[OLI Fan Translation] Eromanga-sensei Volume 9


Aku - Izumi Kyouka - paling membenci kakak laki-lakiku (yang jauh lebih tua).

Kakakku - Izumi Kotetsu.

Meskipun dia sudah tidak ada lagi, aku masih tidak berencana membiarkannya begitu saja.

"Aku membencimu, Nii-san!"

Sudah berapa kali aku mengatakan itu di depannya?

...Kemungkinan sekitar ratusan kali.

Saat aku masih SD, aku biasa memakai baju yang sudah tua.

Tapi dia memberiku baju baru. Dia bilang dia ingin aku ikut ambil bagian di upacara pembukaan.

Dia masih sekolah, tapi dia bekerja part-time saat malam hari. Dia selalu bilang ingin jadi orang yang independen, jadi dia menabung uang.

"...Ba...bajunya mahal sekali...."

Melihat ekspresi bingungku, Nii-san tersenyum:

"Ini pengalaman sekali dalam seumur hidup, jadi kau harus memakai sesuatu yang bagus."

Kemudian, dia membawaku ke salon dan menata rambutku. Itu pertama kalinya aku terlihat secantik itu.

Dia mengusap kepalaku dengan lembut, dan berkata:

"Lihat. Itu cocok denganmu! Dan kau sangat imut! Terbaik!"

Sikapnya membuatku sangat gondok, jadi aku pun marah. Aku menghantam perutnya menggunakan kepalaku. Tapi aku tidak tahu kalau aku menyakitinya, atau aku mengenai sesuatu yang "penting".

"...! Aw, apa yang kau lakukan?"

Kemudian, aku menyondong ke depan, dan memberitahunya:

"Nii-! Benci!"

Saat itu, aku bahkan memalingkan pipiku ke samping untuk menunjukkan kalau aku "sangat membencinya".

Jika kalian tanya kenapa aku marah, bahkan aku sendiri tidak bisa menjawabnya. Yang kutahu hanyalah bahwa aku merasa wajahku menjadi panas, lalu merasakan sesuatu bergejolak di dalam hatiku - singkatnya, aku ingin memukulnya. Aku ingin menghancurkan sikap tidak peduli dan meremehkan-adik-perempuan-nya.

Sulit mengubah perasaan itu menjadi kata-kata, tetapi itu bertahan lama di dalam diriku. Sampai sekarang pun.

Itu pasti "sesuatu yang dilakukan Nii-san" atau "segala hal yang ia lakukan" membuatku marah.

- Seorang adik perempuan yang mempunyai kakak laki-laki yang jauh lebih tua dari dirinya sendiri akan menjadi brocon - seseorang mungkin mengatakan itu, tapi itu merupakan kebohongan yang dapat dibantah. Izumi Kyouka "adik perempuan yang membenci kakaknya" adalah buktinya.

Ngomong-ngomong, setelah itu aku - Izumi Kyouka - masih menggunakan gaya rambut yang Nii-san puji: Bahkan saat aku masuk SMP.

Kenapa?

Hm, tentu saja itu untuk memastikan kalau aku pasti tidak akan pernah lupa betapa aku "membenci kakakku".

"Jadi itu bukan karena kau senang dia memujimu" - kau tanya?

Ten...tentu saja bukan...tidak mungkin.

"Aw ~ sakit banget. Kenapa kau sangat kasar?"

Menghadapi adik perempuannya yang seenaknya saja, dia hanya terus tersenyum, dan tidak pernah meninggikan suaranya.

Jika kau hanya melihat percakapanku dengannya, maka ketika aku kecil, aku lumayan bandel.

Bukannya aku berusaha membuat alasan, tapi ketika berbicara dengan siapapun selain kakakku, aku pikir kalau aku adalah anak yang sangat sopan.

Berusaha bersikap tegar, melihat ekspresi orang dewasa namun di permukaan tetap sopan.

Meremehkan anak kecil yang bertingkah seperti anak kecil, dan membuat orang-orang membenciku.

- Itulah aku.

Sangat mirip dengan Masamune, dengan beberapa perbedaan besar.

Karena anak ini "berusaha bersikap tegar" demi orang lain.

