Pertengahan Oktober, hari Sabtu.
Bertuliskan "SMA Swasta Khusus Putri Nanohana"
Sekolah misionaris.
Sepertinya – murid bisa belajar di sini dari sekolah dasar hingga sekolah menengah.
Dan – harus aku ulangi – ini adalah sekolah khusus perempuan.
Di sekitarku, gadis-gadis berseragam polos ada di mana-mana; mereka semua mengeluarkan aura "wanita kelas atas". Oh… di sisi lain… sepertinya aku melihat beberapa gadis yang mungkin sedang menjalin hubungan…
"…Yah, aku jelas tidak pantas berada di sini."
"Ehehe, Masamune, kenapa kau sangat tegang?"
Di sebelahku, Elf dengan ringan menyikut perutku.
"Karena aku hanya seorang anak SMA biasa: jadi sekolah ini…. sekolah khusus perempuan kelas atas tampak seperti dunia yang sangat berbeda denganku."
Ngomong-ngomong, gadis di sebelahku juga dari ras yang datang dari dunia lain (Elf).
Yamada Elf – tetanggaku yang cantik; seorang penulis terkenal.
Dan… seorang temanku dan adik perempuanku.
"Tapi, kau sangat menarik perhatian, kau tahu?"
"Iya kan?"
"Jangan khawatir! Aku disini bersama mu!" Elf menepuk dadanya, "Lihat apa yang aku pakai! Aku memakai ini hanya untuk hari ini!"
Elf mengenakan pakaian hitam seperti biarawati. Gaya rambutnya juga sangat tradisional, tidak seperti gaya normalnya yang cetar membahana. Harusku katakan, dia sangat terlihat seperti "wanita Jepang kelas atas"
Meskipun rambutnya pirang dan matanya biru.
Membandingkannya dengan gadis lain di sekolah ini, mungkin pakaian seperti ini bisa diterima. Aku telah mengatakannya berkali-kali sebelumnya – tapi ini cocok untuknya. Tidak hanya itu, semuanya, mulai dari pakaian renang hingga pakaian gothic lolita berwarna cerah, bahkan telanjang bulat sekalipun, semuanya menjadi "gayanya".
"Sekolah khusus putri Nanohana – Aku merasa tempat ini dijaga ketat untuk melindungi para murid disini. Hm hm, lagipula, selama aku ada di dekatmu, kau tidak akan dianggap seperti orang yang mencurigakan oleh penjaga dan dikeluarkan."
"Kau sangat bisa dipercaya, kau tahu."
"Yup yup!"
Kelihatannya dia sedang dalam suasana hati yang baik. Tapi aku pikir dia berhak seperti itu. Jika aku bersama Elf, mungkin aku bisa terbiasa tinggal di negara lain – atau bahkan di dunia lain.
Tapi jika aku mengucapkannya, dia akan langsung kepedean. Jadi aku simpan saja untuk diriku sendiri.
"… Gimana kalau kau mulai menyukaiku lagi?"
"Diam."
Aku pikir... mungkin dia sudah tahu.
"Mwu… Nii-san, kau terlalu dekat dengan Elf-chan!"
Suara Sagiri datang dari tablet. Karena kita tidak bisa menggunakannya di tempat terbuka, dia hanya bisa mendengar kita… Namun… sepertinya dia menyadari kalau Elf mendekatiku hanya berdasarkan suara saja.
Perempuan sangat menakutkan.
Elf mendekatkan wajahnya ke Sagiri (di tablet).
"Kufufu, Sagiri, apa kau khawatir tunanganmu akan direbut olehku? Oya oya ~ Kukira kalian berdua saling mencintai, apa itu berarti aku masih punya kesempatan?
"Tidak, kau tidak punya kesempatan" ulang Sagiri, "Tapi karena itu Elf-chan… aku harus berhati-hati."
"Sombong... sekali, Eromanga-sensei."
"Aku tidak mengenal siapa pun dengan nama itu!"
Percikan amarah berterbangan di antara mereka. Saat ini, aku, Sagiri dan Elf sedang berdiri di depan gerbang sekolah.
Agak terlambat, tapi izinkan aku menjelaskan:
Bulan lalu, aku dan Muramasa-senpai setuju untuk ikut serta dalam festival ulang tahun sekolahnya
Lalu, pada akhir September-
— Dalam rangka perayaan ulang tahun SMA Swasta Khusus Putri Nanohara, undangan untuk
— Izumi Masamune-sama dan Izumi Sagiri-sama
Kami menerima undangan.
Tulisan tinta hitam di atas selembar kertas putih yang kokoh: Jelas undangan formal.
Hal pertama yang menarik perhatianku adalah — ini:
Muramasa-senpai bersekolah di SMA khusus perempuan?
Biasanya, festival ulang tahun SMA khusus perempuan adalah tempat yang sangat asing buatku. Bagi penulis Izumi Masamune, dia senang karena dia bisa mendapatkan beberapa referensi yang bagus.
Tapi bagi anak SMA Izumi Masamune, yang bisa ia rasakan hanyalah teror dan kegugupan. Karena SMA khusus perempuan terdengar menakutkan!
Seperti, mereka saling menyapa menggunakan salam formal, dan ada sistem tersendiri di antara saudari perempuan...
Dan beberapa di antaranya dipanggil Rosa chinensis atau Rosa Gigantea?
Maaf, tapi begitulah gambaranku terhadap sekolah khusus perempuan.
Sebegitu populernya mereka itu. Ngomong-ngomong, Rosa Gigantea terdengar sangat keren.
Ups, aku harus kembali ke topik utama sebelum aku dimarahi.
Bagaimanapun, izinkan aku memberi tahu kalian tentang undangan itu.
Pertama, aku sangat terkejut mengetahui bahwa Muramasa-senpai bersekolah di sekolah khusus perempuan. Dan aku lebih terkejut lagi saat mengetahui nama sekolahnya.
SMA Swasta Khusus Putri Nanohana.
Meskipun tidak setenar sekolah paling populer, sekolah ini masih sangat terkenal di daerah tersebut. Hampir semua orang tahu bahwa itu adalah sekolah kelas atas.
Aku tidak bisa membayangkan Muramasa-senpai yang mengenakan kimono, putri Umezozo, pergi ke sekolah misionaris. Jadi jelas aku terkejut. Namun, kalau dipikir-pikir, Muramasa-senpai memang seorang wanita kelas atas yang tertutup.
Jadi baginya bersekolah ke sini adalah... normal.
Walaupun itu tidak sesuai dengan imejnya.
"…………"
– Itulah yang terjadi.
Sekarang, hari Sabtu di pertengahan Oktober, hari kedua festival perayaan ulang tahun "SMA Swasta Khusus Putri Nanohana".
Aku melihat ke sekeliling.
Sekolah ini dikelilingi oleh pagar putih dan pepohonan. Daripada menyebut tempat ini sekolah, aku pikir menyebutnya istana atau kuil lebih cocok.
Karena ini adalah perayaan ulang tahun "SMA Swasta Khusus Putri Nanohana", gerbang sekolah sangat padat. Tapi bagaimana bilangnya – masih terasa sangat tenang di sini. Tidak seperti festival budaya pada umumnya, rasanya lebih seperti kita mengadakan semacam doa bersama.
Elf bergumam pada dirinya sendiri:
"Terkurung sepenuhnya, sekolah ini – terasa seperti murid-muridnya hanyalah sekelompok wanita kelas atas yang naif."
Sesuatu yang hanya bisa dia katakan! Benar-benar ciri khas Elf!
"Nii-san, aku juga ingin lihat! Aku ingin lihat seluruh tubuh mereka, ingin lihat semua cewek di sekolah ini!"
Sangat mesum! Ciri khas Eromanga-sensei!
"Kalau begitu aku akan dianggap mencurigakan, jadi tolong tenanglah. Selain itu, jangan katakan sesuatu yang sangat berbahaya!"
Aku bisa melihat beberapa perempuan melihat ke arah sini.
"Hm…."
Karena aku menggunakan tablet sebagai mata dan telinga Sagiri, jika aku ingin menunjukkan sesuatu padanya, aku harus menggunakannya. Biasanya, walau aku memang tidak akan memfoto, tetap saja buruk jika seseorang melihat laki-laki mengarahkan kamera ke arah sekelompok perempuan.
"Jadi, sebelum bertemu Muramasa, ayo kita segel Sagiri."
"Tunggu, tidaaak!"
Dengan sekali klik, Elf menutup tabletnya.
Suara yang mengatakan "Biarkan aku melihat cewek-cewek itu juga" juga berhenti.
Mengurung sesuatu yang jahat ke dalam objek datar – ya, begitulah cara orang menyegel sesuatu.
(Note: Referensi manga Yu-gi-oh, di mana monster disegel di kartu/tablet batu)
Ngomong-ngomong, saat ini aku berada di gerbang SMP. Sepertinya SMA mempunyai gerbang lain. Tak kusangka ada dua sekolah di satu tempat yang sama. Bagi orang normal sepertiku, aku tidak bisa membayangkannya.
Saat aku masih di SMP, senpaiku di sekolah adalah orang-orang yang sudah kelas tiga... Mereka semua terlihat seperti orang dewasa. Tapi di sekolah ini, ada kelompok lain yang lebih tua tepat di sebelah mereka – murid SMA.
Apa yang dipikirkan anak SMP itu tentang anak SMA?
Apakah seperti di SD, di mana murid kelas satu mengagumi murid kelas enam?
Atau lebih tepatnya... mungkin karena sekolahnya terlalu besar, murid SMP hampir tidak punya kesempatan untuk bertemu murid SMA, jadi mereka bahkan tidak memikirkannya?
Mau tak mau aku membiarkan pikiranku mengembara. Di suatu tempat dalam pikiranku, aku sedang mempertimbangkan untuk menggunakan sekolah ini sebagai latar sebuah novel. Aku pikir tempat ini akan menjadi sumber informasi yang bagus. Maaf, tapi beginilah menjadi seorang penulis, aku tidak bisa menahannya.
Dan aku masih jauh lebih baik dari Eromanga-sensei.
Elf mungkin berpikiran sama denganku, jadi dia dengan senang hati melihat sekeliling.
"Elf, ayo masuk sekarang sebelum terlalu ramai."
"Ya, mumpung kita sudah di sini,"
Kami berjalan melewati gerbang sekolah dan menuju resepsionis; tampaknya itu terletak di dalam gedung administrasi. Aku melihat beberapa penjaga dengan pakaian hitam berdiri di dekatnya mengawasi. Kami mengikuti antrean orang-orang ke resepsionis.
"Selamat datang di perayaan HUT SMA Swasta Khusus Putri Nanohana. Silahkan isi namamu di sini."
"Baik…"
Aku tidak bisa bilang kalau aku sudah terbiasa. Tapi setelah menunjukkan surat undangan dan ID ku pada mereka, mereka memberiku izin.
"Fiuh.. akhirnya."
Jadi gitu. Begitulah cara mereka mencegah orang yang mencurigakan memasuki pekarangan.
"Keamanannya ketat. Ini pertama kalinya aku melihat sesuatu seperti ini di sekolah."
"Benarkah? Aku tidak tahu. Apa seaneh itu di sekolah Jepang?"
"Kurasa begitu."
"Oh?"
Elf tampak agak bingung.
[…]
Kalau dipikir-pikir, dia juga seorang wanita kelas atas dari lahir.
"Ngomong-ngomong Masamune, kita akan menemuinya di sini, kan?"
"Ya, kami berencana bertemu di gedung administrasi pada jam 10. Muramasa-senpai juga bilang kalau dia akan datang menjemput kita."
"Eh, padahal aku ingin pergi ke kelasnya untuk melihat apa yang dia lakukan."
"Aku juga bilang begitu padanya, tapi dia menyuruhku menunggu di sini."
"Oh, begitu."
Elf mengangguk, seperti dia mengerti sesuatu.
Aku melihat jam tanganku.
"Kita masih punya waktu."
"Oke, Masamune! Ayo pergi!"
Elf memegang tanganku dan pergi menarikku dengan riang.
"Hei hei hei! Kemana kita akan pergi? Lagipula, bukannya kita akan menunggu semua orang?"
"Kita bisa kembali ke sini kapan saja! Lagipula, ahahaha, aku punya ide yang sangat menarik."
Dia tertawa dan menarikku keluar.
"Ayolah!"
"Ap, apa yang kau coba lakukan?"
Aku tidak punya pilihan selain mengikutinya.
Lalu…
"………………"
Aku merasakan kehangatan tubuhnya, dan betapa lembut tangannya.
– Sial, aku gugup.
Jika ini adalah pertemuan pertama kami, maka ini tidak mungkin terjadi.
Aku sudah punya seseorang yang aku sukai, tapi terkadang, Elf dapat dengan mudah membuatku goyah.
Sangat mengerikan. Dia jauh lebih mengerikan daripada karakter utama wanita mana pun dalam buku apa pun yang pernah aku baca.
- Tidak tidak Tidak!!! Aku harus tangguh!!!
Aku memaksakan diri untuk tetap tenang dan mencoba mengubah topik pembicaraan.
"Sepertinya sudah dimulai."
"Kelihatannya begitu. Lihat, mereka sedang mempersiapkan panggung."
Elf berhenti dan menunjuk sesuatu. Itu adalah panggung kualitas tinggi yang jarang muncul bahkan di lingkungan profesional sekalipun. Di atas panggung, banyak guru dan murid yang memeriksa peralatan mereka.
"Apa yang mereka coba lakukan? Pertunjukan musik?"
"Ada poster di dekat sini… Hm, saking banyaknya dekorasi aku hampir tidak bisa melihat apapun. Apakah yang tertulis disitu 『 Putri Festival Budaya Sekolah 』?"
"Matamu cukup bagus. Aku tidak bisa melihat apa-apa."
"Oh, kedengarannya menarik! Aku ingin tahu apa aku bisa bergabung meskipun aku bukan murid sekolah ini! Fuhahaha! Haruskah aku pergi dan mengambil hadiahnya ~~ ♪"
Dia sangat percaya diri. Tapi…
"Kenapa tidak? Kupikir kau bisa menang dengan mudah."
"–Fu, santai banget… apa kau sedang mencoba membuat hatiku berdebar?"
Elf meletakkan tangannya di dadanya, dan tersipu.
Ya, aku mencoba membuat hatimu berdebar-debar.
Dia tampak agak malu, tapi masih tersenyum senang:
"Fu ~ ah ~ di dalam sekolah yang penuh dengan wanita kelas atas, kau pikir aku bisa menang dengan mudah? Tidak hanya ada murid SMP, bahkan murid SMA mungkin juga datang ke sini. "
"Ini adalah festival budaya sekolah, jadi aku ragu mereka akan mengadakan kontes baju renang untuk memeriksa bentuk tubuhmu. Lagian, meskipun mereka memang mengadakan kontes seperti itu, berdasarkan ingatanku di pantai, kau masih bisa menang tanpa kesulitan."
*Buk* Dia memukul kepalaku.
"Hei! Jangan bayangkan aku pakai baju renang! Mesum!"
"Ta, tapi kau memamerkannya padaku! Kau sangat percaya diri saat itu!"
Bisakah kau berhenti bertingkah dengan standar ganda yang mencolok seperti itu?
"Tunggu sampai hanya kita berdua! Bodoh!"
Elf tersenyum kecut. Lalu, dia meletakkan tangan di bawah dagunya, dan bergumam
"Sungguh.."
"Tapi, baiklah. Karena kau memujiku, aku sangat senang."
Dia menatap mataku.
"A… a… apa? Hei, kau terlalu dekat!"
Melihatku hampir jatuh, Elf tertawa:
"Untungnya Sagiri tidak mendengar percakapan kita sebelumnya."
"Kuh."
Mendengar kata-kata yang gawat itu, aku membeku. Elf mendekat ke telingaku sampai aku hampir bisa merasakan napasnya —
Dia berkata:
"Jangan khawatir… aku akan merahasiakannya dari anak itu."
"Jangan membuatnya terdengar seperti aku berselingkuh."
Karena novel senpai, kata "perselingkuhan" menjadi kata yang sangat gawat di benak Sagiri.
"Ahaha—!"
Elf tertawa terbahak-bahak, memegangi perutnya – dia jelas sengaja melakukannya. Kami selesai dari "percakapan" sebelumnya dan mulai bergerak melintasi halaman sekolah.
Di perjalanan, kami melihat banyak toko yang dikelola murid-murid.
Beberapa orang mungkin bilang ini harus disebut "pasar". Tapi bagiku, ini sama sekali tidak terasa seperti "pasar".
Semua restoran adalah toko kelas atas, dengan makanan yang layak. Menu nya lebih dari sekadar makanan cepat saji seperti mie goreng atau takoyaki.
Misalnya, mereka punya kue, kue yang namanya panjang, atau teh merah. Mungkin aku terlalu memikirkannya – tapi di antara para tamu aku melihat beberapa orang yang tampak seperti bangsawan.
Ngomong-ngomong…
"Wow wow wow Elf… Lihat, itu kuda! Kuda!"
"Hm? Kau belum pernah lihat kuda sebelumnya?"
"Aku pernah lihat! Jangan menatapku dengan mata itu! Bukan itu yang aku maksud!"
Izinkan aku mengulangi pernyataanku sebelumnya.
"Ada seekor kuda di halaman sekolah!"
"Ini kan sekolah, jadi tidak aneh ada seekor kuda di sini?"
"Itu aneh -! Sekolah normal mana ada punya kuda! Sekolah macam apa yang kau bicarakan?"
"SD ku saat aku masih tinggal bersama orangtua ku."
"Ketemu! Wanita kelas atas sungguhan!"
Kami benar-benar berbeda satu sama lain.
Omong-omong, Yamada Elf-sensei, kau tidak hanya seorang penulis genre fantasi, kau juga telah menulis beberapa novel rom-com, kan? Sangat disayangkan sekali bakatmu!
