang dewasa – akan sangat terpengaruh. Ini benar-benar bertentangan dengan moral Jepang.


"Aku tahu apa yang ingin kau katakan. Cerita ini sangat menarik...tapi ini akan sangat mempengaruhi pembaca. Ini akan mengubah cara berpikir mereka, membuat mereka berpikir bahwa 『 cinta terlarang 』 itu indah. Cepat atau lambat, kekuatan ini tidak akan dikendalikan oleh Umezono Hana lagi. Singkatnya… cerita ini akan mencuci otak para pembaca."


"Cuci otak…. Aku pikir semua light novel itu sama."


"Sama saja dengan produk komersial apa pun. Mencuci otak konsumen dan membuat mereka berpikir karakter dalam cerita ini relevan — dari sudut pandang tertentu, memang seperti itu."




Penulis hebat ini blak-blakan: dia sama sekali tidak basa-basi. Aku pikir dia harus melihat sisi baiknya sedikit.


Seperti…bagaimana aku diselamatkan oleh light novel Yamada Elf-sensei. Novel itu adalah salah satu cerita yang memiliki pengaruh baik pada pembaca.


Dalam novel itu, aku bisa melihat pesan tersembunyi penulisnya.

Dia berkata

"Aku harap pembacaku bisa merasa lebih baik setelah membaca ceritaku. Aku harap pembacaku bisa tertawa lepas."





Tentu saja, aku tidak membantah kalau dia ingin pembacanya 『 terus membeli novelnya 』, tapi mengingat situasiku saat itu, ceritanya memungkinkanku untuk pulih.



Aku tidak ingin menyebutnya cuci otak.



Rintarou-san menanyakan pendapatku. Dia ingin tahu apakah dia harus mengizinkan novel terbaru Senjyu Muramasa untuk diterbitkan, mengetahui bahwa itu akan berdampak buruk pada pembaca.




Tapi kemudian dia berkata,




"Novel ini memang menggiring pembaca ke landasan moral yang buruk, tapi aku pikir itu juga merupakan bukti kehebatannya. Tiada alasan untuk menolak menerbitkannya. Aku yakin ini akan menjadi hit besar. Mungkin ini bahkan bisa memenangkan hadiah."


"Tapi…"


"Apa yang kau khawatirkan tidak akan terjadi. Aku menarik kembali perkataanku sebelumnya: kekuatannya tidak sebesar yang kau kira. Meskipun dapat mempengaruhi beberapa pembaca, dan dapat menyebabkan kekacauan, dan mungkin akan diingat untuk waktu yang lama; hanya satu orang yang akan berubah karenanya."


"… Aku, kah."

"Iya, kau. Novel ini yang ditulis Hana-chan hanya untuk mencuci otakmu saja."





Oleh sebab itu dia menyebutnya cuci otak.


"Hanya kau yang dia tulis. Hanya kau yang dia coba cuci otak. Pembaca lain tidak akan mendapatkan perasaan itu ketika membaca ceritanya."




Tapi ini masih novel yang bagus.


"Itu sebabnya aku bilang tidak apa untuk menerbitkannya. Tapi…"






Tiba-tiba, dengan *ciit*, pintu terbuka.




"Ma, Masamune-kun."






Gadis cantik berambut hitam muncul. Dia adalah Senjyu Muramasa, nama asli Umezono Hana, putri Umezono Rintarou.


Berikutnya adalah editornya, Kagurazaka-san.


Apa mereka berdua baru pulang dari kantor redaksi?



"Sen, senpai…?"

"…Ah! Naskah itu!!!"





Melihat apa yang ada di tanganku, Muramasa-senpai panik. Alasannya jelas. Dia – menyukaiku.


"Aah….ah….."




Baginya, situasi saat ini adalah 『 orang yang aku suka membaca novel erotisku (dimana pemerannya berdasarkan kita berdua) 』


Wajahnya langsung memerah, gemetar dan berlari ke sini, berteriak

"JANGAN BACA !!!"


Beberapa menit kemudian, di dalam ruang tamu kediaman Umezono, Muramasa-senpai menangis dan memegang manuskrip itu dengan kuat. Hanya ditemani aku dan Rintarou-san.




Kagurazaka-san sedang menunggu di ruangan lain.




"…Oh…oh…."




Dengan mata waspada, dia melihat sekeliling. Aku tidak tahan lagi dan bertanya:


"Eto…Muramasa-senpai?"