Semenjak ingatan paling awalku, orang tuaku tidak lagi bersamaku. Kita bersaudara tinggal dengan saudara kita. Karena Nii-san sibuk dengan kerja dan sekolah, kebanyakan waktu aku tinggal sendiri dengan saudaraku.

Kita tidak begitu diurus, tapi juga tidak buruk.

Setelah aku ganti sekolah beberapa kali, kepribadianku perlahan-lahan jadi sulit untuk disenangi. Setiap beberapa tahun, semua hubunganku di sekolah dan dengan keluargaku akan di reset: Bagi anak kecil, itu tidak terlalu baik. Jadi aku tidak yakin ada hal apapun yang dapat dilakukan terhadap kepribadianku yang (agak) sinting.

...Tapi itu semua cuma alasan.

Selama semua masa-masa itu, ada satu hubungan yang tidak pernah berubah.

Hubungan itu ialah antara Nii-san dan pacarnya.

Iya. Nii-san punya pacar dari "awal". Dia sudah berpacaran bahkan sebelum aku lahir.

Iya! Itulah kenapa aku bilang aku membenci kakak laki-laki ku yang jauh lebih tua.

Tidak sepertiku, gonta-ganti sekolah atau mereset hubungan bukanlah hambatan yang besar bagi sepasang murid SMA seperti mereka.

"Ah, Kyouka-chan ~ Onee-chan datang mau main hari ini!"

"...Kau tidak kesini untukku. Kau kesini untuk kakakku."

Dasar - cewek ini datang jauh-jauh dari Tokyo. Jika saja saudara kita tinggal di luar negeri, pasti jauh lebih baik. Dia tidak akan datang dengan mudah.

Aku sangat marah di dalam, tapi aku berusaha untuk tetap tenang dan hanya menatapnya.

Tapi dia hanya mengelus kepalaku, dan berkata:

"Apa yang kau bicarakan ~ aku ingin melihatmu juga."

"Jangan coba-coba terlalu dekat padaku. Tidak perlu begituan. Dan jangan sentuh."

Sejujurnya, semenjak pertama kali kita bertemu, aku sudah membencinya.

Alasannya?

Itu karena...karena aku membecinya. Pokoknya, aku membencinya. Itu saja!

.... Kau bilang "aku membencinya karena dia pacarnya kakakku?"

Bukan bukan bukan bukan bukan seperti itu....! Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan!

"Tentu saja aku ingin lebih dekat denganmu ~ karena Kyouka-san udah kaya adik perempuanku sendiri! Ayo, panggil aku Onee-chan!"

Kondou Shiho.

Seorang gadis ceria dan ramah.

Biasanya, dia sangat dewasa. Kemampuan memasaknya sebanding dengan juru masak profesional. Dia juga sangat baik dan punya banyak teman; bahkan saudaraku yang ku benci menyukainya -

Dia gadis yang sangat luar biasa.

Benar-benar tidak sepertiku.

Saat itu, tidak peduli seberapa kerasnya aku berusaha, aku tidak bisa mengalahkannya. Sampai sekarangpun, dia adalah perempuan yang tidak bisa aku kalahkan.

Dia juga ibunya Masamune.

***

Kita kembali ke pintu masuk kediaman Izumi.

Aku mendengarkan apa yang baru saja Kyouka-san katakan dan meraih kesimpulan.

"Dengan kata lain...Kyouka-san adalah seorang adik perempuan yang brocon"

"Tentu saja bukan! Ke ke ke kenapa kau menyimpulkan seperti itu?"

"Yah...karena..seperti itu aku melihatnya. Iya kan, Sagiri?"

"Yep. Kyouka adalah adik perempuan yang brocon." Sagiri mengangguk.

"Sa..Sagiri juga..!?"

Kyouka-san terguncang, tapi dia batuk, dan menambahkan:

"Bukan seperti itu...apa yang ingin aku ungkapkan adalah...betapa rumitnya perasaanku terhadap kakakku dan pacarnya..."

"Aku tidak pikir itu rumit sama sekali. Atau lebih tepatnya, aku pikir itu terlalu terang-terangan. Bahkan generasi light novel saat ini tidak punya sesuatu yang seperti itu."

"Ini...ini sangat rumit! Bagaimana bisa...kau seharusnya jangan bicara seolah-olah ini cuma bagian dari pekerjaanmu!"

Tiba-tiba, suaranya menjadi sangat rendah.