"Aku bercanda. Jarang melihat kuda di sekolah Jepang."
"…Berhenti main-main denganku. Ini sangat berbeda dari pikiranku, ku pikir aku ada di dunia lain. "
"Maaf, maaf" Elf meminta maaf.
Gadis yang bersama kuda itu berjalan melewati kami. Elf melihatnya lagi untuk terakhir kalinya lalu berbalik ke arah sekolah:
"Oke, kita harus pergi."
"Kemana?"
"Tentu saja —" Dia menutup sebelah matanya "Kita akan melihat perempuan yang kita berdua kenal, melihat kehidupan seperti apa yang dia jalani setiap hari – sekarang juga! Tentunya, kita tidak akan memberitahunya lebih dulu! Fuhahaha, dia akan sangat terkejut! ♪"
Jadi itu yang dia maksud dengan "ide yang menarik".
"Aku tidak bisa memahamimu."
Kau pernah melakukan hal yang sama padaku sebelumnya.
Dan begitulah – tanpa menunggu kelompok Kusanagi-senpai dan Megumi, kami memasuki gedung utama Sekolah Nanohana.
"Hmm, ini cukup normal."
"Tampak agak sederhana bagiku."
Begitu masuk, aku menyadari bahwa sekolah ini tidak seaneh yang terlihat di luar. Di lantai pertama, ada deretan loker, lalu ruang kelas. Juga, ada sebuah kapel kecil. Kita agak menduga ada sesuatu seperti ini di sekolah misionaris.
Satu-satunya yang tidak kami duga adalah patung Maria dan jendela warna-warni. Kami bisa melihat kaca berwarna-warni dari kejauhan, sehingga memberikan kesan religius.
Kesimpulannya, bangunan ini memiliki desain yang polos, dengan putih sebagai warna utama. Demikian, memberikan pengunjung perasaan tenang dan damai. Gadis mana pun yang bersekolah di sekolah ini mungkin akan menjadi gadis yang lembut dan anggun.
"Bagian luar yang berwarna putih memberikan ilusi suci pada orang-orang di dalam; ini pasti keajaiban sang desainer."
Elf mengucapkan apa yang ada di pikiranku.
"Jangan berkata seperti itu. Orang-orang tidak menyukainya."
"Ini sama dengan menganggap light novel yang sampulnya perempuan imut akan jadi buku yang bagus."
"Sudah kubilang kalau orang-orang tidak menyukainya!"
Di satu sisi, ini adalah sesuatu yang membuat sebagian besar penulis light novel kesulitan. Dari sudut pandang seorang penulis, kita penasaran seberapa besar efek ilustrasi mempengaruhi novel kita. Sulit untuk memikirkannya dari sudut pandang pembaca.
Namun, ada sesuatu yang ingin aku katakan...
"Hey, Elf-sensei. Katakanlah karena bagian luarnya berwarna putih, dalamnya pasti tidak jauh dari itu juga, kan?"
Setidaknya kupikir kalau apapun yang aku tulis harus tidak boleh mempermalukan gambar yang dibuat Eromanga-sensei.
"Ya, kau akan berpikir seperti itu. Tapi isi sekolah ini adalah si aneh kutu buku Muramasa-chan."
"…Mari kita berhenti membicarakannya."
Bagian luar dan isinya adalah hal yang sama sekali berbeda!
Tapi, mengingat apa yang Elf katakan barusan—
"Seperti apa Muramasa-senpai di sekolah? Aku tidak bisa membayangkannya…"
"Aku pikir pasti akan sangat aneh. Semua orang pakai seragam, tapi dia akan jadi satu-satunya yang mengenakan kimono. Kayanya selama istirahat, dia tidak akan berbicara dengan siapa pun dan hanya diam-diam menulis novel sendiri."
"Yah, itu agak menyedihkan, bukan begitu?"
Maaf, Muramasa-senpai.
Aku hampir bisa membayangkan adegan di mana dia diasingkan di kelasnya.
– Kami terus berjalan sembari mengobrol.
Kami sampai di lantai dua. Ada koridor yang penuh dengan ruang kelas anak kelas pertama. Ada meja di depan setiap ruangan, menunjukkan kegiatan masing-masing kelas.
Koridornya dihiasi dengan kertas warna-warni seperti halaman sekolah, sehingga terlihat lebih hidup dari biasanya. Para muridnya sendiri mungkin yang membuatnya, jadi orang biasa (aku) merasa sedikit lebih nyaman.
Suasananya sama dengan festival budaya yang biasa aku kunjungi.
"Oh? Ini terlihat sangat menarik. Akhirnya tampak seperti hari ulang tahun sekolah pada umumnya."
"Sungguh? Dibandingkan dengan sekolah lain, ini cukup sederhana. Pikirkan saja, ulang tahun sekolah biasanya akan ada banyak balon dan bendera warna-warni, kan?"
"Oh benar, tidak ada yang seperti itu di sini."
"Mungkin karena mereka khawatir dengan imej sekolah? Ngomong-ngomong, kurasa dekorasi seperti itu tidak cocok dengan sekolah ini."
"Mungkin? Apa itu sebabnya di luar suasananya tidak terasa seperti ulang tahun sekolah?"
Menurut pendapatku, perayaan ulang tahun sekolah harus dilakukan dengan dekorasi buatan tangan yang murah.
Tapi bagaimana bilangnya… setelah memasuki lantai ini… aku merasa sedikit gelisah.
Di depanku suasana perayaan ulang tahun sekolahnya normal seperti yang aku tahu. Karena semua murid adalah wanita kelas atas, aku tidak melihat ada anak laki-laki berlarian mencoba membawa tamu ke toko mereka. Tapi itu tidak penting.
Awalnya, kupikir aku datang ke tempat yang salah.
Tapi sekarang aku mulai merasa tertarik.
"Ini bagus. Aku merasa sedikit tertarik."
"Ahaha, melihat saja sudah cukup untuk membuat heboh, kan – lihat, ada rumah hantu dan toko aksesori – dan aku lihat toko tarot di sana! Hei, Masamune, mau kemana dulu?"
Elf memegang tanganku, tapi aku mencoba bersikap tenang dan menjauh.
"Bukannya kau bilang kita akan mengunjungi kelas Muramasa-senpai?"
"Oh, benar. Sayang sekali."
Dia tampak agak murung, tapi kami melanjutkan perjalanan. Muramasa-senpai itu kelas satu, tahun ketiga. Mungkin di lantai empat. Kami tiba di lantai empat dan mulai melihat-lihat.
"Eh? Hei, Masamune. Kau lihat itu di sana – apa itu…?"
Elf menunjuk ke depan. Aku mengikuti jarinya:
"Mana mana... toko macam apa itu?"
Di antara semua toko lainnya, hanya itu yang agak… istimewa. Di atas meja, ada papan bertuliskan "Tahun ketiga, kelas satu, kafé cosplay ♡". Diikuti dengan gambar seorang pelayan dengan telinga kucing.
"Apa itu? Di ujung di sekolah khusus perempuan, ada sesuatu yang seperti di Akihabara…"
"Sangat menarik perhatian. Juga, tahun ketiga, kelas satu, mungkinkah…."
"Kelas Muramasa-chan… ya kan?"
[……………]
Kami berdiri di sana dalam diam, saling memandang.
Si kutu buku Muramasa-senpai, yang bersekolah di sekolah khusus perempuan; toko kelasnya adalah "kafé cosplay ♡"? Perbedaan antara kedua hal itu terasa begitu aneh.
Elf meletakkan tangan di bawah dagunya, tenggelam dalam pikirannya.
"Hm…Muramasa meminta kita untuk menunggu di gedung administrasi daripada kelasnya mungkin karena dia tidak ingin kita datang ke kelasnya. Walau aku sudah memperkirakannya... yang mana ku pikir akan menarik untuk tiba-tiba mengunjungi kelasnya - aku tidak menduga bagian "kafé cosplay ♡" nya."
"Jadi kau memikirkan itu sampai segitunya?"
"Hahaha… Oke, sekarang, bahkan aku tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Masamune, apa kau sudah siap-siap?"
Elf menjilat bibirnya dan mengatakan sesuatu bak seorang petualang tepat sebelum dia memasuki dungeon. Sepertinya dia sudah sadar, dan sangat tertarik juga.
"Ba...ik. Kalau gitu ayo kita pergi dan melihatnya."
Kami berjalan menuju tempat yang bahkan lebih misterius dari dungeon - "kafé cosplay ♡" nya, kelas satu, tahun ketiga, Muramasa-senpai.
Tapi…
"Eh? Pintunya terkunci. Apa mereka masih belum buka?"
"Tampaknya kita datang terlalu cepat. Ayo kembali."
"Hm, aku tidak menyerah – Permisi!!"
Elf berteriak di pintu. Membuka celah kecil.
"Maaf, siapa?"
Seorang gadis menengok keluar dan bertanya. Dia melakukannya dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Sagiri. Walau celahnya tidak cukup besar bagiku untuk bisa lihat ke dalam, aku pikir dia mengenakan pakaian pelayan...
"Temanku ada di kelas ini. Apa tokomu masih belum buka?"
Elf bertanya tanpa ragu:
"Eto… Kami masih bersiap-siap… bisa tolong tunggu sebentar…"
Dia kembali ke dalam ruangan dan berbicara dengan rekannya di dalam secara diam-diam.
"Um… Ya… wanita cantik berambut pirang… Ya, mungkin. Bisakah aku membiarkan mereka masuk? Mengerti, semuanya, kembali ke posisi —"
Kemudian dia berbalik ke arah kami.
"Maaf atas keterlambatannya! Kami sudah siap, silakan masuk!"
Dengan krek, pintu pun terbuka.
"Masuk, silakan masuk!"
Kami memasuki "kafé cosplay ♡".
"Selamat datang! Tuan! Nyonya!"
Banyak maid muda yang menyambut kami.
"——————-"
Untuk "banyak alasan", saking terkejutnya kami berhenti bernapas: Walaupun kami sudah siap mental untuk menghadapi dungeon yang tak diketahui ini.
Hal pertama yang mengejutkan kami adalah pakaian mereka.
Rok hitam dan putih: Pakaian maid klasik, yang sama sekali tidak terlihat seperti replika murahan.
– Mereka semua adalah wanita kelas atas, jadi itu berarti –
"…Mere, mereka membawa pakaian maid asli…ke festival budaya sekolah."
— Itu dia.
Hanya wanita kelas atas sungguhan yang ikut serta dalam cosplay ini. Hanya sekolah ini yang bisa memiliki maid café mewah seperti ini. Di satu sisi, ini adalah langkah yang brilian.
Dan… alasan kedua adalah, seperti yang diharapkan dari "kafé cosplay ♡", mereka bukan sekadar maid. Mereka semua memiliki telinga kucing, telinga anjing atau ekor binatang.
Pada awalnya, kupikir aksesori tak senonoh macam itu tidak cocok dengan pakaian maid biasa. Namun, entah karena pesona mereka atau hal lain, hasilnya adalah membuat mereka jadi lebih menarik.
Dan alasan ketiga adalah —
"Ma, Ma Ma Ma Ma Ma Ma Ma Masamune-kun!!?"
Seorang maid ber telinga kucing mengarahkan jarinya padaku sambil ketakutan.
Di antara gadis-gadis berpakaian maid klasik itu, ada satu pengecualian. Seorang gadis yang mengenakan pakaian yang sangat terbuka –
Dia adalah Senjyu Muramasa-senpai.
- Gawat. Baju... itu... terlalu terbuka...
- Mataku…! Mataku!… Aku akan buta!
Mataku menerima full damage dari serangan itu dan aku hampir pingsan di tempat. Aku bahkan tidak bisa mengucapkan apapun.
Di sebelahku, Elf mengatakan apa yang aku ingin katakan tapi tidak bisa.
"Mura… masa… kau… kenapa kau memakai itu?"
"Tidak, bukan seperti itu!"
Seperti saat ia memakai bikini ke pantai, senpai mencoba menjelaskan sambil menutupi dadanya. Wow, lihat bagaimana payudaranya yang montok berubah bentuk. Dia tidak sadar tindakannya itu membuatnya semakin erotis.
"Elf! Masamune-kun! Dengarkan aku! Biar aku jelaskan!"
"Tidak, tidak perlu dijelaskan lagi. Kau jelas memakai kostum maid erotis! Di sekelilingmu adalah maid biasa, tapi hanya kau yang berperan sebagai pemilik toko erotis!"
Kau tidak perlu mengatakannya! Aku setuju denganmu, tapi…
"Bukan seperti itu! Ini... pakaian ini dibawa ke sini oleh teman sekelasku yang bodoh! Ini bukan milikku! Dan juga bukan seragam toko ini!"
"Jadi kenapa kau memakainya? Dilihat dari timingnya, kau berencana untuk menyambut kita dengan pakaian ini. Dasar maid mesum."
"Wahh…. itu salah paham… aku ditipu…"
Senpai menangis: tolong ampuni dia kali ini... Selain itu, Elf, kau seharusnya sudah tahu kalau tidak mungkin dia akan sukarela memakai ini. Aku yakin hal ini mirip dengan saat kami pergi ke pantai.
"Eto… Muramasa-senpai?"
Setelah aku membuka mulutku, senpai menoleh ke arahku dengan mata memohon. Kemudian, dia mulai menangis lagi.
"Ma… Masamune-kun… kau mengerti kalau ini hanya salah paham, bukan?"
"Pakaian itu sangat cocok untukmu, dan telinga kucingnya sangat imut"
"Fu~ nyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnn"
Dia berlari ke ruang belakang sambil menangis.
Elf menyikutku pelan di perut
"Bodoh, kau terlalu terang-terangan."
"Aku ingin menenangkan pikirannya..."
"Tapi itu menjadi bumerang. Kupikir kau baru saja mengenai mentalnya. Jadi bagaimana sekarang?"
"Walau kau bertanya padaku…."
Singkatnya, aku perlu tahu kenapa senpai menjadi seperti itu. Tapi malah menjadi kacau. Jika ini light novel, karakter utama akan muncul entah dari mana.
"Sebelum Hana-chan kembali, biarkan aku yang melayanimu, Onii-sama."
Tiba-tiba – Seseorang datang pada kami.
"Eto ~?"
"Senang bertemu denganmu. Aku Usami Suzune."
Gadis yang bernama Suzune itu mengenakan pakaian maid klasik yang normal dan telinga kelinci.
Kulitnya halus seperti sutra: seperti putri Jepang, cantik dan lembut.
"De… dengan senang hati. Senang bertemu denganmu. Aku diundang oleh Muramasa – maksudku, aku diundang oleh Umenozo-san, namaku…"
"Gadis yang terlihat seperti wanita kelas atas" tiba-tiba muncul dan membuatku tergagap.
"Kalian berdua pasti Izumi Masamune-sensei dan Yamada Elf-sensei."
"Eh, kenapa—"
"Karena aku suka baca light novel."
"…Begitukah?"
"Ya, aku paling suka light novel."
Ohhh…
Muramasa-senpai bukanlah tipe orang yang akan memberi tahu nama kami ke teman sekelasnya.
Dengan kata lain... gadis ini menebak nama kami dengan benar tanpa bantuan. Tidak termasuk Elf, tapi untuk bisa mengenali Izumi Masamune… Kecuali dia adalah penggemar berat light novel, dia pasti tidak akan tahu.
Jadi, seorang wanita kelas atas yang menyukai light novel? Bentuk kehidupan aneh itu benar-benar ada di dunia ini?
"Masamune, Masamune."
Elf menarik lengan bajuku.
"Iya?"
"Aku wanita kelas atas yang juga menyukai light novel."
Dia mengarahkan jarinya ke wajahnya. Dia benar-benar membacaku seperti buku.
"Ya ya ya, seperti itu. Elf-sensei hampir seperti wanita kelas atas, kan?"
"Bukan hampir. Aku memang wanita kelas atas!"
"Tapi ada seorang gadis yang lebih seperti wanita kelas atas daripada kamu."
"Arrgg! Kau sangat membuatku kesal! Aku benci orang yang berbicara sepertimu!"
Saat aku berdebat dengan Elf, Suzune tertawa:
"Kalian berdua sangat lucu. Seperti yang Hana-chan katakan."
"Eh, kau Suzune, kan? Senang bertemu denganmu, aku Yamada Elf."
"Senang bertemu denganmu. Bolehkah aku memanggilmu sensei?"
"Hmm, santai saja. Panggil saja aku Elf."
"Boleh?"
"Tentu saja, karena kau adalah Mu—"
Elf berhenti sejenak dan melirik Muramasa-senpai. Senpai telah lari ke ruang belakang dan menyembunyikan dirinya dengan tirai. Ekspresi tenangnya yang biasa hilang, dan dia terlihat sangat imut. Elf tersenyum cemerlang dan mengubah kata-katanya:
"Kau pasti teman Hana-chan juga, kan? Kalau begitu kau juga temanku, tidak perlu pakai bahasa formal."
Dia pasti khawatir Muramasa-senpai menyembunyikan nama penanya dari teman-teman sekelasnya. Elf sangat pandai membaca mood; berbicara dengannya bisa sangat santai. Tapi di saat yang sama, saat dia berbicara dengan orang lain selain aku, topiknya bisa berubah dengan sangat cepat.
Menurut Elf – gadis bernama Suzune adalah teman Muramasa-senpai. Itu tidak terlalu penting, tapi Suzune juga tersenyum, dan suaranya melembut.
"Um, kalau begitu Elf-chan adalah temanku juga. Memang, aku teman Hana-chan."
"Ya, mari berteman."
Mereka terlihat seperti teman baik.
- Benar-benar kejutan.
Kami khawatir Muramasa-senpai diasingkan di sekolah.
"Sebenarnya, Hana-chan sangat diterima di sekolah."
"Benarkah?"
Elf terkejut. Dia mengarahkan jarinya ke Muramasa-senpai di balik tirai.