"…Membacanya?"

"Eh..?"


"Novel ini… kau membacanya?"

"Ah… aku… ya aku membacanya."


"….Oh…oh…"




Wajahnya semakin memerah. Bisa dimaklumi, mengingat dia menulis novel erotis dengan pemeran wanita berdasarkan dirinya sendiri.


...Suasana sekarang terasa tidak nyata. Kepalaku otomatis memutar ulang adegan dalam novel yang baru saja kubaca dan menggabungkannya dengan gadis di depanku.



"…Teguk."




Sepertinya dia mengerti hanya dengan melihat reaksiku: Dia berteriak padaku.




"Ha, hal aneh apa yang sedang kau pikirkan!"


"Ta, tapi mau bagaimana lagi! Setelah membaca hal seperti ini…! Aku tidak bisa berhenti membayangkan seorang perempuan berdasarkanmu dan seorang laki-laki berdasarkanku... melakukan hal semacam ITU."


"Ah ah! Jangan katakan itu~~~~!"




Dia memeluk manuskripnya lebih erat dan melambaikan tangannya. Rintarou-san menambahkan:


"Hei bocah, kau sangat pemberani, ya? Berani-beraninya kau mengatakan itu dihadapanku?"


"Ta, tapi aku tidak mengatakan sesuatu yang salah? Omong-omong, aku korban di sini! Ini pelecehan seksual dari seorang senpai!"


"A, aku belum ingin membiarkanmu membacanya!"



Ucap pelaku pelecehan seksual, menangis sepanjang waktu.


"Da, dan kenapa kau ada di sini! Dan kenapa kau membaca novel rahasiaku!?"




Dia sepenuhnya sedang dalam mode di kandang. Kepribadiannya yang normal dan tegas tidaklah palsu, tapi aku merasa bahwa saat dia ada di rumah, terkadang sifat manjanya keluar.




Aku menjelaskan:


"Umezono-san – ayahmu, maksudku – memanggilku ke sini. Dia sepertinya salah paham tentang hubungan kita karena novel anehmu…lalu aku membacanya juga…Dan…yah, kau tahu."


"Papa!"




Senpai menoleh ke ayahnya.


"Tapi sebagai ayahmu, aku khawatir."


"Senpai, siapa pun yang membaca novel itu akan berpikiran sama."

"Oh …."




Muramasa-senpai menutup wajahnya. Aku juga ingin melakukan hal yang sama.


"Ngomong-ngomong, menurutku Kagurazaka-san juga salah."


"Iya. Jika dia tidak meminta izinku untuk menerbitkannya, maka aku tidak akan memanggil Izumi Masamune ke sini hari ini."


"Um…Umezono-san…bisakah anda merubah panggilanku?"

"Kalau begitu aku akan memanggilmu Izumi-kun. Atau kau ingin dipanggil Masamune-kun, seperti Hana-chan?"


"Izumi-kun saja tidak apa. Terima kasih."




Selagi Muramasa-senpai masih memerah, baik Rintarou-san dan aku sudah normal.



Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, aku bertanya:



"Eto…senpai. Sulit untuk bilangnya, tapi boleh aku tanya...kenapa kau memutuskan untuk menulis cerita itu?


"Di…di depan…ayahku?"





Aku bisa mengerti keraguannya. Tapi..



"Hana-chan…maaf, tapi aku juga ingin mendengar alasanmu. Sebagai wali Senjyu Muramasa, ayah Umezono Hana, aku tidak bisa berpura-pura tidak melihat ceritamu."



Betul sekali.


"Senpai, maaf, tapi…"

"…A, aku mengerti."






Muramasa-senpai mengangguk. Kemudian, dia melihat manuskrip di tangannya dan mulai berbicara.




"…Di mana aku harus mulai…benar…tujuanku…Masamune-kun, novel ini ditulis hanya untukmu."



"…………"





Senjyu Muramasa adalah seorang penulis yang menulis hanya untuk dirinya sendiri. Dia tidak ingin menerbitkan apa pun, dia juga tidak peduli dengan penggemarnya.





Tapi novel ini ditulis untuk dibaca Izumi Masamune.





"Sebelum aku selesai, aku tidak berencana untuk membiarkan siapa pun membacanya. Dan tentu saja aku tidak mengira kau membaca naskahku yang belum selesai."




Senpai pernah berkata serangan diam-diam terlalu hina baginya.