"Selain itu...Masamune, dan Sagiri juga...Bagaimana bisa kalian tetap tenang? Apa kalian tidak dengar apa yang baru saja aku katakan?"



- KARENA AKU MEMBUNUH ORANGTUA KALIAN.



"Kita dengar. Tapi kita ingin mendengar dulu cerita bibi. Bibiku adalah orang yang mudah salah paham."

"Bibi selalu bicara seolah-olah bibi adalah yang terburuk, jadi kita ingin mendengar bibi dulu sekarang."

Sagiri benar. Tidak mungkin kita bisa membencinya hanya karena dia mengatakan itu.

Kecuali dia memang yang membunuhnya atau yang entah bagaimana terlibat langsung dengan kematian orang tua kita... - tapi itu masalah lain.

Untuk sekarang, dia adalah anggota keluarga kami yang penting. Jadi tidak perlu merubah pendapat kita padanya.

Melihat bagaimana kita bereaksi, Kyouka-san melihat kita sambil kebingungan.

"...Kalian berdua...kenapa?"

"Aku tidak ingin ada kesalahpahaman lagi diantara kita. Kyouka-san sangat baik, tapi butuh waktu lama bagi kita untuk menyadarinya. Seharusnya kita menggunakan waktu itu untuk jadi keluarga. Bukannya itu...disesalkan?"

Sulit bagi kita untuk jadi keluarga, jadi aku tidak mau kehilangan ini lagi.

"Masamune...kau sama seperti tipe orang yang paling aku benci."

"Tapi bibi sangat baik padaku."

"Itu..."

Dia tidak menjawab pertanyaanku dan mengalihkan pandangannya.

"...Biarku lanjutkan."

***

Perasaanku terhadap ibunya Masamune - Shiho-san - mirip seperti inferiority complex. (note: a/ sebuah kondisi psikologis (tingkat alam bawah sadar), ketika suatu pihak merasa inferior/lemah/lebih rendah dibanding pihak lain, more on google)

Perasaan itu campuran antara kebencian, amarah, dan rasa iri. Aku ingin melampauinya dalam bidang yang ia kuasai, jadi aku mulai belajar cara memasak...kalian bisa menebak hasilnya.

"Kyouka-chan, kau tidak punya bakat memasak. Meskipun kau memasak, kau tidak ada apa-apanya dibandingkan denganku."

"Aku sudah tahu itu! Kau tidak usah mengingatkanku!"

"Aktivitas sekolah dan belajar adalah kelebihan Kyouka-chan. Kenapa kau memilih bidang yang aku kuasai untuk menantangku?"

"Aku sangat membencimu! Jadi aku ingin mengalahkanmu!"

"Sungguh? Aku sangat menyukaimu, karena kau adalah adik perempuan kesukaanku."

“Kuh kuh kuh kuh kuh!!!!”

Saat itu, Izumi Kyouka tidak bisa berhenti menantang pacar kakaknya.

Mengingat-ngingat hal itu sekarang sangatlah memalukan...sungguh sejarah yang kelam.

Tapi itu juga merupakan kenangan berhargaku.

Aku selalu berusaha untuk melawan Shiho-san, tapi semuanya selalu berat sebelah. Dia membalas kebencianku dengan kebaikan.

Dia membuatku lebih sulit untuk memaafkan diriku sendiri, aku jadi lebih mengerti betapa kekanak-kanakannya diriku...aku dikeliligi oleh perasan-perasaan rumit itu.

Perasaan-perasaan itu mencapai puncaknya di hari kakakku menikahi Shiho-san.

Meskipun aku sudah tahu kalau pada akhirnya hari ini akan datang.

"...Nii-san...Shiho-san...se..sela...selam.... fueeeeeeeeeeeeeeeee ~~~!"

Aku menangis selama satu jam. Tak disangka-sangka, itu pertama kalinya aku berhasil membuat Shiho-san terguncang.

"Jangaaaaaaaaaaannnnnnnnnnnnn!! Aku tidak mau Nii-san menikah!!!!"

Itu adalah saat-saat paling memalukan dalam kehidupan Izumi Kyouka. Aku tidak pernah ingin membicarakan hal itu dengan siapapun, termasuk Masamune.

Sungguh, itu adalah sesuatu yang harus dirayakan, kenapa aku menangis! Aku juga tidak mengerti!