"Tidak mungkin!? Karena dia – adalah seorang narsisis akut yang tidak tertarik pada orang lain. Tidak hanya menyukai novel, yang dia miliki hanyalah wajahnya yang cantik. Aku yakin kalau dia adalah tipe orang yang dibenci oleh semua orang."
"Kau demi-human! Kau terlalu banyak bicara!"
Senpai menjulurkan kepalanya keluar dari tirai dan menyahut.
"—————"
Mungkin percakapan itu terlalu lucu, tapi Suzune tertawa terbahak-bahak. Dia membungkuk, dan batuk-batuk. Namun itu tidak terlihat tak anggun, sungguh wanita kelas atas.
"Ini dia! Beginilah seharusnya! Elf-chan memang hebat! Ha ha…"
Masih tertawa, Suzune memberi tahu Elf:
"Sebenarnya aku sudah mengenal Hana-chan sejak dia berumur tiga tahun, jadi aku sudah mengetahuinya. Aku sudah terbiasa dengan itu."
"Oh? Jadi karena itu?"
"Iya. Untuk lebih jelasnya, hampir semua orang di kelas ini sudah saling kenal sejak kita masih kecil."
"Aha…"
Aku mengerti.
Sebuah sekolah untuk wanita kelas atas – menerima murid mulai dari sekolah dasar – jadi itu sebabnya… selama bertahun-tahun… mereka sudah saling kenal.
Mungkin mereka lebih kenal dengan Muramasa-senpai daripada aku.
"Tentang Senjyu Muramasa-sensei, semua orang di sini sudah tahu, jadi kalian tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya."
Sepertinya dia memperhatikan apa yang Elf coba hindari.
…Ah… gadis-gadis yang kutemui semuanya cerdas dan bijaksana.
Aku melirik sekilas ke ruang belakang. Banyak gadis berpakaian maid datang ke Muramasa-senpai (di balik tirai) dan berbicara dengannya:
"Hana-chan, ayo!"
"Cepat, pacarmu ada di sini."
"A, aku bilang dia bukan pacarku…."
"Kalau begitu, kau harus menyambutnya dengan 『 Selamat datang, Tuan 』 dan mencoba memikatnya sampai dia bisa memberimu anak – kita sudah berlatih, ingat?"
"I, iya! Tapi aku tidak tahu kalau aku harus pakai sesuatu yang sangat memalukan!"
"Ahahaha… aku juga terkejut."
"Tidak disangka Suzune akan menyiapkan pakaian yang begitu berani"
"Jadi pakaian maid erotis itu dibawa ke sini olehmu!?"
Ini pertama kalinya aku bertemu dengan seorang wanita kelas atas, jadi aku tidak bisa menahan diri. Namun, Suzune memberikan jawaban yang sangat cocok- Dia mengetuk pelan kepalanya sendiri:
"Ehehe ♡"
Astaga.. imut sekali.
Rasanya seperti ketika Eromanga-sensei sangat senang dan memamerkan pesona moe-nya.
"Terima kasih sudah datang sebelum pembukaan. Karena aku ingin Onii-sama melihat ini."
Suzune mengangkat bahu. Sepertinya Muramasa-senpai akan segera merubah pakaiannya kembali. Hm… sepertinya kepribadian Suzune-chan ini tidak cocok dengan penampilannya. Bagaimana bilangnya –?
– Onii-san ♡
– Onii-sama.
Ya, dia seperti Megumi!
Atau lebih tepatnya… bisa dibilang… persis seperti Megumi: hanya penampilannya yang cantik. Karena aku tidak memiliki informasi yang cukup tentangnya, aku tidak bisa mengatakan lebih dari itu untuk saat ini.
"Jadi ~~"
Suzune menutup salah satu matanya, dan mengangkat jari telunjuknya seperti heroine di anime:
"Masamune Onii-sama, Elf-sama, sekali lagi, selamat datang di 『 kafé cosplay ♡ Flowers 』 kami."
Flowers? Apa dia mengambilnya dari "Hana"?
(Note: Hana berarti bunga dalam bahasa Jepang)
Jadi apa itu artinya...Kelas ini menamai toko mereka dengan nama Muramasa-senpai?
Aku turut senang untuknya.
"Walau kami masih bersiap-siap, karena kalian berdua adalah teman Hana-chan, ada layanan khusus untuk kalian. Izinkan kami untuk melayanimu sebagai latihan juga. Silahkan, lewat sini."
"Eh, baiklah..."
Tunggu, apa? Apa yang mereka coba lakukan?
Suzune membawa kami ke meja dengan taplak putih dan bunga plastik di atasnya. Karena ruang kelas didekorasi dengan gaya klasik, suasananya sangat enak.
Aku duduk di depan Elf. Suzune tersenyum:
"Kalau begitu, izinkan aku menjelaskan. Pertama, untuk pembayaran, kalian hanya dapat menggunakan Tiket Nanohana yang disertakan dalam surat undangan. Terima kasih atas pengertiannya."
"Oh baiklah."
Ya, ada sesuatu seperti itu. Satu pak sepuluh tiket atau apalah. Sekolah mungkin tidak ingin murid mengambil uang tunai secara langsung
"Haha, seperti uang Monopoli. Sangat imut."
Selagi aku bersenang-senang sambil memikirkan itu, Elf bergumam:
"Ngomong-ngomong, Masamune: Tiket-tiket ini berharga sekitar ¥1.000." (Note: Sekitar Rp. 130.000)
"Apa?"
Bukankah ini agak mahal?
"Ya, setiap tiketnya seharga ¥1.000. Jika kau merasa tidak cukup, kau selalu bisa membeli lebih banyak."
"A... aku mengerti."
Aku melihat-lihat menu. Minuman dan makanan ringan masing-masing berharga satu tiket.
…Jadi masing-masing harganya ¥1.000…. Ini murah atau mahal?
Dan… apa itu berarti selama festival budaya ini… tiket ¥1.000 adalah mata uang terkecil?
Aku merasa sedikit tidak nyaman di sekolah ini.
"Juga, untuk setiap 30 menit yang kalian habiskan di toko kami, kami akan menagih dua tiket Nanohana."
"Setiap 30 menit?"
Apa apaan?
"Iya. Tapi selama itu, kalian diperbolehkan minum sepuasnya dari botol rumah."
"Botol rumah?"
"Itu adalah minuman non-alkohol di daftar kedua ini. Namun, minuman lain dan makanan ringan masing-masing harganya satu tiket, kuharap kalian bisa mengerti."
“Dengan kata lain, aku menghabiskan ¥2.000 hanya untuk duduk di toko ini…. Dan ada biaya tambahan ¥1.000 untuk setidaknya memesan apa pun. Tapi, untuk kafé maid, dibandingkan dengan Akihabara, harga ini tidak terlalu mahal…"
Ngomong-ngomong, aku belum pernah pergi ke kafé maid, jadi itu hanya tebakanku.
"Tapi sistem harga seperti ini... tidak terasa seperti kafé maid..."
Aku setuju dengan pernyataan Elf.
"Ya ya ya... bagaimana bilangnya...? Aku pikir aku pernah mendengarnya di suatu tempat sebelumnya... seperti toko anggur, dan ada batasan waktu juga... di mana aku pernah mendengarnya..."
Aku pikir aku pernah mendengarnya saat pertemuan antara penulis light novel...
"Hm… apa yah… ini bukan sesuatu yang dibicarakan dalam obrolan biasa… ahh sudah ada di ujung mulut….”
"Oh, benar, aku lupa."
Selagi kami merenung, Suzune berkata dengan suara yang sangat lembut:
"Kalian harus membayar pelayan wanitanya juga, yaitu dua tiket."
"Ini seperti klub Kabaret!!" Baik Elf dan aku berteriak.
"Sekarang aku ingat! Pantas saja kedengaran familiar, karena Shidou Kunimitsu yang mengatakannya!"
"Jadi begitu obrolanmu dengan mereka, ya!?"
"Eto... tapi, yah, itu tidak penting sekarang —! Itu menjijikkan. Ada perbedaan besar antara sekolah wanita kelas atas dan klub kabaret, jadi aku tidak menghubungkannya sampai sekarang."
Dan juga, ini sangat mahal! Hanya 30 menit dan upah pelayannya saja sudah menghabiskan hampir setengah dari tiketku.
"Sayang sekali, Onii-sama. Tolong sebut kami 『 kafé cosplay 』"
"Tapi kau sepenuhnya meniru biaya klub Kabaret. Ide siapa itu?"
"Aku."
"Kau!?"
Kupikir dia sama seperti Megumi – tapi aku salah.
Faktanya, itu kebalikannya.
Megumi hanya mencoba untuk bersikap tegar, tapi dia sebenarnya wanita jalang yang polos. Tapi sebaliknya, gadis ini hanya berpura-pura menjadi wanita kelas atas yang polos, tapi kenyataannya, begitulah dia sebenarnya?
"...Eto, Onii-sama? Mungkinkah kau menganggapku sebagai gadis yang sangat nakal?"
Melihat betapa tersipunya dia, kebanyakan orang akan berpikir bahwa dia adalah gadis yang sangat polos…
"Tidak. Aku hanya punya beberapa serpihan pengetahuan, jadi aku tidak tahu banyak tentang 『 Klub Kabaret 』 yang kau bicarakan..."
Pembohong. Mengingat apa yang kau katakan sebelumnya, kau pasti sangat berpengetahuan tentang klub Kabaret.
"Toko ini dibuat agar teman sekelasku dan keluarga mereka bisa bersenang-senang."
"Maksudmu apa?"
“Misalnya, ayah Hana-chan bisa datang ke sini dan meminta putrinya untuk melayaninya. Lalu Hana-chan, ber telinga kucing, sebagai karyawan, bisa memanjakan ayahnya. Seperti memberinya kue, atau menuangkan minuman untuknya…”
Jadi pada dasarnya ini adalah klub Kabaret. Tetap saja..
"Oke, sepertinya aku mengerti. Toko ini dibuka agar orang tua yang menyayangi putrinya bisa bersenang-senang."
"Iya! Karena anak perempuan biasanya sangat pemalu dan tidak bisa berterus terang, ini adalah kesempatan bagi mereka untuk memanjakan orang tua mereka! Toko ini adalah tempat untuk mewujudkan mimpi itu, tidakkah kau mengerti?"
"Kau pasti punya pikiran orang tua."
Aku mengenal seseorang yang bahkan lebih sepertimu daripada Megumi. Orang tersebut dipanggil Eromanga-sensei.
"Sungguh, Onii-sama sangat kasar!"
"Ya..."
Aku merasa lelah saat berbicara dengannya. Aku menurunkan kepalaku.
Suara Suzune yang tenang dan lembut terdengar lagi.
"Jadi, Onii-sama, haruskah aku memilih seorang gadis untukmu?"
Ya, opsi A, aku akan membawamu - pilihan itu muncul di kepalaku. Tapi jika aku mengatakannya, setidaknya Elf akan menceramahiku. Dan kupikir Sagiri dan dia akan mengusikku, jadi…
"Ba... baiklah. Hana-chan kalau begitu."
"Oke~! Hana-chan, ada pelanggan yang memintamu~~~~~~~~"
Aku bisa bilang Suzune dalam suasana hati yang baik.
Kemudian, di belakang kelas, masih bersembunyi di balik tirai dan mencoba memutuskan apakah dia harus melepas telinga kucing, Muramasa-senpai membuat suara "Eh?". Setelah itu, semua teman sekelasnya mengerumuninya dan mendorongnya ke depan.
"Cepat...~!"
"Hana-chan, ada pelanggan yang memintamu!"
"Ayo, ayo ♪"
"Eh? Ehhhheee?"
Hana-chan mendatangi kami.
"………………"
Berdiri di samping meja, wajah Muramasa-senpai sangat memerah. Bahkan saat Elf bilang "yo" padanya, dia masih tidak bergerak sedikit pun. Dia terus berdiri di sana, membeku di tempat, selama 30 detik penuh.
"Ka… ka… kalian… ku bilang aku akan datang untuk membawa kalian masuk… dimana yang lainnya?"
"Fiuh, maaf maaf ~~. Karena kami ingin tahu seperti apa kau di sekolah ~ Masamune bilang kalau dia ingin lihat apa pun yang terjadi, jadi kami memutuskan untuk mengejutkanmu."
"Hei Elf, jangan menyalahkanku."
"Tapi kau ingin melihatnya, bukan?"
"Yah, itu benar."
"Jadi kau bersalah."
Hmm, memang.
Tiba-tiba, Muramasa-senpai menoleh untuk melihat ke arahku. Matanya berhenti pada Suzune, yang dengan gembira memerhatikan percakapan kami.
"Apa kau... berbicara dengan Suzune?"
"Iya. Dia bilang dia teman baikmu."
"Hm, dia bukan teman baikku. Dia teman burukku. Teman buruk."
Senpai menyangkalnya, dan suaranya serius. Tapi Elf segera menerjemahkannya dan mengerti maksudnya.
"Oh, jadi kalian berdua memang berteman baik."
Itulah yang dia katakan.
Karena terlalu jelas, bahkan aku bisa melihatnya. Aku bisa memahami level tsun-tsun ini.
"Ahaha ~ aku sudah bilang kan?"
Ucap Suzune dan memeluk bahu Muramasa-senpai.
"Berhenti. Ini menjengkelkan. Aku sudah memaafkanmu tentang pakaian ini, jadi bagaimana kalau kau menjauh…"
Kemudian senpai mencoba mendorongnya menjauh.
"Oh ~ jahatt ~"
Suzune berpura-pura terluka. Tapi itu jelas hanya akting, dia pun berkata:
"Tapi, aku menolak. Ini kesempatan langka saat dua orang legendaris datang ke sekolah kita: Ada punya banyak hal yang ingin aku bicarakan dengan mereka."
Suzune menatap Elf…
"Iyaa ~ "
Ucap mereka berdua bersamaan. Ini adalah pertemuan pertama mereka, tapi mereka berdua akrab.
"Oh... duo ini... aku punya firasat buruk ..."
Muramasa-senpai melihatnya, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan.
Suzune dengan cepat duduk di kursi di sebelahku dan bertanya:
"Jadi, Onii-sama, bolehkah aku diam di sini?"
"Eh? Yah, aku tidak keberatan..."
"Terima kasih telah memilihku!"
"Tunggu sebentar! Bagaimana dengan bayaranmu?"
Murid SMA, kalian harus ingat: klub kabaret adalah tempat yang sangat menakutkan. Aku sudah lama lupa kalau mereka menyebut tempat ini sebagai kafé maid.
"Hana-chan. Cepat ~ dan mulai bekerja."
"…Ooh…"
Karena desakan Suzune, Muramasa-senpai bergumam malu.
"Ya yahh, selamat datang.... Tuan, Nyonya."
"Ah…."
Muramasa-senpai membungkuk lalu duduk di sisi lainku. Kemudian, secara perlahan dia mencondongkan tubuhnya.
"Mu, Muramasa-senpai…."
"Ini, ini pekerjaanku.... jadi mau bagaimana lagi... ini pekerjaanku..."
"Oh..."
Seorang maid dengan pakaian terbuka sedang melayaniku…. mengerikan. Kurasa tidak ada cara bagi seorang pria untuk tetap tenang di situasi ini.
"Masamune, matamu terlihat sangat mesum. Aku kasih tahu Sagiri."
"Kumohon, tolong jangan!" Aku memelototi Elf, yang balas melotot.
Lalu Muramasa-senpai berkata, seolah dia baru saja membuat keputusan.
"Ma, Masamune-kun. Bisakah aku menjelaskan semuanya dulu?"
"Boleh... Meskipun kupikir aku sudah mengerti..."
Menurutku dia ditipu memakai pakaian maid yang terbuka ini, benar?
"Tapi, aku harus mengatakannya! Maka... ini... karena aku berencana ingin pergi ke festival budaya bersamamu, jadi aku punya waktu luang sepanjang hari."
"Sayang sekali. Bukannya normal saja untuk melakukan yang terbaik di hari kedua?"
Elf benar.
Muramasa-senpai ingin pergi bersama kami, jadi dia harus melewatkan satu hari kerja. Tapi hari kedua biasanya saat-saat paling sibuk.
"Ya, semua orang mengkhawatirkanku, jadi mereka menjadwalkanku untuk bekerja 『 di hari pertama 』 dan 『 pagi hari di hari kedua 』."
Muramasa-senpai tersenyum kecut. Maid lainnya tertawa:
"Tidak apa-apa ~"
"Tahun lalu, Hana-chan membantuku, ingat?"
"Saat tahun pertamaku, berkatmu aku bisa berkencan dengan pacarku... Sekarang giliranku untuk memberi Hana-chan kesempatan."
"Nikmati saja!"
– Sepertinya memang begitu.
"Hm ~~ Aku bisa lihat kau sangat diterima disini."
Elf mengatakan apa yang ada dalam pikiranku.
"Begi... tukah? Aku sendiri tidak yakin... Mereka mendekorasi ruang kelas dan memaksaku memakai pakaian tak senonoh ini..."
Hubungan tanpa pamrih semacam itu disebut "persahabatan".
"Elf-chan, kau sepertinya terkejut melihat Hana-chan diterima di sekolah?" tanya Suzune.
"Iya. Tidak sesuai dugaanku."
"...Bagaimana denganmu, Onii-sama?"
"Ya, aku juga - omong-omong, kenapa kau memanggilku Onii-sama ?"
"Karena kau adalah penulis Sekaimo, jadi kupikir kau ingin dipanggil seperti itu."
"Itu salah paham."
Jangan perlakukan seorang penulis secara berbeda karena apa yang ia tulis di bukunya. Aku mengerti mengapa dia berpikir seperti itu, tapi hanya karena seorang penulis memasukkan kata "adik perempuan" dalam judul novelnya, itu bukan berarti otomatis dia adalah seorang siscon.