Melihat bagaimana ia masih dalam persona anak rumahan, aku tidak bisa berhenti berpikir kalau dia sangatlah cantik.


"Tunggu sebentar senpai. Jika cerita itu dimaksudkan untukku...dengan kata lain..."




Dia masih bicara, tapi aku harus bertanya:


"Muramasa-senpai, kau mau…melakukan ITU…denganku?"


"Mwuuuwuuuw!?"




Uap keluar dari telinganya. Di saat yang sama, sebuah tinju menghantam kepalaku.



"Aww!?"


"Bocah mesum! Jangan lupa aku ada di sini!"




Rintarou-san jelas marah. Tapi aku harus mengucapkan sesuatu:



"Tapi ini sangat penting! Memang benar apa yang akan dikatakan Muramasa-senpai juga penting, tapi ada beberapa hal yang tidak akan dia katakan kecuali ada yang bertanya padanya. Jika aku tidak bertanya, dia bisa terus menghindari topik itu!


"Benar. Ada banyak detail yang ingin aku tanyakan tentang diriku sendiri."

"Iya, kan. Contohnya…"




Aku melirik Muramasa-senpai. Dia bersembunyi di balik tangannya.


Sekilas, dia tampak seperti gadis lugu, tapi aku tidak akan tertipu. Dialah yang menulis cerita paling erotis di Jepang.


"…Oh…Uhg…"





Melihat Muramasa-senpai malu-malu gemetar, suaraku menjadi lebih keras.



"Ah…contohnya…um…sulit untuk mengungkapkannya dengan kata-kata…yah…apa yang gadis itu katakan pada lelaki di adegan H tersebut…apa aku bisa bilang kalau kau sangat berpengalaman…atau apa itu keahlian khususmu?"




Ucapku lagi. Dengan hati-hati aku memilih kata-kataku.



Dalam ceritanya, ada beberapa kata aneh yang belum pernah aku lihat sebelumnya (yang hanya muncul di adegan ecchi).


Seperti 『 Mozuotoshi 』 atau 『 Kamaitachi 』.


"Lihat? Apa artinya ini? Tentu saja aku ingin tahu."





Rintarou-san berkata dengan nada yang sangat tenang:



"Kau menyebut itu perkataan yang dipilih dengan hati-hati? Kau sangat ingin mati, bukan?"


"Ta tapi, aku belum pernah melihatnya, baik di manga atau anime ecchi."




Sama seperti Eromanga-sensei, cara dia menggambarkan informasi semacam itu bagiku sangat tidak akademis, jadi aku tidak bisa mengerti. Tapi tidak seperti Eromanga-sensei, Muramasa-senpai…dia terlihat seperti gadis yang polos dan introvert…tapi entah kenapa, sejak SMP, dia bahkan tahu banyak hal yang anak SMA saja tidak tahu…



"Jangan khawatir, Izumi-kun. Aku telah hidup selama lebih dari 40 tahun, tapi aku pun belum pernah melihat kata-kata itu."


"Bagaimana mungkin? Dia bahkan lebih berpengalaman daripada seorang penulis hebat?"


"Ngarang!"





Mendengar percakapanku dengan Rintarou-san, Muramasa-senpai menoleh padaku, dan berteriak.





"Aku mengarangnya! Kau ada masalah dengan itu?"


"….Tidak, tidak."







Tidak perlu keahlian khusus dalam novel ecchi - kupikir. Melihat sesuatu yang sepenuhnya ia karang, aku tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Jika aku melanjutkan hubunganku dengannya, mungkin suatu hari nanti aku akan bertemu dengan 『Mozuotoshi』 juga… sial, sekarang aku menjadi bodoh.


Seolah dia bisa membaca pikiranku, Muramasa-senpai mengetuk kepalaku, dan berkata



"Bo, bodoh."





Sama seperti Sagiri.



"Penghinaan! Apa kau harus bertanya jika aku ingin melakukannya dengan Masamune-kun? Aku tidak bisa menjawabnya sekarang! Tidak bisa. Dengarkan saja dulu aku baik-baik."



"…Tentu."





Dia batuk:


"La, lagipula, untuk saat ini, jawaban untuk pertanyaanmu 『 mengapa aku memutuskan untuk menulis novel ini 』."


"Iya."

"Ini… karena pertengkaranku dengan Elf."




"Hah?"






Aku tidak menyangka. Tapi Elf memang pernah bilang itu sebelumnya.