Selain itu, karena kakakku menikah, situasiku bertambah buruk.

Keluarga Izumi tidak punya banyak saudara, dan sebagai seorang murid SD, aku tidak bisa hidup sendiri...

Jadi, aku harus menahan neraka: ketika aku dipaksa untuk tinggal bersama pasangan yang baru menikah.

Saat-saat itu...saat-saat itu...aku bahkan tidak mau memikirkan itu lagi!!!

Ahhgghghhhhhh!!! Hanya memikirkannya saja membuatku marah. Apa ada adik perempuan manapun di dunia ini yang bisa menahannya? Tidak! Tentu saja tidak!

Ahok ahok. (note: batuk)

Oke, karena berbagai alasan, dan karena aku menafsirkan niat baik Shiho-san secara negatif, aku jadi lebih membencinya...Tapi ada sesuatu yang membuatku tenang sedikit.

Itu adalah kelahiran Masamune.

Melihat anak itu tersenyum tak berdosa di wajahnya, aku -

"Dia imut ya?"

"Iya memang."

Sesuatu berubah di dalam diriku.

Itu seperti...sesuatu yang telah lama menggangguku sudah menghilang. Aku merasa...lega.

Keponakanku yang baru lahir memegang ujung jariku dengan tangan kecilnya.

[OLI Fan Translation] Eromanga-sensei Volume 9


Hanya melihatnya saja membuatku sadar betapa tidak bergunanya semua hal yang aku lakukan di masa lalu. Aku juga tahu kalau menunjukkan permusuhan pada ibunya langsung di depannya tidak diperbolehkan.

"Shiho-san...maafkan aku."

"Ada apa tiba-tiba?"

"Maaf untuk segalanya. Kau penyelamatku, tapi aku selalu bersikap buruk padamu...aku akan segera meninggalkan tempat ini."

"Kau lagi sakit atau apa? Itu menjijikan."

"Apa....! Aku...aku masih sangat membencimu!!"

"Itu lebih baik. Bakal aneh kalau Kyouka-chan bersikap beda."

Walaupun kita melanjutkan percakapan sehari-hari kita yang biasanya, mulai hari itu, hubungan kita mulai berubah.

Atau lebih tepatnya - aku menerima kekalahanku.

Cinta pertamaku kandas hari itu.

***

Aku masih tidak bisa sepenuhnya tinggal "dengan pasangan yang baru menikah", jadi setelah aku masuk SMA aku pindah ke asrama sekolah dan hidup sendiri.

Jika aku sedang libur panjang, aku akan mengunjungi mereka. Kadang aku akan menjahili kakakku, kadang aku berdebat dengan Shiho-san, dan kadang aku hanya akan melihat Masamune.

Itu saat-saat yang sederhana namun membahagiakan.

Anak-anak sungguh cepat tumbuh ya: aku hampir tidak bisa mengenali keponakanku.

Untungnya, sepertinya dia juga menyukaiku. Sampai dia berumur tiga tahun, dia masih memanggilku...

"Mak cik." (note: bibi)

Dia juga sering dekat-dekat denganku.

"..Ma..ma...mak cik?"

Kita berbicara bahasa yang sama, tapi karena aku masih murid SMA saat itu, apa yang dia katakan sangat membuatku terpukul.

Aku mulai bergetar terkejut. Di belakangku, kakakku berkata:

"Oh! Mak cik lagi main sama kamu huh! Bukannya itu bagus ~ Masamune."

"Niiiiii-san!! Kau pasti dalangnya! Apa kau mengajari Masamune kata aneh itu?"

"OwO? Apa yang kau lakukan? Masamune akan membencimu jika kau berteriak padaku."

"Kuh..."

Aku pun diam dan melirik keponakanku.

.... Syukurlah, dia tidak ketakutan.

"Mak cik."

"Iya, iya! Ada perlu apa?"

"Tetek."

"Auuuuu!"

Aku akan mengatakannya lagi. Saat itu, aku adalah seorang murid SMA yang polos, jadi meskipun aku tahu dia tidak bermaksud erotis, aku masih terguncang.

Dengan ekspresi yang sangat tidak berdosa, keponakanku melanjutkan:

"Tetek."

“Mwu au au au ~~”

A...apa yang harus aku lakukan?