Mengapa? Ya, aku seorang siscon yang mencintai adik perempuanku. Tapi aku tidak tertarik pada adik perempuan lain selain Sagiri! Aku tidak suka adik perempuan, aku suka Sagiri! Karena aku membuat karakterku berdasarkan Sagiri sendiri, aku bisa menulis pemeran wanita di Sekaimo sebagai adik perempuan.
Aku harap kalian tidak membuat kesalahpahaman itu.
"Begitu... Jadi, apa kau membencinya ketika aku memanggilmu 『 Onii-sama 』?"
"... Sebenarnya aku sangat senang."
Dengan *Buk*, Elf memukul kepalaku.
Aku berteriak "sakit" lalu mencoba menutupi kepalaku.
"Bukan seperti itu... Kurasa aku mengerti alasan mengapa Mahouka Koukou no Rettousei sangat diterima. Siapa pun akan senang jika wanita cantik berambut hitam memanggil mereka 『 Onii-sama 』."
"Ahaha, maka aku juga akan memanggil Izumi Masamune-sensei 『 Onii-sama 』."
"…Tentu, terserah."
Di depanku, Elf mengeluarkan tablet dari bawah meja.
"Eh eh, Sagiri, itu yang baru saja dikatakan pacarmu."
"Terima kasih atas laporannya, Elf-chan. Eh, Nii-san? Mulai sekarang, haruskah aku memanggilmu Onii-sama juga?"
"Ahhhhhhhhhhhhhhh!!! Elf, kau!!!!!! Bagaimana bisa kau lakukan itu padaku!? Sejak kapan kau melepaskan segel Eromanga-sensei??"
"Sejak saat dia menjelaskan sistem pembayaran di tempat ini untukmu."
Sepertinya dia mendapat izin dari maid lainnya.
"...Kuh..."
Yang berarti adikku melihat Suzune memanggilku "Onii-sama". Ba, ba, bagaimana ini... bagaimana caranya aku selamat dari sini...
Elf membawa tablet itu ke wajahku. Di layar ada gambar Sagiri (dengan topengnya). Senyuman dingin dan hampa di topeng Meruru itu macam sesuatu yang muncul di film horror.
...Dia pasti sangat marah.
Aku berusaha mencari alasan sambil mengulur waktu:
"Sa, Sagiri. Bukan seperti itu! Dengarkan aku!"
"Kyouka-chan! Kyouka-chan! Cepat! Nii-san, Nii-san….dia melakukan sesuatu yang mesum di klub cosplay!"
"Tidak mungkinnn!!!"
"Kau bilang apa barusan? Aku datang!"
Saat suara mengerikan itu terdengar dari tablet, aku segera mematikannya.
"Ku…Ho…Ha….”
Jari-jariku masih bergerak, tapi tubuhku berkeringat dingin dan aku terengah-engah.
Melihat ini, Elf berkata dengan dingin:
"Masamune, bukannya kau bilang ingin Sagiri merasakan suasana festival budaya sekolah?"
"………..."
Menurutku... tempat ini jauh lebih menakutkan daripada rumah hantu.
Setelah Muramasa-senpai berganti ke pakaian normalnya, kami semua kembali ke gedung utama, karena sudah waktunya kami janjian untuk bertemu.
Tepat setelah kami sampai.
"Ah, Izumi. Tepat waktu."
Shidou-kun dengan cepat berlari ke arah kami. Hari ini dia mengenakan pakaian ala mahasiswa biasa.
"Shidou-kun, ada apa? Kau tampak gelisah."
"Karena…"
Dia melirik ke toko terdekat. Dari tempat aku berdiri, aku bisa melihat seorang pria berambut pirang dan mengenakan mantel hitam yang familiar, yang dikelilingi oleh penjaga. Kelihatannya dia sedang berusaha menjelaskan sesuatu, aku bisa mendengarnya samar-samar,
"...Surat undangan ini asli" dan "Itu juniorku".
"Kusanagi-senpai dianggap seperti orang yang mencurigakan..."
"Apa yang dia lakukan?"
Tentu saja dia menonjol. Dari sudut pandang orang luar, dia memang tampak seperti orang mencurigakan yang mencoba menyelinap ke sekolah khusus perempuan.
"Barusan kita bertemu Jinno-san di gerbang sekolah. Karena Aya-chan tadi bicara dengan Kusanagi-senpai... Kurasa ada orang yang memanggil penjaga."
"Ah…"
Seorang anak SD yang bicara dengan seorang pria berpenampilan punk jelas mencurigakan. Tidak heran orang salah paham. Meskipun hasilnya menyedihkan untuk dilihat, penilaian orang itu tidak sepenuhnya salah.
"Eto – bagaimana dengan kelompok Megumi?"
Bukannya lebih mudah jika membiarkan mereka yang menjelaskan?
"Dia bilang dia punya teman di sekolah ini dan pergi mencari mereka. Aku tidak tahu di mana dia sekarang. Ngomong-ngomong, kayaknya penjaga akan memanggil polisi…."
Megumi punya banyak sekali hubungan, tak kusangka dia bahkan punya teman di sini…
"Kalau begitu kita tidak bisa terus bicara disini, kita harus membantunya. Aku murid di sekolah ini, jadi biarkan aku berbicara dengan mereka."
"Aku juga akan pergi. Muramasa sendiri tidak pandai berbicara."
Kombo duo yang dapat dipercaya pun dengan cepat pergi ke tempat perkara.
Beberapa saat kemudian…
Mereka berhasil meredakan situasi.
...Elf dengan arogan mengangkat jempolnya. Di saat yang sama, Kusanagi-senpai yang kelelahan mengikuti mereka.
"Aku tidak percaya ini terjadi padaku. Sekolah khusus perempuan sangat menakutkan..."
"Kusanagi-senpai, maaf kami terlambat membantumu. Terima kasih sudah datang."
"………"
Melihat Muramasa-senpai membungkuk dan meminta maaf, semua orang terkejut. Karena itu sangat tidak terduga. Bagi Muramasa-senpai, Kusanagi-senpai seharusnya menjadi seseorang yang tidak dia pedulikan. Dia seperti bukan dirinya untuk tetap formal di depannya.
— Tidak. Bukan seperti itu.
Situasi ini bukanlah "dia seperti bukan dirinya" melainkan "ini adalah sisi baru dirinya".
Tentu saja, jika situasi ini terjadi dalam novel senpai, maka tidak mungkin dia akan menulis sesuatu yang begitu tidak logis. Selama penulis tidak membuat kesalahan, karakternya tidak akan terlalu terasingkan.
Tapi gadis di depanku adalah manusia biasa, tidak diragukan lagi. Jadi… wajar kalau dia agak berbeda dari biasanya. Dia pasti memiliki sisi lain dalam dirinya yang tidak kita ketahui.
Itu sebabnya….
"— Ka, kau sepertinya terkejut melihat Hana-chan diterima di sekolah."
Begitulah. Kami baru mengenal satu sama lain selama satu tahun, tapi kami sudah menempelkan stiker "kutu buku aneh" di punggung Umezono Hana dan berhenti memikirkannya. Mungkin Suzune menertawakan kami karena "orang ini tidak mengerti apa-apa."
Aku, Elf dan Sagiri. Kita harus berdiskusi tentang ini.
Juga, di sini, ada pria lain yang menunjukkan "sisi lain"-nya.
"Tidak, tidak, Senjyu-sensei, tolong jangan minta maaf."
Dia adalah Kusanagi-senpai. Dia menggunakan nada yang sama sekali berbeda dibanding saat dia berbicara pada kami.
"Seharusnya aku yang meminta maaf. Kau mengundang kami ke sini, tapi aku menyebabkan masalah untukmu. Terima kasih telah membantuku."
"Um... Kau berbeda dari apa yang Masamune-kun katakan...."
"Aku bisa membayangkan apa yang kau dengar dari dia. Tapi kau pantas mendapatkan rasa hormatku, jadi aku tidak bisa berbicara seperti biasa padamu macam Izumi atau Shidou."
"………"
Ah, Muramasa-senpai kesulitan. Tentu saja dia akan kesulitan jika ada senior yang lebih tua bilang padanya bahwa "kau pantas mendapatkan rasa hormatku", sulit untuk membalasnya harus seperti apa. Aku memahami situasinya, karena aku sendiri pernah diberitahu "Aku menghormatimu" dan "Aku menyukaimu" oleh penulis seniorku yang terkenal dan kuhormati.
"Kusanagi-senpai… eto… bolehkah aku menanyakan alasannya?"
"Karena tidak sepertiku, kau adalah - seorang penulis 『 sungguhan 』."
Muramasa-senpai mengerutkan alisnya
"Apa kau bilang kalau kamu itu palsu?"
"Dibandingkan denganmu, menyebutku seperti itu tidaklah salah. Aku adalah orang yang hampir tidak berhasil bertahan di industri ini, namun aku selalu menyebut diriku sebagai seseorang yang melakukan pekerjaan yang sama sepertimu - aku merasa sangat malu. Aku merasa malu saat orang-orang membandingkan novelmu dengan milikku. Itu adalah perasaanku yang sebenarnya yang tidak bisa aku ungkapkan pada pembacaku."
"………..."
"Kau tampak kebingungan - maka kita hentikan saja membicarakan topik ini. Namun satu hal lagi: aku memang palsu, tapi aku masih berencana untuk terus melakukan apa yang harus aku lakukan."
Kusanagi-senpai tersenyum.
Dia sedih karena masalah yang dia hadapi, tapi dia masih bisa menemukan titik seimbangnya. Pada akhirnya, dia terus menulis sambil mengetahui bahwa dia sendiri adalah kepalsuan.
Dia menunjukkan rasa hormatnya kepada junior yang lebih muda.
Ini adalah sisi lain dari penulis rom-com yang suka bertindak seenaknya, yang tidak ingin diketahui siapa pun. Muramasa-senpai tidak mengatakan apa-apa, tapi akhirnya, dia mengangguk.
"Aku mengerti."
"Biasanya, tidak mungkin aku ikut serta dalam festival ulang tahun sekolah seperti ini. Aku berencana untuk melihat-lihat saja."
"Kusanagi-senpai, apa kau ingin pergi sendiri?" Tanya Shidou-kun dengan sedikit khawatir.
"Ya, aku sendiri saja. Kita sudah ada terlalu banyak orang; aneh kalau kita semua pergi bersama, bukan?"
"Tapi nanti orang-orang akan memanggil penjaga."
"......Kuh."
Kusanagi-senpai menggertakkan giginya; kepercayaan dirinya yang tadi pun menghilang.
"Kalau begitu – tuan, izinkan aku pergi bersamamu!"
Tanpa ada yang memperhatikan, seorang gadis berkacamata datang ke Kusanagi-senpai dan berbicara dengan lantang – dia adalah Natsume Aya-chan.
Hari ini, dia mengenakan pakaian yang membuatnya terlihat lebih seperti wanita. Kusanagi-senpai menoleh ke anak SD itu dan berkata dengan nada bosan:
"Aya, jangan panggil aku Tuan. Lagian, kau adalah alasan aku dihentikan oleh penjaga, jadi jika kau pergi bersamaku, aku pikir kejadian sebelumnya akan terjadi lagi."
"Ah — tentang itu —"
Tiba-tiba Megumi mengangkat tangannya:
"Barusan, aku sudah berbicara dengan temanku di sekolah ini. Aku bilang ke mereka kalau 『 Pria yang bersama Aya-chan bukanlah orang yang mencurigakan, jadi tidak usah khawatir 』, jadi Ryuoki-onii-san bisa pergi dengan Aya-chan tanpa masalah."
"Itu artinya... selama aku ada di sekolah ini, 『 aku akan ditangkap jika aku tidak bersama dengan Aya-chan 』?"
"Eh ~~ sepertinya begitu." Aya-chan menghela nafas.
"Aku sendiri sebenarnya tidak mau, tapi jika aku harus tinggal dengan tuan ku selama festival budaya ~ ah, mau bagaimana lagi ~ aku akan pergi bersamamu."
"….Kau bercanda?"
"Bukannya itu bagus, Kusanagi-senpai. Aku sangat iri padamu, ada anak SD yang pergi bersamamu selama festival budaya."
…Shidou, kau mencoba mengolok-olok Kusanagi-senpai ya kan? Kau tidak benar-benar cemburu, ya kan? Menyadari kalau dia harus pergi dengan anak SD selama festival budaya, Kusanagi-senpai mulai gemetar.
"Grr...bagaimana mungkin...Rencanaku yang sempurna untuk menjauh dari kalian semua lalu menyelinap ke area SMP...."
"Kau ingin mengunjungi area SMP? Aku juga bisa kesana denganmu."
"...Kuh...bukan seperti itu."
Pergi dengan Aya-chan berarti dia tidak bisa bicara dengan gadis SMP. Jika itu adalah rencana Megumi, maka ini memang sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Tidak hanya mencegah Kusanagi-senpai bicara dengan gadis lain, dan juga – yah, aku tidak perlu mengatakannya.
"Jadi, Tuan, tolong jaga aku baik-baik! Ahahaha… pastikan untuk bermain peran sebagai waliku."
"….Fiuh, sudah kuduga. Setiap kali Izumi mengundangku, pasti akan berakhir seperti ini."
Maaf, tapi jangan membuatnya terdengar seperti ini salahku.
Yah, sebenarnya "hubungan rumit" dengan Aya-chan adalah karena aku yang memperkenalkan mereka.
– Dan begitulah.
Selain Makina-san, yang sebelumnya bilang pada kami "Aku tidak tahu apa aku bisa pergi", kami berhasil bertemu dengan semua orang. Kami semua berterima kasih pada Muramasa-senpai karena telah mengundang kami, dan dia juga berterima kasih pada kami karena telah datang.
Aya-chan yang bercita-cita menjadi seorang penulis, tampaknya merupakan penggemar berat Senjyu Muramasa-sensei. Dia sangat gugup hingga tubuhnya sangat kaku, tapi itu membuatnya tidak bisa bicara banyak dengan senpainya.
—- Semoga mereka bisa mengobrol dengan normal nanti.
Untuk saat ini, disini ada aku, Elf, Sagiri, Muramasa-senpai, Megumi, Aya-chan, Kusanagi-senpai dan Shidou-kun. Aku tidak tahu apakah ada orang lain yang akan datang nanti, tapi inilah kelompok kami.
Kusanagi-senpai dan Aya-chan berencana untuk pisah dan pergi berdua, jadi kelompok kami akan hanya ada lima orang.
"Muramasa-san, tentang festival budaya ini..." kata Shidou-kun.
"Kudengar kau ingin mendapatkan referensi untuk novelmu, jadi apa kau butuh sesuatu yang spesifik?"
"Tidak, kita bisa menikmatinya seperti biasa. Pergi ke festival budaya dengan semua orang adalah pengalaman yang berharga."
"…Itu saja tidak apa?"
Tanya Shidou-kun. Aku berpikir sama. Ya, aku tidak yakin hanya 'menikmatinya seperti biasa' akan menjadi pengalaman yang bagus untuk menulis novel.
"Lebih baik begitu. Aku malu mengatakannya, tapi aku bukan anak sekolah biasa. Aku tidak terlalu tertarik dengan kegiatan semacam ini, jadi aku berusaha untuk melakukan sesuatu di belakang layar. Aku tidak keberatan memberi seseorang kesempatan untuk menikmati festival budaya bersama teman mereka."
"Saat tahun pertamaku, berkatmu aku bisa berkencan dengan pacarku... Sekarang, giliranku untuk memberi Hana-chan kesempatan."
Teman sekelasnya juga mengatakan itu.
"Tapi tahun ini... Aku ingin ikut serta dalam festival budaya ini – dan menikmatinya sendiri. Aku ingin menulis sesuatu yang tidak bisa aku tulis sebelumnya dengan mengalami sesuatu yang baru. Aku ingin menggunakan perubahan hati ini dalam cerita baruku – lalu…"
"Lalu?"
"Ah, maaf. Tapi aku tidak bisa mengatakannya untuk saat ini."
Muramasa-senpai tersipu dan mengganti topik.
"Eto… maksudku….”
Dia tidak pandai berbicara. Setelah beberapa saat tergagap, dia berkata:
"Maksudku, jika aku bisa membuat permintaan khusus.... kumohon, tetaplah bersamaku hari ini - dan bersenang-senanglah."
"—–"
Semua orang menatapnya. Lalu…
"Serahkan padaku!"
Kami semua berbicara sekaligus.
Megumi berbisik pada Elf:
"Hei, Elf-chan, barusan apa yang ingin dikatakan Muramasa-chan?"
"Kudengar dia sebenarnya ingin mengundang Masamune sendirian ke festival budaya ini, tapi dia mengubahnya menjadi ini."
"Ohohohoho, aku mengerti aku mengerti ~~ kalau begitu, aku harus apa yaa ~~ sebagai teman Sagiri-chan ~~ tapi aku juga ingin bantu gadis yang sedang jatuh cinta ~~~"
Seseorang sedang merencanakan niat buruk, tapi pada saat yang sama seseorang bertingkah sangat polos:
"Apa yang kau lakukan!? Cepat!!"
Itu Sagiri. Karena kami membuka segelnya lagi, itu membuatnya sangat bersemangat dan dia melompat kegirangan.
Muramasa-senpai mengambil tablet itu dan tersenyum pada Sagiri
"Kau benar. Kita harus cepat, Sagiri."
Walaupun situasi Sagiri berbeda dari Muramasa-senpai, dia juga seseorang yang tidak terbiasa dengan kegiatan semacam ini. Pergi ke festival budaya bersama teman-teman. Keduanya pasti sangat menantikannya
"Um! Ayo pergi, semuanya!"
Kami berada di daerah Chiba, dekat kediaman Umezono.
Setelah berjalan melewati jalan yang dijejeri pohon sakura, di puncak bukit kecil, ada sebuah sekolah. Sekolah putih bertema barat, dengan sedikit nuansa sakral.