Aku bertengkar dengan Muramasa. Karena kau.




Dia juga bilang:

"Cewek itu mungkin memang punya rencana, tapi saat ini aku tidak berencana untuk bertindak. Aku akan melakukannya dengan caraku sendiri."




Jadi karena argumen itu, Muramasa-senpai menulis 『 novel untuk dibaca Izumi Masamune 』.


"Aku tidak berencana melakukan apa pun pada Masamune-kun dan Sagiri, tapi Elf sepertinya khawatir tentang bagaimana aku akan bertindak – dia bilang kalau kecuali kita bertindak, kita tidak punya peluang untuk menang."




Muramasa-senpai tersenyum, kemungkinan karena dia mengingat temannya.

"Aneh, kan? Seharusnya aku jadi saingannya. Tapi dia selalu membantuku: Karena dia ingin kita berdua bebas dari penyesalan."






Jika dia kalah, dia akan menangis. Dia mungkin akan menyesal telah mencampuri urusan orang lain.


Elf sendiri tahu itu.


Namun, dia masih membantu saingannya.

Yamada Elf adalah orang idiot yang keren seperti itu.



"Itu sebabnya, Masamune-kun. Aku akan mengikuti jejak Elf. Aku memang mempertimbangkan untuk tidak melakukan apa-apa… tapi dia sudah banyak membantuku, jadi aku tidak bisa diam saja."




Muramasa-senpai melihat naskahnya.


"Yang bisa aku lakukan hanyalah menulis. Inilah yang bisa aku lakukan untuk lebih dekat denganmu. Jadi…Aku menulis 『 ceritaku yang akan kau cintai 』 ."






Jadi, pada akhirnya, dia meminta maaf padaku.




Ada saat ketika ia menulis novel berdasarkan dirinya sendiri untuk mengungkapkan perasaannya padaku. Sepertinya dia melakukannya lagi.







Namun…







"Ini tidak sama seperti sebelumnya. Saat itu... di 『 turnamen World Light novel 』 , apa yang aku tulis adalah cerita yang aku sukai. Tapi sekarang, tujuanku adalah menulis sesuatu 『 yang bisa kau cintai 』 - oleh sebab itu aku menulisnya."




Dia berhenti, menatapku dengan tatapan penuh pengertian, dan bergumam:


"Aku belum selesai menulisnya… tapi kau sudah membacanya, ya?"

"Eto…"


"Bagaimana? Apa hatimu... berdebar?"

"…………"





Gawat…




Ini…tak terduga.




Untungnya aku hanya membaca cerita yang belum selesai. Jika aku membaca novel yang sudah selesai...aku tidak bisa memprediksi bagaimana jadinya. Saat aku membayangkan gadis di depanku sebagai gadis dalam novel… hatiku terasa seperti ada yang menekannya. Saat ini...Aku sedang menghadapi kekuatan penghancur yang sama seperti yang pernah digunakan Elf.



"Senpai,…aku…"


"Aku mengerti, kau tidak perlu mengatakannya. Tapi – itu berhasil, bukan?"




Dia tertawa. Dasar penyihir: semua yang aku lakukan sesuai dengan perhitungannya. Dan lebih menakutkannya lagi dia melakukan itu semua tanpa rencana. Dia punya caranya sendiri untuk menyatakan cintanya. Dengan menyerangku secara rasional dan emosional, dia berada di level yang sama dengan Elf.


Aku tidak bisa terus menatapnya – jadi aku mengalihkan pandanganku.


"Masamune-kun, setelah aku menyelesaikan novel ini… maukah kau membacanya lagi?"


"…………"




Alasan aku tidak segera memberikan jawaban adalah karena aku tidak ingin membacanya. Tapi jawabanku sudah pasti.




"Tentu saja aku akan membacanya."






Aku punya seseorang yang aku sukai, jadi aku tidak bisa membalas perasaannya. Itu sebabnya aku harus memberinya jawaban yang sebenarnya.




Begitulah kupikir.




"Senang mendengarnya. Aku tahu kau akan mengatakan itu."


"Aku menantikannya…Bahkan tanpa detail yang aneh-aneh, novel itu masih sangat menarik. Sulit untuk tidak membacanya sampai akhir."





Dia tersipu malu ketika aku diam-diam mendukungunya untuk terus menulis.


"...Aku sangat senang. Tapi...agar aku bisa terus menulis...ada masalah."


"Masalah?"


"Ya, sebenarnya...."