Aku melihat kakakku, diam-diam meminta bantuan. Dia hanya melihat kita dengan ekspresi kagum di wajahnya.

"Masamune...kau sungguh berani."

"Ce, cepatlah tolong aku!"

"Kau ingin coba menyusuinya?"

"Aku tidak punya ASI!!"

Aku bisa memukulnya, ya kan? Siapapun akan setuju kalau itu bukan kekerasan dalam rumah tangga, hanya penghakiman yang adil, ya kan?

***

"Masamune...kau orang mesum bahkan saat kau masih kecil."

"Tapi tapi tapi itu sudah lama sekali! Aku terlalu kecil untuk punya pikiran yang jorok. Dan aku tidak ingat apapun tentang itu!"

Dengan cepat aku berusaha menjelaskan. Sagiri melihat Kyouka-san dengan tertarik:

"Jadi...Kyouka?"

"Iya?"

"Apa bibi coba menyusuinya?"

"Enggak!"

Masih dengan ekspresi tak berdosa yang biasanya, Sagiri bertanya tanpa tahu malu:

"Sungguh? Sekalipun enggak?"

".................. Tidak, aku tidak melakukannya."

Kyouka-san sangat tersipu dan dia memalingkan wajah. Melihat itu, Sagiri berteriak:

"Reaksi itu! Jangan-jangan!!?"

"Tidak tidak tidak! Aku tidak melakukannya!"

"Mungkin di dalam ingatan masa kecil Masamune, ada waktu dimana dia disusui oleh cewek SMA!"

"Sagiri, tenanglah! Kenapa kau sangat bersemangat!"

"Karena, ahahaha!!!"

Dia mengeluarkan smart phone nya dan memperlihatkannya padaku:

"Kalau itu memang ada, maka adegan dimana adik perempuan super imut ini yang sedang menyusui keponakannya akan jadi penemuan yang luar biasa!"

"Kenapa kau punya itu juga ---!?"

Teriak Kyouka-san karena malu.

Sagiri baru saja memperlihatkanku foto Kyouka-san saat rambutnya masih di twin tail. Aku melihatnya dengan seksama dan bergumam sesuatu.

".... Aku penasaran kalau hipnotis bisa bekerja padaku?"

"Kau tidak usah mengingatnya!"

"Tapi ketika bibi mengatakannya seperti itu, bahkan aku juga ingin tahu."

"Jangan coba untuk mengingatnya! Paham!?"

***

Biarku lanjutkan!

Ahok ahok...Pokoknya, aku akan meluangkan waktu untuk mengatakan apa yang biasanya tidak bisa aku katakan.

Tidak. Aku tidak perlu. Masamune sudah cukup tua untuk mengingat bagian selanjutnya, jadi dia tahu sepertiku.

Jika aku harus menambahkan sudut pandangku...maka aku...dibenci oleh Masamune.

Baginya, aku - Izumi Kyouka adalah orang asing yang -

Sering meneriaki ayahnya.

Sering berdebat dengan ibunya.

Itu saja sudah cukup baginya untuk menganggapku seperti orang jahat.

Aku sendiri pun tahu kalau aku tidak baik dalam menjelaskan suatu hal. Jadi aku berhenti menemuinya dan mencoba melindunginya dari tempat jauh.

Misalnya, aku diam-diam memberinya hadiah.

Atau terkadang, aku meminta kakakku untuk memperlihatkan fotonya, jadi aku bisa melihat perkembangannya.

"Wow...seperti seorang ayah yang kehilangan hak asuh anaknya saja."

"Sagiri! Jangan katakan itu!"

...............

"Lihat!? Kyouka sangat terpukul! Cepatlah pikirkan cara untuk menenangkannya kembali!"

"Eto...ayah kandungku tidak pernah memperdulikanku?"

"Kau menggunakan cerita depresi seperti itu?"

Masamune sedang berusaha menghiburku.

"Kyouka-san, maaf mengganggu. Tolong lanjutkan."

Kalian tidak bisa membayangkan situasinya saat itu meskipun kalian mencobanya. Bahkan akupun merasa sakit di dadaku ketika aku memikirkan hari-hari itu.

Shiho-san meninggal karena kecelakaan. Kediaman Izumi kehilangan pilar cahayanya.