"………"
Aku menghela nafas, dan melihat ke bawah. Nama sekolah terpampang di tiang terdekat.
Bertuliskan "SMA Swasta Khusus Putri Nanohana"
Sekolah misionaris.
Sepertinya – murid bisa belajar di sini dari sekolah dasar hingga sekolah menengah.
Dan – harus aku ulangi – ini adalah sekolah khusus perempuan.
Di sekitarku, gadis-gadis berseragam polos ada di mana-mana; mereka semua mengeluarkan aura "wanita kelas atas". Oh… di sisi lain… sepertinya aku melihat beberapa gadis yang mungkin sedang menjalin hubungan…
"…Yah, aku jelas tidak pantas berada di sini."
"Ehehe, Masamune, kenapa kau sangat tegang?"
Di sebelahku, Elf dengan ringan menyikut perutku.
"Karena aku hanya seorang anak SMA biasa: jadi sekolah ini…. sekolah khusus perempuan kelas atas tampak seperti dunia yang sangat berbeda denganku."
Ngomong-ngomong, gadis di sebelahku juga dari ras yang datang dari dunia lain (Elf).
Yamada Elf – tetanggaku yang cantik; seorang penulis terkenal.
Dan… seorang temanku dan adik perempuanku.
"Tapi, kau sangat menarik perhatian, kau tahu?"
"Iya kan?"
"Jangan khawatir! Aku disini bersama mu!" Elf menepuk dadanya, "Lihat apa yang aku pakai! Aku memakai ini hanya untuk hari ini!"
Elf mengenakan pakaian hitam seperti biarawati. Gaya rambutnya juga sangat tradisional, tidak seperti gaya normalnya yang cetar membahana. Harusku katakan, dia sangat terlihat seperti "wanita Jepang kelas atas"
Meskipun rambutnya pirang dan matanya biru.
Membandingkannya dengan gadis lain di sekolah ini, mungkin pakaian seperti ini bisa diterima. Aku telah mengatakannya berkali-kali sebelumnya – tapi ini cocok untuknya. Tidak hanya itu, semuanya, mulai dari pakaian renang hingga pakaian gothic lolita berwarna cerah, bahkan telanjang bulat sekalipun, semuanya menjadi "gayanya".
"Sekolah khusus putri Nanohana – Aku merasa tempat ini dijaga ketat untuk melindungi para murid disini. Hm hm, lagipula, selama aku ada di dekatmu, kau tidak akan dianggap seperti orang yang mencurigakan oleh penjaga dan dikeluarkan."
"Kau sangat bisa dipercaya, kau tahu."
"Yup yup!"
Kelihatannya dia sedang dalam suasana hati yang baik. Tapi aku pikir dia berhak seperti itu. Jika aku bersama Elf, mungkin aku bisa terbiasa tinggal di negara lain – atau bahkan di dunia lain.
Tapi jika aku mengucapkannya, dia akan langsung kepedean. Jadi aku simpan saja untuk diriku sendiri.
"… Gimana kalau kau mulai menyukaiku lagi?"
"Diam."
Aku pikir... mungkin dia sudah tahu.
"Mwu… Nii-san, kau terlalu dekat dengan Elf-chan!"
Suara Sagiri datang dari tablet. Karena kita tidak bisa menggunakannya di tempat terbuka, dia hanya bisa mendengar kita… Namun… sepertinya dia menyadari kalau Elf mendekatiku hanya berdasarkan suara saja.
Perempuan sangat menakutkan.
Elf mendekatkan wajahnya ke Sagiri (di tablet).
"Kufufu, Sagiri, apa kau khawatir tunanganmu akan direbut olehku? Oya oya ~ Kukira kalian berdua saling mencintai, apa itu berarti aku masih punya kesempatan?
"Tidak, kau tidak punya kesempatan" ulang Sagiri, "Tapi karena itu Elf-chan… aku harus berhati-hati."
"Sombong... sekali, Eromanga-sensei."
"Aku tidak mengenal siapa pun dengan nama itu!"
Percikan amarah berterbangan di antara mereka. Saat ini, aku, Sagiri dan Elf sedang berdiri di depan gerbang sekolah.
Agak terlambat, tapi izinkan aku menjelaskan:
Bulan lalu, aku dan Muramasa-senpai setuju untuk ikut serta dalam festival ulang tahun sekolahnya
Lalu, pada akhir September-
— Dalam rangka perayaan ulang tahun SMA Swasta Khusus Putri Nanohara, undangan untuk
— Izumi Masamune-sama dan Izumi Sagiri-sama
Kami menerima undangan.
Tulisan tinta hitam di atas selembar kertas putih yang kokoh: Jelas undangan formal.
Hal pertama yang menarik perhatianku adalah — ini:
Muramasa-senpai bersekolah di SMA khusus perempuan?
Biasanya, festival ulang tahun SMA khusus perempuan adalah tempat yang sangat asing buatku. Bagi penulis Izumi Masamune, dia senang karena dia bisa mendapatkan beberapa referensi yang bagus.
Tapi bagi anak SMA Izumi Masamune, yang bisa ia rasakan hanyalah teror dan kegugupan. Karena SMA khusus perempuan terdengar menakutkan!
Seperti, mereka saling menyapa menggunakan salam formal, dan ada sistem tersendiri di antara saudari perempuan...
Dan beberapa di antaranya dipanggil Rosa chinensis atau Rosa Gigantea?
Maaf, tapi begitulah gambaranku terhadap sekolah khusus perempuan.
Sebegitu populernya mereka itu. Ngomong-ngomong, Rosa Gigantea terdengar sangat keren.
Ups, aku harus kembali ke topik utama sebelum aku dimarahi.
Bagaimanapun, izinkan aku memberi tahu kalian tentang undangan itu.
Pertama, aku sangat terkejut mengetahui bahwa Muramasa-senpai bersekolah di sekolah khusus perempuan. Dan aku lebih terkejut lagi saat mengetahui nama sekolahnya.
SMA Swasta Khusus Putri Nanohana.
Meskipun tidak setenar sekolah paling populer, sekolah ini masih sangat terkenal di daerah tersebut. Hampir semua orang tahu bahwa itu adalah sekolah kelas atas.
Aku tidak bisa membayangkan Muramasa-senpai yang mengenakan kimono, putri Umezozo, pergi ke sekolah misionaris. Jadi jelas aku terkejut. Namun, kalau dipikir-pikir, Muramasa-senpai memang seorang wanita kelas atas yang tertutup.
Jadi baginya bersekolah ke sini adalah... normal.
Walaupun itu tidak sesuai dengan imejnya.
"…………"
– Itulah yang terjadi.
Sekarang, hari Sabtu di pertengahan Oktober, hari kedua festival perayaan ulang tahun "SMA Swasta Khusus Putri Nanohana".
Aku melihat ke sekeliling.
Sekolah ini dikelilingi oleh pagar putih dan pepohonan. Daripada menyebut tempat ini sekolah, aku pikir menyebutnya istana atau kuil lebih cocok.
Karena ini adalah perayaan ulang tahun "SMA Swasta Khusus Putri Nanohana", gerbang sekolah sangat padat. Tapi bagaimana bilangnya – masih terasa sangat tenang di sini. Tidak seperti festival budaya pada umumnya, rasanya lebih seperti kita mengadakan semacam doa bersama.
Elf bergumam pada dirinya sendiri:
"Terkurung sepenuhnya, sekolah ini – terasa seperti murid-muridnya hanyalah sekelompok wanita kelas atas yang naif."
Sesuatu yang hanya bisa dia katakan! Benar-benar ciri khas Elf!
"Nii-san, aku juga ingin lihat! Aku ingin lihat seluruh tubuh mereka, ingin lihat semua cewek di sekolah ini!"
Sangat mesum! Ciri khas Eromanga-sensei!
"Kalau begitu aku akan dianggap mencurigakan, jadi tolong tenanglah. Selain itu, jangan katakan sesuatu yang sangat berbahaya!"
Aku bisa melihat beberapa perempuan melihat ke arah sini.
"Hm…."
Karena aku menggunakan tablet sebagai mata dan telinga Sagiri, jika aku ingin menunjukkan sesuatu padanya, aku harus menggunakannya. Biasanya, walau aku memang tidak akan memfoto, tetap saja buruk jika seseorang melihat laki-laki mengarahkan kamera ke arah sekelompok perempuan.
"Jadi, sebelum bertemu Muramasa, ayo kita segel Sagiri."
"Tunggu, tidaaak!"
Dengan sekali klik, Elf menutup tabletnya.
Suara yang mengatakan "Biarkan aku melihat cewek-cewek itu juga" juga berhenti.
Mengurung sesuatu yang jahat ke dalam objek datar – ya, begitulah cara orang menyegel sesuatu.
(Note: Referensi manga Yu-gi-oh, di mana monster disegel di kartu/tablet batu)
Ngomong-ngomong, saat ini aku berada di gerbang SMP. Sepertinya SMA mempunyai gerbang lain. Tak kusangka ada dua sekolah di satu tempat yang sama. Bagi orang normal sepertiku, aku tidak bisa membayangkannya.
Saat aku masih di SMP, senpaiku di sekolah adalah orang-orang yang sudah kelas tiga... Mereka semua terlihat seperti orang dewasa. Tapi di sekolah ini, ada kelompok lain yang lebih tua tepat di sebelah mereka – murid SMA.
Apa yang dipikirkan anak SMP itu tentang anak SMA?
Apakah seperti di SD, di mana murid kelas satu mengagumi murid kelas enam?
Atau lebih tepatnya... mungkin karena sekolahnya terlalu besar, murid SMP hampir tidak punya kesempatan untuk bertemu murid SMA, jadi mereka bahkan tidak memikirkannya?
Mau tak mau aku membiarkan pikiranku mengembara. Di suatu tempat dalam pikiranku, aku sedang mempertimbangkan untuk menggunakan sekolah ini sebagai latar sebuah novel. Aku pikir tempat ini akan menjadi sumber informasi yang bagus. Maaf, tapi beginilah menjadi seorang penulis, aku tidak bisa menahannya.
Dan aku masih jauh lebih baik dari Eromanga-sensei.
Elf mungkin berpikiran sama denganku, jadi dia dengan senang hati melihat sekeliling.
"Elf, ayo masuk sekarang sebelum terlalu ramai."
"Ya, mumpung kita sudah di sini,"
Kami berjalan melewati gerbang sekolah dan menuju resepsionis; tampaknya itu terletak di dalam gedung administrasi. Aku melihat beberapa penjaga dengan pakaian hitam berdiri di dekatnya mengawasi. Kami mengikuti antrean orang-orang ke resepsionis.
"Selamat datang di perayaan HUT SMA Swasta Khusus Putri Nanohana. Silahkan isi namamu di sini."
"Baik…"
Aku tidak bisa bilang kalau aku sudah terbiasa. Tapi setelah menunjukkan surat undangan dan ID ku pada mereka, mereka memberiku izin.
"Fiuh.. akhirnya."
Jadi gitu. Begitulah cara mereka mencegah orang yang mencurigakan memasuki pekarangan.
"Keamanannya ketat. Ini pertama kalinya aku melihat sesuatu seperti ini di sekolah."
"Benarkah? Aku tidak tahu. Apa seaneh itu di sekolah Jepang?"
"Kurasa begitu."
"Oh?"
Elf tampak agak bingung.
[…]
Kalau dipikir-pikir, dia juga seorang wanita kelas atas dari lahir.
"Ngomong-ngomong Masamune, kita akan menemuinya di sini, kan?"
"Ya, kami berencana bertemu di gedung administrasi pada jam 10. Muramasa-senpai juga bilang kalau dia akan datang menjemput kita."
"Eh, padahal aku ingin pergi ke kelasnya untuk melihat apa yang dia lakukan."
"Aku juga bilang begitu padanya, tapi dia menyuruhku menunggu di sini."
"Oh, begitu."
Elf mengangguk, seperti dia mengerti sesuatu.
Aku melihat jam tanganku.
"Kita masih punya waktu."
"Oke, Masamune! Ayo pergi!"
Elf memegang tanganku dan pergi menarikku dengan riang.
"Hei hei hei! Kemana kita akan pergi? Lagipula, bukannya kita akan menunggu semua orang?"
"Kita bisa kembali ke sini kapan saja! Lagipula, ahahaha, aku punya ide yang sangat menarik."
Dia tertawa dan menarikku keluar.
"Ayolah!"
"Ap, apa yang kau coba lakukan?"
Aku tidak punya pilihan selain mengikutinya.
Lalu…
"………………"
Aku merasakan kehangatan tubuhnya, dan betapa lembut tangannya.
– Sial, aku gugup.
Jika ini adalah pertemuan pertama kami, maka ini tidak mungkin terjadi.
Aku sudah punya seseorang yang aku sukai, tapi terkadang, Elf dapat dengan mudah membuatku goyah.
Sangat mengerikan. Dia jauh lebih mengerikan daripada karakter utama wanita mana pun dalam buku apa pun yang pernah aku baca.
- Tidak tidak Tidak!!! Aku harus tangguh!!!
Aku memaksakan diri untuk tetap tenang dan mencoba mengubah topik pembicaraan.
"Sepertinya sudah dimulai."
"Kelihatannya begitu. Lihat, mereka sedang mempersiapkan panggung."
Elf berhenti dan menunjuk sesuatu. Itu adalah panggung kualitas tinggi yang jarang muncul bahkan di lingkungan profesional sekalipun. Di atas panggung, banyak guru dan murid yang memeriksa peralatan mereka.
"Apa yang mereka coba lakukan? Pertunjukan musik?"
"Ada poster di dekat sini… Hm, saking banyaknya dekorasi aku hampir tidak bisa melihat apapun. Apakah yang tertulis disitu 『 Putri Festival Budaya Sekolah 』?"
"Matamu cukup bagus. Aku tidak bisa melihat apa-apa."
"Oh, kedengarannya menarik! Aku ingin tahu apa aku bisa bergabung meskipun aku bukan murid sekolah ini! Fuhahaha! Haruskah aku pergi dan mengambil hadiahnya ~~ ♪"
Dia sangat percaya diri. Tapi…
"Kenapa tidak? Kupikir kau bisa menang dengan mudah."
"–Fu, santai banget… apa kau sedang mencoba membuat hatiku berdebar?"
Elf meletakkan tangannya di dadanya, dan tersipu.
Ya, aku mencoba membuat hatimu berdebar-debar.
Dia tampak agak malu, tapi masih tersenyum senang:
"Fu ~ ah ~ di dalam sekolah yang penuh dengan wanita kelas atas, kau pikir aku bisa menang dengan mudah? Tidak hanya ada murid SMP, bahkan murid SMA mungkin juga datang ke sini. "
"Ini adalah festival budaya sekolah, jadi aku ragu mereka akan mengadakan kontes baju renang untuk memeriksa bentuk tubuhmu. Lagian, meskipun mereka memang mengadakan kontes seperti itu, berdasarkan ingatanku di pantai, kau masih bisa menang tanpa kesulitan."
*Buk* Dia memukul kepalaku.
"Hei! Jangan bayangkan aku pakai baju renang! Mesum!"
"Ta, tapi kau memamerkannya padaku! Kau sangat percaya diri saat itu!"
Bisakah kau berhenti bertingkah dengan standar ganda yang mencolok seperti itu?
"Tunggu sampai hanya kita berdua! Bodoh!"
Elf tersenyum kecut. Lalu, dia meletakkan tangan di bawah dagunya, dan bergumam
"Sungguh.."
"Tapi, baiklah. Karena kau memujiku, aku sangat senang."
Dia menatap mataku.
"A… a… apa? Hei, kau terlalu dekat!"
Melihatku hampir jatuh, Elf tertawa:
"Untungnya Sagiri tidak mendengar percakapan kita sebelumnya."
"Kuh."
Mendengar kata-kata yang gawat itu, aku membeku. Elf mendekat ke telingaku sampai aku hampir bisa merasakan napasnya —
Dia berkata:
"Jangan khawatir… aku akan merahasiakannya dari anak itu."
"Jangan membuatnya terdengar seperti aku berselingkuh."
Karena novel senpai, kata "perselingkuhan" menjadi kata yang sangat gawat di benak Sagiri.
"Ahaha—!"
Elf tertawa terbahak-bahak, memegangi perutnya – dia jelas sengaja melakukannya. Kami selesai dari "percakapan" sebelumnya dan mulai bergerak melintasi halaman sekolah.
Di perjalanan, kami melihat banyak toko yang dikelola murid-murid.
Beberapa orang mungkin bilang ini harus disebut "pasar". Tapi bagiku, ini sama sekali tidak terasa seperti "pasar".
Semua restoran adalah toko kelas atas, dengan makanan yang layak. Menu nya lebih dari sekadar makanan cepat saji seperti mie goreng atau takoyaki.
Misalnya, mereka punya kue, kue yang namanya panjang, atau teh merah. Mungkin aku terlalu memikirkannya – tapi di antara para tamu aku melihat beberapa orang yang tampak seperti bangsawan.
Ngomong-ngomong…
"Wow wow wow Elf… Lihat, itu kuda! Kuda!"
"Hm? Kau belum pernah lihat kuda sebelumnya?"
"Aku pernah lihat! Jangan menatapku dengan mata itu! Bukan itu yang aku maksud!"
Izinkan aku mengulangi pernyataanku sebelumnya.
"Ada seekor kuda di halaman sekolah!"
"Ini kan sekolah, jadi tidak aneh ada seekor kuda di sini?"
"Itu aneh -! Sekolah normal mana ada punya kuda! Sekolah macam apa yang kau bicarakan?"
"SD ku saat aku masih tinggal bersama orangtua ku."
"Ketemu! Wanita kelas atas sungguhan!"
Kami benar-benar berbeda satu sama lain.
Omong-omong, Yamada Elf-sensei, kau tidak hanya seorang penulis genre fantasi, kau juga telah menulis beberapa novel rom-com, kan? Sangat disayangkan sekali bakatmu!