Tepat sebelum dia memberi tahu masalahnya, pintu terbuka. Kagurazaka-san muncul.



"Semuanya, makanan sudah siap! Saatnya makan siang!"





Kami masih duduk di ruang tamu kediaman Umezono, mengelilingi meja.


Aku duduk di depan Rintarou-san; di sebelahnya adalah Muramasa-senpai. Di sebelahku adalah Kagurazaka-san.



Ada hidangan sushi yang tampak sangat lezat di atas meja.



"Ngomong-ngomong...kenapa kau ada di sini, Kagurazaka-san?"





Karena ini bukan masalah penting, aku menunggu sampai sekarang untuk menanyakan itu.




Kagurazaka Ayame, editorku dan Muramasa-senpai. Sepertinya dia adalah penyelamat putri Rintarou-san. Saat ini, dia sedang makan dengan lahap.


Dia menelannya, menyeruput teh dan menjawabku:


"Pertanyaan bagus, Izumi-sensei. Sebenarnya, aku sedang memberi Muramasa-sensei pelajaran cinta."




Senpai teriak.

"Kagurazaka-san....Aku menyuruhmu untuk merahasiakannya."


"Yah, lebih baik membocorkan semuanya sekarang; bukan begitu Muramasa-sensei? Apa kau ingat, Izumi-sensei, selama pesta perayaan 『 Turnamen World Light Novel 』 , kau bertanya padaku 『 tolong beritahu aku caranya menghubungi Muramasa-sensei 』 –"


"Ya, benar."




Saat itu, karena suatu alasan, senpai berada di sebelah Kagurazaka-san dan mengambil telepon dengan sangat cepat. Aku berpikir itu aneh... mungkinkah...



"Kau mungkin sudah menebaknya, tapi dia datang untuk les tentang cinta padaku."





– Begitu. Sebuah rahasia yang disembunyikan selama setahun akhirnya terungkap.


"Ngomong-ngomong, kalau bukan karena itu, Muramasa-senpai tidak akan datang ke kantor redaksi. Kau sudah banyak membantuku. Aku menggunakan pelajaran cinta itu sebagai umpan untuk mengelabuinya agar datang dan bekerja."




Apa kau harus mengatakannya? Aku sungguh berpikir kau seharusnya tidak usah mengatakannya.


"Hari ini kami bertemu untuk alasan yang sama, tapi aku berbicara dengannya tentang menerbitkan jilidan novel hard-cover."


"Novel hard-cover?"


"Ya, jarang ada kesempatan seperti itu. Lagi pula, ini bukan light novel biasa."




Ya, cerita itu bukan light novel. Bahkan Rintarou-san bilang itu mungkin saja bisa memenangkan penghargaan.




- Aku pikir itu memang bisa memenangkan penghargaan.




"Lalu, kami datang ke sini untuk mendapatkan izin ayahnya."





Mungkin karena makanannya enak, suasana hati Kagurazaka-san sedang bagus.


"Tentang itu ..." Rintarou-san berkata, "Aku menentang keputusan penerbitan."


"Eh? Mengapa? Ini akan menjadi hit besar! Umezono-sensei, bukannya anda bilang 『 tidak apa, terbitkan saja 』 beberapa saat yang lalu?"





Untuk pertama kalinya, Kagurazaka-san panik. Rintarou-san hanya melipat tangannya dan menatap ke belakang.




Dia mengatakan padaku sebelumnya:


- Aku tidak keberatan menerbitkannya. Tapi…





Sekarang waktunya untuk bagian kedua.





"..Aku tidak bisa membiarkan seluruh dunia melihat surat cinta putriku."




Ini bukan pendapat seorang penulis, melainkan pendapat seorang ayah.


"Itu membuatnya semakin menarik! Ini adalah sastra! Aku tidak percaya anda akan mengatakan itu, Umezono-sensei!"




Dia berani. Dia tidak pernah menunjukkan semangat itu saat karyaku terancam.


"Dengar, Umezono-sensei! Novel ini—"




Tiba-tiba, Kagurazaka-san berdiri dan mengacungkan jarinya ke wajah Muramasa-senpai.


"Dalam waktu dekat, novel ini, menceritakan kisah sedih seorang gadis yang cintanya tak terbalaskan, akan menjadi cerita terbaik Senjyu Muramasa!"




Muramasa-senpai membalas

"Kagurazaka-san! Apa yang kau katakan? Aku tidak bisa menerimanya!"