Kakakku lah yang paling terpukul...dan melihatnya seperti itu, Masamune berusaha bersikap tegar dan bahkan tidak membiarkan dirinya untuk bersedih.

Dia berusaha untuk bersikap seperti Shiho-san dan mulai belajar memasak. Dia mengurus rumah. Supaya ayahnya tidak khawatir, dia jadi murid yang baik di sekolah dan berhenti bersikap layaknya anak kecil pada umumnya.

Bagiku...melihat dia seperti itu sangat menyakitiku.

Masamune membenciku, jadi aku tidak bisa menolongnya. Aku tidak bisa menggantikan ibunya. Dari sudut pandangnya, aku hanyalah seorang wanita tua yang menyeramkan dan tidak berguna yang hanya membuat orang marah. Itu membuat ia semakin membenciku.

***

Apa yang baru saja Kyouka-san katakan adalah masa-masa terkelam keluargaku. Aku telah mengalami semua itu secara langsung, tapi aku masih hampir menangis ketika dia membicarakannya.

Dengan lembut ia berkata:

"Setelah kau mulai menulis...terkadang, aku melihatmu tersenyum."

"...Iya." Aku mengangguk "Aku diselamatkan oleh novel...dan teman-teman yang novel bawakan padaku."

"...Begitu."

Ada waktu yang lama dimana disitu hanya ada aku dan ayahku tinggal di rumah ini. Aku sudah sedikit pulih, tapi inti masalahnya belum terpecahkan. Setiap hari, aku menunggu ayahku pulang dari kerjanya.

Ini...aku pikir ini bukanlah sesuatu yang bisa diterima Kyouka-san. Setelah kita menyelesaikan kesalahpahaman kita dan menjadi keluarga, aku jadi lebih mengerti Kyouka-san dari sebelumnya -

"Sebenarnya, aku sama sekali tidak merasa kesepian. Karena aku bercita-cita jadi penulis. Ketika aku menulis, aku tidak memikirkan hal yang lain...selain itu, aku pikir itu adalah masalah yang biasa di banyak keluarga hari ini, haha...."

***

Masamune tertawa, tapi aku tahu kadang-kadang dia menangis ketika ada di rumah sendiri.

Keluarga tanpa ibu - ini, memang, masalah yang biasa di banyak keluarga.

Beberapa orang mungkin berkata "terus apa?"

Ada banyak anak yang sepertinya di dunia ini: banyak yang keadaannya jauh lebih buruk darinya. Apakah aneh merasa kesepian? Apakah aneh merasa malu? Apakah itu masalah yang besar?

Jangan katakan itu. Jika anggota keluarga meninggal, bahkan orang dewasa akan menangis. Tidak ada satupun yang dapat sepenuhnya menahan perasaan mereka, apalagi anak-anak.

Ketika seorang ibu meninggal, itu masalah yang sangat serius. Bagiku, itu jauh lebih penting daripada hal lain di dunia ini.

Karena keponakan tersayang ku kesepian.

Aku tahu itu. Tapi aku tidak punya cara untuk memecahkan masalahnya.

- Anak ini tidak mau seseorang sepertiku untuk jadi ibunya.

Aku hanya bisa merasakan tingkat frustasi dan kekhawatiranku meningkat setiap harinya.

"Itu ketika...Nii-san...memperkenalkanku pada kakak iparku."



"Senang bertemu denganmu, Imouto-san! Eto.... aku seorang ilustrator! Penname ku Eromanga, mohon bantuannya!"



".... Apa itu...ibuku?"

"Iya." Aku mengangguk menjawab pertanyaan Sagiri.

Kebetulan, aku bertemu kakakku saat ia sedang bersama dengan wanita lain - itulah pertemuan pertama kita.

"Dia sangat cantik, tapi aku rasa dia agak lucu. Penampilannya beda, tapi aku bisa bilang kalau dia sama seperti Shiho-san."

Perasaan yang familiar.

Cara bicara yang menunjukkan betapa cerdasnya dia.

Seseorang yang dapat memperkenalkan diri dengan lantang sebagai Eromanga.

Semua itu hampir membuatku jatuh menangis. Mereka orang yang berbeda, tapi...

"Um...aku bisa mengerti itu. Karena aku juga punya perasaan yang sama."

"Kau juga, Masamune?"