"Aku bercanda. Jarang melihat kuda di sekolah Jepang."
"…Berhenti main-main denganku. Ini sangat berbeda dari pikiranku, ku pikir aku ada di dunia lain. "
"Maaf, maaf" Elf meminta maaf.
Gadis yang bersama kuda itu berjalan melewati kami. Elf melihatnya lagi untuk terakhir kalinya lalu berbalik ke arah sekolah:
"Oke, kita harus pergi."
"Kemana?"
"Tentu saja —" Dia menutup sebelah matanya "Kita akan melihat perempuan yang kita berdua kenal, melihat kehidupan seperti apa yang dia jalani setiap hari – sekarang juga! Tentunya, kita tidak akan memberitahunya lebih dulu! Fuhahaha, dia akan sangat terkejut! ♪"
Jadi itu yang dia maksud dengan "ide yang menarik".
"Aku tidak bisa memahamimu."
Kau pernah melakukan hal yang sama padaku sebelumnya.
Dan begitulah – tanpa menunggu kelompok Kusanagi-senpai dan Megumi, kami memasuki gedung utama Sekolah Nanohana.
"Hmm, ini cukup normal."
"Tampak agak sederhana bagiku."
Begitu masuk, aku menyadari bahwa sekolah ini tidak seaneh yang terlihat di luar. Di lantai pertama, ada deretan loker, lalu ruang kelas. Juga, ada sebuah kapel kecil. Kita agak menduga ada sesuatu seperti ini di sekolah misionaris.
Satu-satunya yang tidak kami duga adalah patung Maria dan jendela warna-warni. Kami bisa melihat kaca berwarna-warni dari kejauhan, sehingga memberikan kesan religius.
Kesimpulannya, bangunan ini memiliki desain yang polos, dengan putih sebagai warna utama. Demikian, memberikan pengunjung perasaan tenang dan damai. Gadis mana pun yang bersekolah di sekolah ini mungkin akan menjadi gadis yang lembut dan anggun.
"Bagian luar yang berwarna putih memberikan ilusi suci pada orang-orang di dalam; ini pasti keajaiban sang desainer."
Elf mengucapkan apa yang ada di pikiranku.
"Jangan berkata seperti itu. Orang-orang tidak menyukainya."
"Ini sama dengan menganggap light novel yang sampulnya perempuan imut akan jadi buku yang bagus."
"Sudah kubilang kalau orang-orang tidak menyukainya!"
Di satu sisi, ini adalah sesuatu yang membuat sebagian besar penulis light novel kesulitan. Dari sudut pandang seorang penulis, kita penasaran seberapa besar efek ilustrasi mempengaruhi novel kita. Sulit untuk memikirkannya dari sudut pandang pembaca.
Namun, ada sesuatu yang ingin aku katakan...
"Hey, Elf-sensei. Katakanlah karena bagian luarnya berwarna putih, dalamnya pasti tidak jauh dari itu juga, kan?"
Setidaknya kupikir kalau apapun yang aku tulis harus tidak boleh mempermalukan gambar yang dibuat Eromanga-sensei.
"Ya, kau akan berpikir seperti itu. Tapi isi sekolah ini adalah si aneh kutu buku Muramasa-chan."
"…Mari kita berhenti membicarakannya."
Bagian luar dan isinya adalah hal yang sama sekali berbeda!
Tapi, mengingat apa yang Elf katakan barusan—
"Seperti apa Muramasa-senpai di sekolah? Aku tidak bisa membayangkannya…"
"Aku pikir pasti akan sangat aneh. Semua orang pakai seragam, tapi dia akan jadi satu-satunya yang mengenakan kimono. Kayanya selama istirahat, dia tidak akan berbicara dengan siapa pun dan hanya diam-diam menulis novel sendiri."
"Yah, itu agak menyedihkan, bukan begitu?"
Maaf, Muramasa-senpai.
Aku hampir bisa membayangkan adegan di mana dia diasingkan di kelasnya.
– Kami terus berjalan sembari mengobrol.
Kami sampai di lantai dua. Ada koridor yang penuh dengan ruang kelas anak kelas pertama. Ada meja di depan setiap ruangan, menunjukkan kegiatan masing-masing kelas.
Koridornya dihiasi dengan kertas warna-warni seperti halaman sekolah, sehingga terlihat lebih hidup dari biasanya. Para muridnya sendiri mungkin yang membuatnya, jadi orang biasa (aku) merasa sedikit lebih nyaman.
Suasananya sama dengan festival budaya yang biasa aku kunjungi.
"Oh? Ini terlihat sangat menarik. Akhirnya tampak seperti hari ulang tahun sekolah pada umumnya."
"Sungguh? Dibandingkan dengan sekolah lain, ini cukup sederhana. Pikirkan saja, ulang tahun sekolah biasanya akan ada banyak balon dan bendera warna-warni, kan?"
"Oh benar, tidak ada yang seperti itu di sini."
"Mungkin karena mereka khawatir dengan imej sekolah? Ngomong-ngomong, kurasa dekorasi seperti itu tidak cocok dengan sekolah ini."
"Mungkin? Apa itu sebabnya di luar suasananya tidak terasa seperti ulang tahun sekolah?"
Menurut pendapatku, perayaan ulang tahun sekolah harus dilakukan dengan dekorasi buatan tangan yang murah.
Tapi bagaimana bilangnya… setelah memasuki lantai ini… aku merasa sedikit gelisah.
Di depanku suasana perayaan ulang tahun sekolahnya normal seperti yang aku tahu. Karena semua murid adalah wanita kelas atas, aku tidak melihat ada anak laki-laki berlarian mencoba membawa tamu ke toko mereka. Tapi itu tidak penting.
Awalnya, kupikir aku datang ke tempat yang salah.
Tapi sekarang aku mulai merasa tertarik.
"Ini bagus. Aku merasa sedikit tertarik."
"Ahaha, melihat saja sudah cukup untuk membuat heboh, kan – lihat, ada rumah hantu dan toko aksesori – dan aku lihat toko tarot di sana! Hei, Masamune, mau kemana dulu?"
Elf memegang tanganku, tapi aku mencoba bersikap tenang dan menjauh.
"Bukannya kau bilang kita akan mengunjungi kelas Muramasa-senpai?"
"Oh, benar. Sayang sekali."
Dia tampak agak murung, tapi kami melanjutkan perjalanan. Muramasa-senpai itu kelas satu, tahun ketiga. Mungkin di lantai empat. Kami tiba di lantai empat dan mulai melihat-lihat.
"Eh? Hei, Masamune. Kau lihat itu di sana – apa itu…?"
Elf menunjuk ke depan. Aku mengikuti jarinya:
"Mana mana... toko macam apa itu?"
Di antara semua toko lainnya, hanya itu yang agak… istimewa. Di atas meja, ada papan bertuliskan "Tahun ketiga, kelas satu, kafé cosplay ♡". Diikuti dengan gambar seorang pelayan dengan telinga kucing.
"Apa itu? Di ujung di sekolah khusus perempuan, ada sesuatu yang seperti di Akihabara…"
"Sangat menarik perhatian. Juga, tahun ketiga, kelas satu, mungkinkah…."
"Kelas Muramasa-chan… ya kan?"
[……………]
Kami berdiri di sana dalam diam, saling memandang.
Si kutu buku Muramasa-senpai, yang bersekolah di sekolah khusus perempuan; toko kelasnya adalah "kafé cosplay ♡"? Perbedaan antara kedua hal itu terasa begitu aneh.
Elf meletakkan tangan di bawah dagunya, tenggelam dalam pikirannya.
"Hm…Muramasa meminta kita untuk menunggu di gedung administrasi daripada kelasnya mungkin karena dia tidak ingin kita datang ke kelasnya. Walau aku sudah memperkirakannya... yang mana ku pikir akan menarik untuk tiba-tiba mengunjungi kelasnya - aku tidak menduga bagian "kafé cosplay ♡" nya."
"Jadi kau memikirkan itu sampai segitunya?"
"Hahaha… Oke, sekarang, bahkan aku tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Masamune, apa kau sudah siap-siap?"
Elf menjilat bibirnya dan mengatakan sesuatu bak seorang petualang tepat sebelum dia memasuki dungeon. Sepertinya dia sudah sadar, dan sangat tertarik juga.
"Ba...ik. Kalau gitu ayo kita pergi dan melihatnya."
Kami berjalan menuju tempat yang bahkan lebih misterius dari dungeon - "kafé cosplay ♡" nya, kelas satu, tahun ketiga, Muramasa-senpai.
Tapi…
"Eh? Pintunya terkunci. Apa mereka masih belum buka?"
"Tampaknya kita datang terlalu cepat. Ayo kembali."
"Hm, aku tidak menyerah – Permisi!!"
Elf berteriak di pintu. Membuka celah kecil.
"Maaf, siapa?"
Seorang gadis menengok keluar dan bertanya. Dia melakukannya dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Sagiri. Walau celahnya tidak cukup besar bagiku untuk bisa lihat ke dalam, aku pikir dia mengenakan pakaian pelayan...
"Temanku ada di kelas ini. Apa tokomu masih belum buka?"
Elf bertanya tanpa ragu:
"Eto… Kami masih bersiap-siap… bisa tolong tunggu sebentar…"
Dia kembali ke dalam ruangan dan berbicara dengan rekannya di dalam secara diam-diam.
"Um… Ya… wanita cantik berambut pirang… Ya, mungkin. Bisakah aku membiarkan mereka masuk? Mengerti, semuanya, kembali ke posisi —"
Kemudian dia berbalik ke arah kami.
"Maaf atas keterlambatannya! Kami sudah siap, silakan masuk!"
Dengan krek, pintu pun terbuka.
"Masuk, silakan masuk!"
Kami memasuki "kafé cosplay ♡".
"Selamat datang! Tuan! Nyonya!"
Banyak maid muda yang menyambut kami.
"——————-"
Untuk "banyak alasan", saking terkejutnya kami berhenti bernapas: Walaupun kami sudah siap mental untuk menghadapi dungeon yang tak diketahui ini.
Hal pertama yang mengejutkan kami adalah pakaian mereka.
Rok hitam dan putih: Pakaian maid klasik, yang sama sekali tidak terlihat seperti replika murahan.
– Mereka semua adalah wanita kelas atas, jadi itu berarti –
"…Mere, mereka membawa pakaian maid asli…ke festival budaya sekolah."
— Itu dia.
Hanya wanita kelas atas sungguhan yang ikut serta dalam cosplay ini. Hanya sekolah ini yang bisa memiliki maid café mewah seperti ini. Di satu sisi, ini adalah langkah yang brilian.
Dan… alasan kedua adalah, seperti yang diharapkan dari "kafé cosplay ♡", mereka bukan sekadar maid. Mereka semua memiliki telinga kucing, telinga anjing atau ekor binatang.
Pada awalnya, kupikir aksesori tak senonoh macam itu tidak cocok dengan pakaian maid biasa. Namun, entah karena pesona mereka atau hal lain, hasilnya adalah membuat mereka jadi lebih menarik.
Dan alasan ketiga adalah —
"Ma, Ma Ma Ma Ma Ma Ma Ma Masamune-kun!!?"
Seorang maid ber telinga kucing mengarahkan jarinya padaku sambil ketakutan.
Di antara gadis-gadis berpakaian maid klasik itu, ada satu pengecualian. Seorang gadis yang mengenakan pakaian yang sangat terbuka –
Dia adalah Senjyu Muramasa-senpai.
- Gawat. Baju... itu... terlalu terbuka...
- Mataku…! Mataku!… Aku akan buta!
Mataku menerima full damage dari serangan itu dan aku hampir pingsan di tempat. Aku bahkan tidak bisa mengucapkan apapun.
Di sebelahku, Elf mengatakan apa yang aku ingin katakan tapi tidak bisa.
"Mura… masa… kau… kenapa kau memakai itu?"
"Tidak, bukan seperti itu!"
Seperti saat ia memakai bikini ke pantai, senpai mencoba menjelaskan sambil menutupi dadanya. Wow, lihat bagaimana payudaranya yang montok berubah bentuk. Dia tidak sadar tindakannya itu membuatnya semakin erotis.
"Elf! Masamune-kun! Dengarkan aku! Biar aku jelaskan!"
"Tidak, tidak perlu dijelaskan lagi. Kau jelas memakai kostum maid erotis! Di sekelilingmu adalah maid biasa, tapi hanya kau yang berperan sebagai pemilik toko erotis!"
Kau tidak perlu mengatakannya! Aku setuju denganmu, tapi…
"Bukan seperti itu! Ini... pakaian ini dibawa ke sini oleh teman sekelasku yang bodoh! Ini bukan milikku! Dan juga bukan seragam toko ini!"
"Jadi kenapa kau memakainya? Dilihat dari timingnya, kau berencana untuk menyambut kita dengan pakaian ini. Dasar maid mesum."
"Wahh…. itu salah paham… aku ditipu…"
Senpai menangis: tolong ampuni dia kali ini... Selain itu, Elf, kau seharusnya sudah tahu kalau tidak mungkin dia akan sukarela memakai ini. Aku yakin hal ini mirip dengan saat kami pergi ke pantai.
"Eto… Muramasa-senpai?"
Setelah aku membuka mulutku, senpai menoleh ke arahku dengan mata memohon. Kemudian, dia mulai menangis lagi.
"Ma… Masamune-kun… kau mengerti kalau ini hanya salah paham, bukan?"
"Pakaian itu sangat cocok untukmu, dan telinga kucingnya sangat imut"
"Fu~ nyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnn"
Dia berlari ke ruang belakang sambil menangis.
Elf menyikutku pelan di perut
"Bodoh, kau terlalu terang-terangan."
"Aku ingin menenangkan pikirannya..."
"Tapi itu menjadi bumerang. Kupikir kau baru saja mengenai mentalnya. Jadi bagaimana sekarang?"
"Walau kau bertanya padaku…."
Singkatnya, aku perlu tahu kenapa senpai menjadi seperti itu. Tapi malah menjadi kacau. Jika ini light novel, karakter utama akan muncul entah dari mana.
"Sebelum Hana-chan kembali, biarkan aku yang melayanimu, Onii-sama."
Tiba-tiba – Seseorang datang pada kami.
"Eto ~?"
"Senang bertemu denganmu. Aku Usami Suzune."
Gadis yang bernama Suzune itu mengenakan pakaian maid klasik yang normal dan telinga kelinci.
Kulitnya halus seperti sutra: seperti putri Jepang, cantik dan lembut.
"De… dengan senang hati. Senang bertemu denganmu. Aku diundang oleh Muramasa – maksudku, aku diundang oleh Umenozo-san, namaku…"
"Gadis yang terlihat seperti wanita kelas atas" tiba-tiba muncul dan membuatku tergagap.
"Kalian berdua pasti Izumi Masamune-sensei dan Yamada Elf-sensei."
"Eh, kenapa—"
"Karena aku suka baca light novel."
"…Begitukah?"
"Ya, aku paling suka light novel."
Ohhh…
Muramasa-senpai bukanlah tipe orang yang akan memberi tahu nama kami ke teman sekelasnya.
Dengan kata lain... gadis ini menebak nama kami dengan benar tanpa bantuan. Tidak termasuk Elf, tapi untuk bisa mengenali Izumi Masamune… Kecuali dia adalah penggemar berat light novel, dia pasti tidak akan tahu.
Jadi, seorang wanita kelas atas yang menyukai light novel? Bentuk kehidupan aneh itu benar-benar ada di dunia ini?
"Masamune, Masamune."
Elf menarik lengan bajuku.
"Iya?"
"Aku wanita kelas atas yang juga menyukai light novel."
Dia mengarahkan jarinya ke wajahnya. Dia benar-benar membacaku seperti buku.
"Ya ya ya, seperti itu. Elf-sensei hampir seperti wanita kelas atas, kan?"
"Bukan hampir. Aku memang wanita kelas atas!"
"Tapi ada seorang gadis yang lebih seperti wanita kelas atas daripada kamu."
"Arrgg! Kau sangat membuatku kesal! Aku benci orang yang berbicara sepertimu!"
Saat aku berdebat dengan Elf, Suzune tertawa:
"Kalian berdua sangat lucu. Seperti yang Hana-chan katakan."
"Eh, kau Suzune, kan? Senang bertemu denganmu, aku Yamada Elf."
"Senang bertemu denganmu. Bolehkah aku memanggilmu sensei?"
"Hmm, santai saja. Panggil saja aku Elf."
"Boleh?"
"Tentu saja, karena kau adalah Mu—"
Elf berhenti sejenak dan melirik Muramasa-senpai. Senpai telah lari ke ruang belakang dan menyembunyikan dirinya dengan tirai. Ekspresi tenangnya yang biasa hilang, dan dia terlihat sangat imut. Elf tersenyum cemerlang dan mengubah kata-katanya:
"Kau pasti teman Hana-chan juga, kan? Kalau begitu kau juga temanku, tidak perlu pakai bahasa formal."
Dia pasti khawatir Muramasa-senpai menyembunyikan nama penanya dari teman-teman sekelasnya. Elf sangat pandai membaca mood; berbicara dengannya bisa sangat santai. Tapi di saat yang sama, saat dia berbicara dengan orang lain selain aku, topiknya bisa berubah dengan sangat cepat.
Menurut Elf – gadis bernama Suzune adalah teman Muramasa-senpai. Itu tidak terlalu penting, tapi Suzune juga tersenyum, dan suaranya melembut.
"Um, kalau begitu Elf-chan adalah temanku juga. Memang, aku teman Hana-chan."
"Ya, mari berteman."
Mereka terlihat seperti teman baik.
- Benar-benar kejutan.
Kami khawatir Muramasa-senpai diasingkan di sekolah.
"Sebenarnya, Hana-chan sangat diterima di sekolah."
"Benarkah?"
Elf terkejut. Dia mengarahkan jarinya ke Muramasa-senpai di balik tirai.