Begitu…




Cinta itu sendiri akan berdampak negatif pada cerita, tapi rasa sakit dari cinta yang tertolak akan menjadi sumber kekuatan penulis – karena Kagurazaka-san berpikir demikian, dia setuju untuk bertemu dengan Muramasa-senpai.



Dengan kata lain – wanita itu sangat percaya bahwa Muramasa-senpai akan kalah dalam cinta.



Itu sebabnya dia menerima permintaan Muramasa-senpai. Dia tahu bahwa dia tidak perlu takut.


Keputusan yang sangat tepat. Karena aku sudah menyukai orang lain. Selama Sagiri masih ada, cinta Muramasa-senpai tidak akan terbalaskan.




Kagurazaka-san tahu itu. Bahkan mungkin lebih dari yang kita ketahui.

– Aku merasa ada api yang membara di hatiku.



"Apa maksudmu, Kagurazaka-san? Bukannya kau setuju untuk membantuku!? Itu sebabnya aku membiarkanmu membaca novel yang ditujukan untuk Masamune-kun."


Kagurazaka-san langsung menjawab

"Tentu saja aku membantumu! Aku adalah teman penulis! Aku temanmu, Muramasa-sensei! Tadi aku salah pilih kata, tidak usah dipikirkan… Namun tetap saja, sekarang Muramasa-sensei, memang, di pihak yang kalah."



"………………"





Muramasa-senpai sepertinya tidak bisa menyetujuinya. Kagurazaka-san melanjutkan:






"Oleh sebab itu! Untuk membalikkan keadaan, kau harus menerbitkan novel ini!"








Kami telah bekerja bersama selama bertahun-tahun, jadi aku tahu bahwa dia memiliki kebiasaan menggunakan nada tegas ini untuk mengakhiri diskusi.


Rintarou-san masih mempertahankan pikiran yang jernih, jadi dia berkata,


"Aku tidak mengerti bagian 『 oleh sebab itu 』 punyamu. Aku mengerti jika Izumi-kun ingin membaca cerita putriku, karena itu keinginannya. Aku juga ingin menghormati keinginan itu. Tapi kurasa tidak perlu untuk diterbitkan. Surat cinta seharusnya hanya untuk Izumi-kun."


"Kuh...sangat sulit...Jika ini Izumi-sensei, dia pasti akan mengambil umpannya."






Apa aku semudah itu?




"Kalau begitu! Setidaknya setelah cerita Muramasa-sensei selesai, Umezono-sensei, tolong baca juga!"


"...Aku sudah membaca sebagiannya, tapi aku tidak nyaman membaca surat cinta putriku."


"Tapi anda juga ingin tahu, kan? Surat cinta untuk cowok biasa seperti itu!"




Hei, aku tidak bisa membiarkanmu berkata seenaknya. Aku ada disini tahu!


"...Tentu saja aku ingin tahu."


"Maka anda harus membacanya! Anda akan berubah pikiran setelah membacanya! Anda tidak bisa menutup-nutupkannya begitu saja! Ini akan menjadi hit besar abad ini!"


"..Aku tetap tidak akan berubah pikiran. Tunggu saja sampai selesai dan mungkin kita bisa mendiskusikannya lagi."


"Aku mengerti. Mari kita berhenti di sini untuk hari ini."


Kagurazaka-san duduk.


"Namun, ada yang lain."


"Yang lain?"


"Iya. Untungnya, Izumi-sensei juga ada di sini. Ini bukan tentang Umezono-sensei; ini tentang Izumi-sensei."


"Hah? Aku?" Aku menunjuk wajahku.





Kemudian, Muramasa-senpai berkata:



"Biarkan aku yang memberitahukannya. Aku belum memberitahumu - saat aku menulis, ada masalah besar."




Dia terbatuk dan tersipu.


"Aku ingin menulis cerita romantis...tapi aku...belum pernah...berpacaran dengan laki-laki sebelumnya."




"Ah…"






Aku mengerti.


Jika ada seorang pahlawan yang berpacaran dengan Muramasa-senpai dan kemudian putus dengannya – dia tidak akan ada lagi di dunia ini. Itulah harga yang harus dia bayar.


“Masamune-kun, aku tahu apa yang akan kau katakan. Karena aku tidak punya pengalaman berpacaran aku bisa menulis cerita cinta yang aneh seperti itu. Sama seperti dulu, kau menulis cerita komedi romantis tapi kau bahkan belum pernah berpacaran dengan seorang gadis sebelumnya."