Itu artinya dia adalah kebalikannya dariku. Perempuan yang paling aku benci.

Yang juga berarti dia adalah tipe perempuan yang kakakku sukai.

"Pada saat itu, aku pikir mungkin dia adalah pacarnya kakakku.... tapi ternyata, mereka hanya rekan kerja."

".... Ayah...dulunya bekerja dengan ibuku?"

Masamune menjawab:

"Aku ingat pekerjaan ibu juga termasuk menggambar ilustasi untuk game."

"Iya. Tapi ibu tidak menggunakan penname nya Eromanga-sensei saat bekerja."

"Maka mungkin itu benar, karena ayahku bekerja di perusahaan penerbit."

"Aku tidak tahu...mungkin itu benar?"

"Iya. Walaupun ayah tepatnya tidak bekerja di bagian light novel, dari sudut pandang tertentu, apa yang sedang aku kerjakan mirip dengan pekerjaan ayahku."

Masamune terlihat bersenang-senang. Senyumannya persis seperti ayahnya.



Suatu hari di masa lalu...

"Nii-san.... kau menyukainya?"

Saat aku menanyakan Kotetsu-nii-san pertanyaan itu, dia menunjukkan ekspresi malu yang sama seperti Masamune.

"E? A, apa yang kau bicarakan?"

"Kau menyukainya, iya kan? Hm, aku tahu...dia tipemu."

"Aku tidak menembaknya dan kita tidak berpacaran. Itu hanya situasi kita sangat mirip."

Anak muda. Tidak mempunyai pasangan. Mendengar ia mengatakan itu, aku setuju. Mereka memang punya beberapa kemiripan.

- Tapi dia cerai, jadi dia bukanlah seseorang yang cocok untuk jadi ibunya Masamune.

Hal pertama yang kutahu tentang dirinya, dan aku sudah memberinya cap buruk.



"Kyouka-chan! Ayo nonton film minggu depan!"



Tapi entah kenapa, setelah itu dia mulai mengajakku main.

Hari itu, ketika dia mengajakku menonton film - itulah ketiga kalinya kita "kebetulan" bertemu. Kita mengobrol panjang satu sama lain.

Ketika aku dengan sengaja menambahkan kata-kata seperti "parasit", "ATM", dan "otaku"... ke dalam percakapanku dengan seorang wanita yang mungkin tertarik dengan kakak dudaku, tiba-tiba ia mengajakku.

"E...Eh? Kau bicara apa tiba-tiba?"

"Sebenarnya, aku tidak punya teman perempuan."

"Terus?"

"Ayo nonton film bersama! Filmnya sangat bagus, jadi kau pasti sudah mendengarnya! Itu film anime baru yang sangat populer! Denger-denger filmnya sangat mengharukan!"

"Aku tidak ingat jadi temanmu."

"Oke oke, tidak masalah."

"Jadi ini rencanamu huh, 「serangan kejutan 」? Hm, tidak berguna untuk merayuku. Aku tidak akan membiarkan kakakku menginjak ranjau yang terang-terangan seperti itu."

"Oke oke, itu tidak seperti yang kau pikirkan! Aku hanya berpikir kalau Kyouka itu punya bakat! Aku hanya perlu mengajarimu sedikit; lalu kau bisa jadi rekan sempurnaku untuk mengunjungi toko Anime."

"Aku tidak pergi ke tempat seperti itu."

Pada akhirnya - dia memaksaku untuk menemaninya.

Tapi itu tidak membuatku jadi menyukai hal-hal yang berbau otaku. Kalaupun ada, hal-hal itu bahkan tambah membuatku jijik.

"Aku memang suka Kotetsu-san...tapi aku tidak ingin berpacaran dengannya."

"...Eh?" Aku berhenti "Apa...maksudmu...itu?"

Bukannya kau itu mengincar kakakku?

Kalau tidak, kenapa kau repot-repot datang padaku?

"Karena kita masing-masing sudah punya anak, dan aku juga sudah pernah menikah sekali..."

"Jadi kau menyukainya, tapi kau ingin menyerah?"

"Ini lebih seperti aku berusaha untuk menahan diriku dari menyukainya."

"Apa kau pikir dengan memberitahuku ini, kau akan membuatku mengatakan rahasia padamu atau apa?"

"Tidak."