"Tidak mungkin!? Karena dia – adalah seorang narsisis akut yang tidak tertarik pada orang lain. Tidak hanya menyukai novel, yang dia miliki hanyalah wajahnya yang cantik. Aku yakin kalau dia adalah tipe orang yang dibenci oleh semua orang."
"Kau demi-human! Kau terlalu banyak bicara!"
Senpai menjulurkan kepalanya keluar dari tirai dan menyahut.
"—————"
Mungkin percakapan itu terlalu lucu, tapi Suzune tertawa terbahak-bahak. Dia membungkuk, dan batuk-batuk. Namun itu tidak terlihat tak anggun, sungguh wanita kelas atas.
"Ini dia! Beginilah seharusnya! Elf-chan memang hebat! Ha ha…"
Masih tertawa, Suzune memberi tahu Elf:
"Sebenarnya aku sudah mengenal Hana-chan sejak dia berumur tiga tahun, jadi aku sudah mengetahuinya. Aku sudah terbiasa dengan itu."
"Oh? Jadi karena itu?"
"Iya. Untuk lebih jelasnya, hampir semua orang di kelas ini sudah saling kenal sejak kita masih kecil."
"Aha…"
Aku mengerti.
Sebuah sekolah untuk wanita kelas atas – menerima murid mulai dari sekolah dasar – jadi itu sebabnya… selama bertahun-tahun… mereka sudah saling kenal.
Mungkin mereka lebih kenal dengan Muramasa-senpai daripada aku.
"Tentang Senjyu Muramasa-sensei, semua orang di sini sudah tahu, jadi kalian tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya."
Sepertinya dia memperhatikan apa yang Elf coba hindari.
…Ah… gadis-gadis yang kutemui semuanya cerdas dan bijaksana.
Aku melirik sekilas ke ruang belakang. Banyak gadis berpakaian maid datang ke Muramasa-senpai (di balik tirai) dan berbicara dengannya:
"Hana-chan, ayo!"
"Cepat, pacarmu ada di sini."
"A, aku bilang dia bukan pacarku…."
"Kalau begitu, kau harus menyambutnya dengan 『 Selamat datang, Tuan 』 dan mencoba memikatnya sampai dia bisa memberimu anak – kita sudah berlatih, ingat?"
"I, iya! Tapi aku tidak tahu kalau aku harus pakai sesuatu yang sangat memalukan!"
"Ahahaha… aku juga terkejut."
"Tidak disangka Suzune akan menyiapkan pakaian yang begitu berani"
"Jadi pakaian maid erotis itu dibawa ke sini olehmu!?"
Ini pertama kalinya aku bertemu dengan seorang wanita kelas atas, jadi aku tidak bisa menahan diri. Namun, Suzune memberikan jawaban yang sangat cocok- Dia mengetuk pelan kepalanya sendiri:
"Ehehe ♡"
Astaga.. imut sekali.
Rasanya seperti ketika Eromanga-sensei sangat senang dan memamerkan pesona moe-nya.
"Terima kasih sudah datang sebelum pembukaan. Karena aku ingin Onii-sama melihat ini."
Suzune mengangkat bahu. Sepertinya Muramasa-senpai akan segera merubah pakaiannya kembali. Hm… sepertinya kepribadian Suzune-chan ini tidak cocok dengan penampilannya. Bagaimana bilangnya –?
– Onii-san ♡
– Onii-sama.
Ya, dia seperti Megumi!
Atau lebih tepatnya… bisa dibilang… persis seperti Megumi: hanya penampilannya yang cantik. Karena aku tidak memiliki informasi yang cukup tentangnya, aku tidak bisa mengatakan lebih dari itu untuk saat ini.
"Jadi ~~"
Suzune menutup salah satu matanya, dan mengangkat jari telunjuknya seperti heroine di anime:
"Masamune Onii-sama, Elf-sama, sekali lagi, selamat datang di 『 kafé cosplay ♡ Flowers 』 kami."
Flowers? Apa dia mengambilnya dari "Hana"?
(Note: Hana berarti bunga dalam bahasa Jepang)
Jadi apa itu artinya...Kelas ini menamai toko mereka dengan nama Muramasa-senpai?
Aku turut senang untuknya.
"Walau kami masih bersiap-siap, karena kalian berdua adalah teman Hana-chan, ada layanan khusus untuk kalian. Izinkan kami untuk melayanimu sebagai latihan juga. Silahkan, lewat sini."
"Eh, baiklah..."
Tunggu, apa? Apa yang mereka coba lakukan?
Suzune membawa kami ke meja dengan taplak putih dan bunga plastik di atasnya. Karena ruang kelas didekorasi dengan gaya klasik, suasananya sangat enak.
Aku duduk di depan Elf. Suzune tersenyum:
"Kalau begitu, izinkan aku menjelaskan. Pertama, untuk pembayaran, kalian hanya dapat menggunakan Tiket Nanohana yang disertakan dalam surat undangan. Terima kasih atas pengertiannya."
"Oh baiklah."
Ya, ada sesuatu seperti itu. Satu pak sepuluh tiket atau apalah. Sekolah mungkin tidak ingin murid mengambil uang tunai secara langsung
"Haha, seperti uang Monopoli. Sangat imut."
Selagi aku bersenang-senang sambil memikirkan itu, Elf bergumam:
"Ngomong-ngomong, Masamune: Tiket-tiket ini berharga sekitar ¥1.000." (Note: Sekitar Rp. 130.000)
"Apa?"
Bukankah ini agak mahal?
"Ya, setiap tiketnya seharga ¥1.000. Jika kau merasa tidak cukup, kau selalu bisa membeli lebih banyak."
"A... aku mengerti."
Aku melihat-lihat menu. Minuman dan makanan ringan masing-masing berharga satu tiket.
…Jadi masing-masing harganya ¥1.000…. Ini murah atau mahal?
Dan… apa itu berarti selama festival budaya ini… tiket ¥1.000 adalah mata uang terkecil?
Aku merasa sedikit tidak nyaman di sekolah ini.
"Juga, untuk setiap 30 menit yang kalian habiskan di toko kami, kami akan menagih dua tiket Nanohana."
"Setiap 30 menit?"
Apa apaan?
"Iya. Tapi selama itu, kalian diperbolehkan minum sepuasnya dari botol rumah."
"Botol rumah?"
"Itu adalah minuman non-alkohol di daftar kedua ini. Namun, minuman lain dan makanan ringan masing-masing harganya satu tiket, kuharap kalian bisa mengerti."
“Dengan kata lain, aku menghabiskan ¥2.000 hanya untuk duduk di toko ini…. Dan ada biaya tambahan ¥1.000 untuk setidaknya memesan apa pun. Tapi, untuk kafé maid, dibandingkan dengan Akihabara, harga ini tidak terlalu mahal…"
Ngomong-ngomong, aku belum pernah pergi ke kafé maid, jadi itu hanya tebakanku.
"Tapi sistem harga seperti ini... tidak terasa seperti kafé maid..."
Aku setuju dengan pernyataan Elf.
"Ya ya ya... bagaimana bilangnya...? Aku pikir aku pernah mendengarnya di suatu tempat sebelumnya... seperti toko anggur, dan ada batasan waktu juga... di mana aku pernah mendengarnya..."
Aku pikir aku pernah mendengarnya saat pertemuan antara penulis light novel...
"Hm… apa yah… ini bukan sesuatu yang dibicarakan dalam obrolan biasa… ahh sudah ada di ujung mulut….”
"Oh, benar, aku lupa."
Selagi kami merenung, Suzune berkata dengan suara yang sangat lembut:
"Kalian harus membayar pelayan wanitanya juga, yaitu dua tiket."
"Ini seperti klub Kabaret!!" Baik Elf dan aku berteriak.
"Sekarang aku ingat! Pantas saja kedengaran familiar, karena Shidou Kunimitsu yang mengatakannya!"
"Jadi begitu obrolanmu dengan mereka, ya!?"
"Eto... tapi, yah, itu tidak penting sekarang —! Itu menjijikkan. Ada perbedaan besar antara sekolah wanita kelas atas dan klub kabaret, jadi aku tidak menghubungkannya sampai sekarang."
Dan juga, ini sangat mahal! Hanya 30 menit dan upah pelayannya saja sudah menghabiskan hampir setengah dari tiketku.
"Sayang sekali, Onii-sama. Tolong sebut kami 『 kafé cosplay 』"
"Tapi kau sepenuhnya meniru biaya klub Kabaret. Ide siapa itu?"
"Aku."
"Kau!?"
Kupikir dia sama seperti Megumi – tapi aku salah.
Faktanya, itu kebalikannya.
Megumi hanya mencoba untuk bersikap tegar, tapi dia sebenarnya wanita jalang yang polos. Tapi sebaliknya, gadis ini hanya berpura-pura menjadi wanita kelas atas yang polos, tapi kenyataannya, begitulah dia sebenarnya?
"...Eto, Onii-sama? Mungkinkah kau menganggapku sebagai gadis yang sangat nakal?"
Melihat betapa tersipunya dia, kebanyakan orang akan berpikir bahwa dia adalah gadis yang sangat polos…
"Tidak. Aku hanya punya beberapa serpihan pengetahuan, jadi aku tidak tahu banyak tentang 『 Klub Kabaret 』 yang kau bicarakan..."
Pembohong. Mengingat apa yang kau katakan sebelumnya, kau pasti sangat berpengetahuan tentang klub Kabaret.
"Toko ini dibuat agar teman sekelasku dan keluarga mereka bisa bersenang-senang."
"Maksudmu apa?"
“Misalnya, ayah Hana-chan bisa datang ke sini dan meminta putrinya untuk melayaninya. Lalu Hana-chan, ber telinga kucing, sebagai karyawan, bisa memanjakan ayahnya. Seperti memberinya kue, atau menuangkan minuman untuknya…”
Jadi pada dasarnya ini adalah klub Kabaret. Tetap saja..
"Oke, sepertinya aku mengerti. Toko ini dibuka agar orang tua yang menyayangi putrinya bisa bersenang-senang."
"Iya! Karena anak perempuan biasanya sangat pemalu dan tidak bisa berterus terang, ini adalah kesempatan bagi mereka untuk memanjakan orang tua mereka! Toko ini adalah tempat untuk mewujudkan mimpi itu, tidakkah kau mengerti?"
"Kau pasti punya pikiran orang tua."
Aku mengenal seseorang yang bahkan lebih sepertimu daripada Megumi. Orang tersebut dipanggil Eromanga-sensei.
"Sungguh, Onii-sama sangat kasar!"
"Ya..."
Aku merasa lelah saat berbicara dengannya. Aku menurunkan kepalaku.
Suara Suzune yang tenang dan lembut terdengar lagi.
"Jadi, Onii-sama, haruskah aku memilih seorang gadis untukmu?"
Ya, opsi A, aku akan membawamu - pilihan itu muncul di kepalaku. Tapi jika aku mengatakannya, setidaknya Elf akan menceramahiku. Dan kupikir Sagiri dan dia akan mengusikku, jadi…
"Ba... baiklah. Hana-chan kalau begitu."
"Oke~! Hana-chan, ada pelanggan yang memintamu~~~~~~~~"
Aku bisa bilang Suzune dalam suasana hati yang baik.
Kemudian, di belakang kelas, masih bersembunyi di balik tirai dan mencoba memutuskan apakah dia harus melepas telinga kucing, Muramasa-senpai membuat suara "Eh?". Setelah itu, semua teman sekelasnya mengerumuninya dan mendorongnya ke depan.
"Cepat...~!"
"Hana-chan, ada pelanggan yang memintamu!"
"Ayo, ayo ♪"
"Eh? Ehhhheee?"
Hana-chan mendatangi kami.
"………………"
Berdiri di samping meja, wajah Muramasa-senpai sangat memerah. Bahkan saat Elf bilang "yo" padanya, dia masih tidak bergerak sedikit pun. Dia terus berdiri di sana, membeku di tempat, selama 30 detik penuh.
"Ka… ka… kalian… ku bilang aku akan datang untuk membawa kalian masuk… dimana yang lainnya?"
"Fiuh, maaf maaf ~~. Karena kami ingin tahu seperti apa kau di sekolah ~ Masamune bilang kalau dia ingin lihat apa pun yang terjadi, jadi kami memutuskan untuk mengejutkanmu."
"Hei Elf, jangan menyalahkanku."
"Tapi kau ingin melihatnya, bukan?"
"Yah, itu benar."
"Jadi kau bersalah."
Hmm, memang.
Tiba-tiba, Muramasa-senpai menoleh untuk melihat ke arahku. Matanya berhenti pada Suzune, yang dengan gembira memerhatikan percakapan kami.
"Apa kau... berbicara dengan Suzune?"
"Iya. Dia bilang dia teman baikmu."
"Hm, dia bukan teman baikku. Dia teman burukku. Teman buruk."
Senpai menyangkalnya, dan suaranya serius. Tapi Elf segera menerjemahkannya dan mengerti maksudnya.
"Oh, jadi kalian berdua memang berteman baik."
Itulah yang dia katakan.
Karena terlalu jelas, bahkan aku bisa melihatnya. Aku bisa memahami level tsun-tsun ini.
"Ahaha ~ aku sudah bilang kan?"
Ucap Suzune dan memeluk bahu Muramasa-senpai.
"Berhenti. Ini menjengkelkan. Aku sudah memaafkanmu tentang pakaian ini, jadi bagaimana kalau kau menjauh…"
Kemudian senpai mencoba mendorongnya menjauh.
"Oh ~ jahatt ~"
Suzune berpura-pura terluka. Tapi itu jelas hanya akting, dia pun berkata:
"Tapi, aku menolak. Ini kesempatan langka saat dua orang legendaris datang ke sekolah kita: Ada punya banyak hal yang ingin aku bicarakan dengan mereka."
Suzune menatap Elf…
"Iyaa ~ "
Ucap mereka berdua bersamaan. Ini adalah pertemuan pertama mereka, tapi mereka berdua akrab.
"Oh... duo ini... aku punya firasat buruk ..."
Muramasa-senpai melihatnya, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan.
Suzune dengan cepat duduk di kursi di sebelahku dan bertanya:
"Jadi, Onii-sama, bolehkah aku diam di sini?"
"Eh? Yah, aku tidak keberatan..."
"Terima kasih telah memilihku!"
"Tunggu sebentar! Bagaimana dengan bayaranmu?"
Murid SMA, kalian harus ingat: klub kabaret adalah tempat yang sangat menakutkan. Aku sudah lama lupa kalau mereka menyebut tempat ini sebagai kafé maid.
"Hana-chan. Cepat ~ dan mulai bekerja."
"…Ooh…"
Karena desakan Suzune, Muramasa-senpai bergumam malu.
"Ya yahh, selamat datang.... Tuan, Nyonya."
"Ah…."
Muramasa-senpai membungkuk lalu duduk di sisi lainku. Kemudian, secara perlahan dia mencondongkan tubuhnya.
"Mu, Muramasa-senpai…."
"Ini, ini pekerjaanku.... jadi mau bagaimana lagi... ini pekerjaanku..."
"Oh..."
Seorang maid dengan pakaian terbuka sedang melayaniku…. mengerikan. Kurasa tidak ada cara bagi seorang pria untuk tetap tenang di situasi ini.
"Masamune, matamu terlihat sangat mesum. Aku kasih tahu Sagiri."
"Kumohon, tolong jangan!" Aku memelototi Elf, yang balas melotot.
Lalu Muramasa-senpai berkata, seolah dia baru saja membuat keputusan.
"Ma, Masamune-kun. Bisakah aku menjelaskan semuanya dulu?"
"Boleh... Meskipun kupikir aku sudah mengerti..."
Menurutku dia ditipu memakai pakaian maid yang terbuka ini, benar?
"Tapi, aku harus mengatakannya! Maka... ini... karena aku berencana ingin pergi ke festival budaya bersamamu, jadi aku punya waktu luang sepanjang hari."
"Sayang sekali. Bukannya normal saja untuk melakukan yang terbaik di hari kedua?"
Elf benar.
Muramasa-senpai ingin pergi bersama kami, jadi dia harus melewatkan satu hari kerja. Tapi hari kedua biasanya saat-saat paling sibuk.
"Ya, semua orang mengkhawatirkanku, jadi mereka menjadwalkanku untuk bekerja 『 di hari pertama 』 dan 『 pagi hari di hari kedua 』."
Muramasa-senpai tersenyum kecut. Maid lainnya tertawa:
"Tidak apa-apa ~"
"Tahun lalu, Hana-chan membantuku, ingat?"
"Saat tahun pertamaku, berkatmu aku bisa berkencan dengan pacarku... Sekarang giliranku untuk memberi Hana-chan kesempatan."
"Nikmati saja!"
– Sepertinya memang begitu.
"Hm ~~ Aku bisa lihat kau sangat diterima disini."
Elf mengatakan apa yang ada dalam pikiranku.
"Begi... tukah? Aku sendiri tidak yakin... Mereka mendekorasi ruang kelas dan memaksaku memakai pakaian tak senonoh ini..."
Hubungan tanpa pamrih semacam itu disebut "persahabatan".
"Elf-chan, kau sepertinya terkejut melihat Hana-chan diterima di sekolah?" tanya Suzune.
"Iya. Tidak sesuai dugaanku."
"...Bagaimana denganmu, Onii-sama?"
"Ya, aku juga - omong-omong, kenapa kau memanggilku Onii-sama ?"
"Karena kau adalah penulis Sekaimo, jadi kupikir kau ingin dipanggil seperti itu."
"Itu salah paham."
Jangan perlakukan seorang penulis secara berbeda karena apa yang ia tulis di bukunya. Aku mengerti mengapa dia berpikir seperti itu, tapi hanya karena seorang penulis memasukkan kata "adik perempuan" dalam judul novelnya, itu bukan berarti otomatis dia adalah seorang siscon.