"Ini tidak sama!"




Aku bisa menulisnya bahkan tanpa pengalaman! Itu sebabnya aku seorang penulis!


"Tapi dengar, Masamune-kun. Apa yang ingin aku tulis adalah 『 cinta khayalan 』 dan 『 cinta realistis 』 . Aku berencana untuk menulis bagian pertama sebagai 『 cinta khayalan 』 sedangkan bagian kedua, dan juga klimaksnya, adalah 『 cinta realistis 』 ."


"…Begitu."




Bagian yang aku baca adalah bagian pertamanya, jadi tidak heran ada banyak kalimat yang dibuat-buat: termasuk 『 Mozuotoshi 』.


"『 Diriku saat ini 』 adalah satu-satunya yang bisa menulis bagian pertama, sedangkan 『 diriku di masa depan 』 adalah satu-satunya yang bisa menulis bagian kedua. Aku hanya bisa menulis cerita semacam ini sekali seumur hidupku."




Muramasa-senpai sedang berbicara, tapi napasnya semakin berat. Dia meletakkan tangan di dadanya, dan mencoba menenangkan napasnya.




Lalu dia mengatakan ini:


"Aku ingin menyampaikan perasaan ini pada pembacaku. Aku, dan diriku di masa depan, akan bekerja sama - untuk menulis satu-satunya kisah cinta dalam hidupku."




Passionnya sangat membuatku terkejut. Jiwaku hampir diambil olehnya.



Penulis dengan tujuan yang berharga, Senjyu Muramasa.


Gadis yang sedang jatuh cinta, Umezono Hana Keduanya akan melancarkan serangan terkuat mereka. Yang aku rasakan saat ini hanyalah persiapannya.


Ini hanya kekuatan mereka bocor, bukan serangan yang sebenarnya.



Aku ingin tahu apa yang akan terjadi padaku jika aku terkena serangan yang sebenarnya.



"………"





Aku ingin membacanya, tapi aku juga takut akan kekuatan cintanya. Aku terjebak dalam serangan dari dua arah.



"………Sepertinya….ini akan menjadi novel yang sangat bagus."




Aku hampir tidak bisa mengucapkannya.




Sebenarnya: tidak ada lagi yang bisa aku katakan.

Novel yang Senjyu Muramasa akan tulis hanya sekali seumur hidupnya.


Mungkin…baginya…ini adalah 『 novel paling menarik di dunia 』.




"...Masamune-kun, bisakah kau membantuku menulisnya?"




"Maksudmu...melakukan hal ecchi denganmu?"

"Kau belum menikah, kan?"


"Tapi itu masih ecchi."

Itu bertentangan dengan moralku.



"……."



Ini adalah kesempatan bagi Muramasa-senpai untuk memenuhi keinginannya. Tapi…


"Aku akan mengatakan ini sebelumnya, bahkan berpura-saja saja tidak bisa. Aku berpacaran dengan Sagiri, dan kita sudah bertunangan."





Hanya itu yang bisa aku katakan padanya. Bukannya terluka, dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.



"Bukan itu yang ingin kukatakan...tapi aku punya permintaan. Jika kau bisa melakukannya, aku yakin aku bisa menulis novel yang bagus."


"Selama itu sesuatu yang bisa kulakukan."





Aku tidak bisa melakukan apapun yang akan membahayakan kebahagiaan Sagiri.

Itu yang aku maksud. Dia pun mengangguk.



"Aku tahu. Permintaanku adalah —"





Permintaannya – yang memungkinkan ia untuk menulis novel sekali-seumur-hidup.




"- Sebentar lagi akan ada festival. Maukah kau pergi ke sana bersamaku?"




Permintaan yang sangat kekanak-kanakan. Sama seperti cerita komedi romantis.






Tapi…






"…Hanya itu?"




Kupikir dia akan meminta sesuatu yang lebih.


Bagaimana bilangnya…Aku sedikit…kecewa. Pergi 『 kencan 』 …apakah itu sungguh cukup baginya untuk mendapatkan referensi?


Berdasarkan pengalaman ini – apakah dia sungguh bisa menulisnya?



"Itu saja... kumohon, Masamune-kun."


"Baiklah, senpai. Aku akan melakukan yang terbaik."







Jika itu yang dia katakan, maka aku tidak punya alasan untuk menolak.