Mengapa? Ya, aku seorang siscon yang mencintai adik perempuanku. Tapi aku tidak tertarik pada adik perempuan lain selain Sagiri! Aku tidak suka adik perempuan, aku suka Sagiri! Karena aku membuat karakterku berdasarkan Sagiri sendiri, aku bisa menulis pemeran wanita di Sekaimo sebagai adik perempuan.
Aku harap kalian tidak membuat kesalahpahaman itu.
"Begitu... Jadi, apa kau membencinya ketika aku memanggilmu 『 Onii-sama 』?"
"... Sebenarnya aku sangat senang."
Dengan *Buk*, Elf memukul kepalaku.
Aku berteriak "sakit" lalu mencoba menutupi kepalaku.
"Bukan seperti itu... Kurasa aku mengerti alasan mengapa Mahouka Koukou no Rettousei sangat diterima. Siapa pun akan senang jika wanita cantik berambut hitam memanggil mereka 『 Onii-sama 』."
"Ahaha, maka aku juga akan memanggil Izumi Masamune-sensei 『 Onii-sama 』."
"…Tentu, terserah."
Di depanku, Elf mengeluarkan tablet dari bawah meja.
"Eh eh, Sagiri, itu yang baru saja dikatakan pacarmu."
"Terima kasih atas laporannya, Elf-chan. Eh, Nii-san? Mulai sekarang, haruskah aku memanggilmu Onii-sama juga?"
"Ahhhhhhhhhhhhhhh!!! Elf, kau!!!!!! Bagaimana bisa kau lakukan itu padaku!? Sejak kapan kau melepaskan segel Eromanga-sensei??"
"Sejak saat dia menjelaskan sistem pembayaran di tempat ini untukmu."
Sepertinya dia mendapat izin dari maid lainnya.
"...Kuh..."
Yang berarti adikku melihat Suzune memanggilku "Onii-sama". Ba, ba, bagaimana ini... bagaimana caranya aku selamat dari sini...
Elf membawa tablet itu ke wajahku. Di layar ada gambar Sagiri (dengan topengnya). Senyuman dingin dan hampa di topeng Meruru itu macam sesuatu yang muncul di film horror.
...Dia pasti sangat marah.
Aku berusaha mencari alasan sambil mengulur waktu:
"Sa, Sagiri. Bukan seperti itu! Dengarkan aku!"
"Kyouka-chan! Kyouka-chan! Cepat! Nii-san, Nii-san….dia melakukan sesuatu yang mesum di klub cosplay!"
"Tidak mungkinnn!!!"
"Kau bilang apa barusan? Aku datang!"
Saat suara mengerikan itu terdengar dari tablet, aku segera mematikannya.
"Ku…Ho…Ha….”
Jari-jariku masih bergerak, tapi tubuhku berkeringat dingin dan aku terengah-engah.
Melihat ini, Elf berkata dengan dingin:
"Masamune, bukannya kau bilang ingin Sagiri merasakan suasana festival budaya sekolah?"
"………..."
Menurutku... tempat ini jauh lebih menakutkan daripada rumah hantu.
Setelah Muramasa-senpai berganti ke pakaian normalnya, kami semua kembali ke gedung utama, karena sudah waktunya kami janjian untuk bertemu.
Tepat setelah kami sampai.
"Ah, Izumi. Tepat waktu."
Shidou-kun dengan cepat berlari ke arah kami. Hari ini dia mengenakan pakaian ala mahasiswa biasa.
"Shidou-kun, ada apa? Kau tampak gelisah."
"Karena…"
Dia melirik ke toko terdekat. Dari tempat aku berdiri, aku bisa melihat seorang pria berambut pirang dan mengenakan mantel hitam yang familiar, yang dikelilingi oleh penjaga. Kelihatannya dia sedang berusaha menjelaskan sesuatu, aku bisa mendengarnya samar-samar,
"...Surat undangan ini asli" dan "Itu juniorku".
"Kusanagi-senpai dianggap seperti orang yang mencurigakan..."
"Apa yang dia lakukan?"
Tentu saja dia menonjol. Dari sudut pandang orang luar, dia memang tampak seperti orang mencurigakan yang mencoba menyelinap ke sekolah khusus perempuan.
"Barusan kita bertemu Jinno-san di gerbang sekolah. Karena Aya-chan tadi bicara dengan Kusanagi-senpai... Kurasa ada orang yang memanggil penjaga."
"Ah…"
Seorang anak SD yang bicara dengan seorang pria berpenampilan punk jelas mencurigakan. Tidak heran orang salah paham. Meskipun hasilnya menyedihkan untuk dilihat, penilaian orang itu tidak sepenuhnya salah.
"Eto – bagaimana dengan kelompok Megumi?"
Bukannya lebih mudah jika membiarkan mereka yang menjelaskan?
"Dia bilang dia punya teman di sekolah ini dan pergi mencari mereka. Aku tidak tahu di mana dia sekarang. Ngomong-ngomong, kayaknya penjaga akan memanggil polisi…."
Megumi punya banyak sekali hubungan, tak kusangka dia bahkan punya teman di sini…
"Kalau begitu kita tidak bisa terus bicara disini, kita harus membantunya. Aku murid di sekolah ini, jadi biarkan aku berbicara dengan mereka."
"Aku juga akan pergi. Muramasa sendiri tidak pandai berbicara."
Kombo duo yang dapat dipercaya pun dengan cepat pergi ke tempat perkara.
Beberapa saat kemudian…
Mereka berhasil meredakan situasi.
...Elf dengan arogan mengangkat jempolnya. Di saat yang sama, Kusanagi-senpai yang kelelahan mengikuti mereka.
"Aku tidak percaya ini terjadi padaku. Sekolah khusus perempuan sangat menakutkan..."
"Kusanagi-senpai, maaf kami terlambat membantumu. Terima kasih sudah datang."
"………"
Melihat Muramasa-senpai membungkuk dan meminta maaf, semua orang terkejut. Karena itu sangat tidak terduga. Bagi Muramasa-senpai, Kusanagi-senpai seharusnya menjadi seseorang yang tidak dia pedulikan. Dia seperti bukan dirinya untuk tetap formal di depannya.
— Tidak. Bukan seperti itu.
Situasi ini bukanlah "dia seperti bukan dirinya" melainkan "ini adalah sisi baru dirinya".
Tentu saja, jika situasi ini terjadi dalam novel senpai, maka tidak mungkin dia akan menulis sesuatu yang begitu tidak logis. Selama penulis tidak membuat kesalahan, karakternya tidak akan terlalu terasingkan.
Tapi gadis di depanku adalah manusia biasa, tidak diragukan lagi. Jadi… wajar kalau dia agak berbeda dari biasanya. Dia pasti memiliki sisi lain dalam dirinya yang tidak kita ketahui.
Itu sebabnya….
"— Ka, kau sepertinya terkejut melihat Hana-chan diterima di sekolah."
Begitulah. Kami baru mengenal satu sama lain selama satu tahun, tapi kami sudah menempelkan stiker "kutu buku aneh" di punggung Umezono Hana dan berhenti memikirkannya. Mungkin Suzune menertawakan kami karena "orang ini tidak mengerti apa-apa."
Aku, Elf dan Sagiri. Kita harus berdiskusi tentang ini.
Juga, di sini, ada pria lain yang menunjukkan "sisi lain"-nya.
"Tidak, tidak, Senjyu-sensei, tolong jangan minta maaf."
Dia adalah Kusanagi-senpai. Dia menggunakan nada yang sama sekali berbeda dibanding saat dia berbicara pada kami.
"Seharusnya aku yang meminta maaf. Kau mengundang kami ke sini, tapi aku menyebabkan masalah untukmu. Terima kasih telah membantuku."
"Um... Kau berbeda dari apa yang Masamune-kun katakan...."
"Aku bisa membayangkan apa yang kau dengar dari dia. Tapi kau pantas mendapatkan rasa hormatku, jadi aku tidak bisa berbicara seperti biasa padamu macam Izumi atau Shidou."
"………"
Ah, Muramasa-senpai kesulitan. Tentu saja dia akan kesulitan jika ada senior yang lebih tua bilang padanya bahwa "kau pantas mendapatkan rasa hormatku", sulit untuk membalasnya harus seperti apa. Aku memahami situasinya, karena aku sendiri pernah diberitahu "Aku menghormatimu" dan "Aku menyukaimu" oleh penulis seniorku yang terkenal dan kuhormati.
"Kusanagi-senpai… eto… bolehkah aku menanyakan alasannya?"
"Karena tidak sepertiku, kau adalah - seorang penulis 『 sungguhan 』."
Muramasa-senpai mengerutkan alisnya
"Apa kau bilang kalau kamu itu palsu?"
"Dibandingkan denganmu, menyebutku seperti itu tidaklah salah. Aku adalah orang yang hampir tidak berhasil bertahan di industri ini, namun aku selalu menyebut diriku sebagai seseorang yang melakukan pekerjaan yang sama sepertimu - aku merasa sangat malu. Aku merasa malu saat orang-orang membandingkan novelmu dengan milikku. Itu adalah perasaanku yang sebenarnya yang tidak bisa aku ungkapkan pada pembacaku."
"………..."
"Kau tampak kebingungan - maka kita hentikan saja membicarakan topik ini. Namun satu hal lagi: aku memang palsu, tapi aku masih berencana untuk terus melakukan apa yang harus aku lakukan."
Kusanagi-senpai tersenyum.
Dia sedih karena masalah yang dia hadapi, tapi dia masih bisa menemukan titik seimbangnya. Pada akhirnya, dia terus menulis sambil mengetahui bahwa dia sendiri adalah kepalsuan.
Dia menunjukkan rasa hormatnya kepada junior yang lebih muda.
Ini adalah sisi lain dari penulis rom-com yang suka bertindak seenaknya, yang tidak ingin diketahui siapa pun. Muramasa-senpai tidak mengatakan apa-apa, tapi akhirnya, dia mengangguk.
"Aku mengerti."
"Biasanya, tidak mungkin aku ikut serta dalam festival ulang tahun sekolah seperti ini. Aku berencana untuk melihat-lihat saja."
"Kusanagi-senpai, apa kau ingin pergi sendiri?" Tanya Shidou-kun dengan sedikit khawatir.
"Ya, aku sendiri saja. Kita sudah ada terlalu banyak orang; aneh kalau kita semua pergi bersama, bukan?"
"Tapi nanti orang-orang akan memanggil penjaga."
"......Kuh."
Kusanagi-senpai menggertakkan giginya; kepercayaan dirinya yang tadi pun menghilang.
"Kalau begitu – tuan, izinkan aku pergi bersamamu!"
Tanpa ada yang memperhatikan, seorang gadis berkacamata datang ke Kusanagi-senpai dan berbicara dengan lantang – dia adalah Natsume Aya-chan.
Hari ini, dia mengenakan pakaian yang membuatnya terlihat lebih seperti wanita. Kusanagi-senpai menoleh ke anak SD itu dan berkata dengan nada bosan:
"Aya, jangan panggil aku Tuan. Lagian, kau adalah alasan aku dihentikan oleh penjaga, jadi jika kau pergi bersamaku, aku pikir kejadian sebelumnya akan terjadi lagi."
"Ah — tentang itu —"
Tiba-tiba Megumi mengangkat tangannya:
"Barusan, aku sudah berbicara dengan temanku di sekolah ini. Aku bilang ke mereka kalau 『 Pria yang bersama Aya-chan bukanlah orang yang mencurigakan, jadi tidak usah khawatir 』, jadi Ryuoki-onii-san bisa pergi dengan Aya-chan tanpa masalah."
"Itu artinya... selama aku ada di sekolah ini, 『 aku akan ditangkap jika aku tidak bersama dengan Aya-chan 』?"
"Eh ~~ sepertinya begitu." Aya-chan menghela nafas.
"Aku sendiri sebenarnya tidak mau, tapi jika aku harus tinggal dengan tuan ku selama festival budaya ~ ah, mau bagaimana lagi ~ aku akan pergi bersamamu."
"….Kau bercanda?"
"Bukannya itu bagus, Kusanagi-senpai. Aku sangat iri padamu, ada anak SD yang pergi bersamamu selama festival budaya."
…Shidou, kau mencoba mengolok-olok Kusanagi-senpai ya kan? Kau tidak benar-benar cemburu, ya kan? Menyadari kalau dia harus pergi dengan anak SD selama festival budaya, Kusanagi-senpai mulai gemetar.
"Grr...bagaimana mungkin...Rencanaku yang sempurna untuk menjauh dari kalian semua lalu menyelinap ke area SMP...."
"Kau ingin mengunjungi area SMP? Aku juga bisa kesana denganmu."
"...Kuh...bukan seperti itu."
Pergi dengan Aya-chan berarti dia tidak bisa bicara dengan gadis SMP. Jika itu adalah rencana Megumi, maka ini memang sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Tidak hanya mencegah Kusanagi-senpai bicara dengan gadis lain, dan juga – yah, aku tidak perlu mengatakannya.
"Jadi, Tuan, tolong jaga aku baik-baik! Ahahaha… pastikan untuk bermain peran sebagai waliku."
"….Fiuh, sudah kuduga. Setiap kali Izumi mengundangku, pasti akan berakhir seperti ini."
Maaf, tapi jangan membuatnya terdengar seperti ini salahku.
Yah, sebenarnya "hubungan rumit" dengan Aya-chan adalah karena aku yang memperkenalkan mereka.
– Dan begitulah.
Selain Makina-san, yang sebelumnya bilang pada kami "Aku tidak tahu apa aku bisa pergi", kami berhasil bertemu dengan semua orang. Kami semua berterima kasih pada Muramasa-senpai karena telah mengundang kami, dan dia juga berterima kasih pada kami karena telah datang.
Aya-chan yang bercita-cita menjadi seorang penulis, tampaknya merupakan penggemar berat Senjyu Muramasa-sensei. Dia sangat gugup hingga tubuhnya sangat kaku, tapi itu membuatnya tidak bisa bicara banyak dengan senpainya.
—- Semoga mereka bisa mengobrol dengan normal nanti.
Untuk saat ini, disini ada aku, Elf, Sagiri, Muramasa-senpai, Megumi, Aya-chan, Kusanagi-senpai dan Shidou-kun. Aku tidak tahu apakah ada orang lain yang akan datang nanti, tapi inilah kelompok kami.
Kusanagi-senpai dan Aya-chan berencana untuk pisah dan pergi berdua, jadi kelompok kami akan hanya ada lima orang.
"Muramasa-san, tentang festival budaya ini..." kata Shidou-kun.
"Kudengar kau ingin mendapatkan referensi untuk novelmu, jadi apa kau butuh sesuatu yang spesifik?"
"Tidak, kita bisa menikmatinya seperti biasa. Pergi ke festival budaya dengan semua orang adalah pengalaman yang berharga."
"…Itu saja tidak apa?"
Tanya Shidou-kun. Aku berpikir sama. Ya, aku tidak yakin hanya 'menikmatinya seperti biasa' akan menjadi pengalaman yang bagus untuk menulis novel.
"Lebih baik begitu. Aku malu mengatakannya, tapi aku bukan anak sekolah biasa. Aku tidak terlalu tertarik dengan kegiatan semacam ini, jadi aku berusaha untuk melakukan sesuatu di belakang layar. Aku tidak keberatan memberi seseorang kesempatan untuk menikmati festival budaya bersama teman mereka."
"Saat tahun pertamaku, berkatmu aku bisa berkencan dengan pacarku... Sekarang, giliranku untuk memberi Hana-chan kesempatan."
Teman sekelasnya juga mengatakan itu.
"Tapi tahun ini... Aku ingin ikut serta dalam festival budaya ini – dan menikmatinya sendiri. Aku ingin menulis sesuatu yang tidak bisa aku tulis sebelumnya dengan mengalami sesuatu yang baru. Aku ingin menggunakan perubahan hati ini dalam cerita baruku – lalu…"
"Lalu?"
"Ah, maaf. Tapi aku tidak bisa mengatakannya untuk saat ini."
Muramasa-senpai tersipu dan mengganti topik.
"Eto… maksudku….”
Dia tidak pandai berbicara. Setelah beberapa saat tergagap, dia berkata:
"Maksudku, jika aku bisa membuat permintaan khusus.... kumohon, tetaplah bersamaku hari ini - dan bersenang-senanglah."
"—–"
Semua orang menatapnya. Lalu…
"Serahkan padaku!"
Kami semua berbicara sekaligus.
Megumi berbisik pada Elf:
"Hei, Elf-chan, barusan apa yang ingin dikatakan Muramasa-chan?"
"Kudengar dia sebenarnya ingin mengundang Masamune sendirian ke festival budaya ini, tapi dia mengubahnya menjadi ini."
"Ohohohoho, aku mengerti aku mengerti ~~ kalau begitu, aku harus apa yaa ~~ sebagai teman Sagiri-chan ~~ tapi aku juga ingin bantu gadis yang sedang jatuh cinta ~~~"
Seseorang sedang merencanakan niat buruk, tapi pada saat yang sama seseorang bertingkah sangat polos:
"Apa yang kau lakukan!? Cepat!!"
Itu Sagiri. Karena kami membuka segelnya lagi, itu membuatnya sangat bersemangat dan dia melompat kegirangan.
Muramasa-senpai mengambil tablet itu dan tersenyum pada Sagiri
"Kau benar. Kita harus cepat, Sagiri."
Walaupun situasi Sagiri berbeda dari Muramasa-senpai, dia juga seseorang yang tidak terbiasa dengan kegiatan semacam ini. Pergi ke festival budaya bersama teman-teman. Keduanya pasti sangat menantikannya
"Um! Ayo pergi, semuanya!"
Kemudian, festival budaya kami pun dimulai.
2 Comments
Mantaps min
ReplyDeleteIni nggak dilanjut min?
ReplyDeletePost a Comment
Silahkan berkomentar dengan adat dan etika yang pantas.