Aku jutek padanya, tapi dia hanya menertawakannya. Aku pun menatapnya:

"Pertama-tama, aku membencimu."

"Um, aku tahu."

"Jadi apa yang kau tertawakan?"

"Pertama-tama, aku menyukaimu."

"Kau...kau -"

Dari segi ini, dia sangat berbeda denganku.

Mungkin jika dia jadi ibunya, Masamune tidak akan kesepian lagi.

Itulah yang kupikirkan.

***

Mendengarku mengatakan itu, Sagiri tiba-tiba menyela:

"Kyouka...apa bibi...temannya...ibu?"

"Bukan." Aku menggelengkan kepalaku. "Aku membencinya. Dia terlalu dekat dengan kakakku."

"...Begitu."

"Ada sesuatu yang ingin kukatakan pada kalian berdua.."

Akhirnya - aku akan memberitahu mereka sesuatu yang aku sendiri bersumpah tidak akan pernah mengungkapkannya.

Mungkin mereka merasakannya juga. Baik Masamune maupun Sagiri menjadi tegang.

"Ada sesuatu yang aku sembunyikan dari kalian berdua."

"......"

Kakakku dan kakak iparku sangatlah mirip bahkan sebelum mereka menikah.

Aku mendengar sesuatu yang mirip dari mereka berdua: Bahwa mereka berdua saling tertarik satu sama lain, tapi tidak ada yang mau mendorongnya lebih jauh.

Akulah satu-satunya yang tahu.

- Aku tidak ingin memberikan kakakku yang kubenci pada siapapun.

Cinta pertamaku, yang telah kandas sudah lama sekali, sekarang membara kembali.

Ketika dia ada sendiri di rumah, Masamune diam-diam menangis. Selama masa-masa itu, aku sangat kesulitan. Aku terus bertanya pada diri sendiri banyak sekali pertanyaan. Seumur hidupku sampai sekarang hanyalah sebuah serangkaian kejadian dimana usahaku tidak terbayarkan dan tidak ada yang berbuah baik.

Tapi kali ini, aku tidak boleh gagal.

Dengan senyuman, aku menyembunyikan perasaanku dan berkata padanya:

"- Nii-san, pernah kepikiran untuk menikah lagi?"

Aku mengatakannya dengan rasa sakit di hatiku. Tapi itu juga merupakan dorongan yang dibutuhkan bagi mereka berdua.

" - Terima kasih, Kyouka."

" - Ini berkat kamu kita bisa menikah."

Setahun kemudian. Selama bulan madu mereka, kakakku dan kakak iparku meninggal.

***

"Aku membunuh orangtua kalian."

Kyouka-san mengulanginya lagi.

"..........."

"..........."

Baik Sagiri maupun aku diam membeku, tidak bisa mengucapkan apapun. Apa yang dia katakan memukul kita seperti sebuah palu besar.

"Itula kenapa aku mengurus kalian berdua."

".........."

Ternyata dia. Kyouka-san lah yang diam-diam membuat orangtua kita menikah lagi.

Bagaimana...mungkin? Aku selalu mengira Kyouka-san tidak menyukai ibuku, tapi bukan seperti itu?

Dan... kalau itu bukan dirinya...maka orangtua kita tidak akan menikah, tidak akan pergi bulan madu...dan tidak akan meninggal.

Itulah kenapa dia bertanggungjawab dengan mengurus kita?

Itulah kenapa dia tidak bisa memberitahu kita tentang ini?

- AKU TIDAK BISA BILANG.

- ALASANNYA?

- KARENA ITU AKAN MENYAKITIKU.

...Begitukah?

...Aku mengerti.

"Aku adalah kutukan." Dia bilang "Setiap kali aku mencoba sesuatu, itu berakhir buruk. Seseorang sepertiku tidak bisa merestui kalian.... untuk pernikahan kalian."

Ucapnya tanpa merubah ekspresinya. Aku tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan.

"Kalian berdua mungkin tidak ingin melihatku lagi...Jangan khawatir, aku tidak akan datang lagi. Meskipun aku akan terus memainkan peran sebagai 「 wali 」."

Dengan bunyi klik, pintu depan tertutup.

Kyouka-san meninggalkan kita.

“……….”

“……….”

Baik aku maupun Sagiri tidak bisa mengucapkan apapun. Betapa sulitnya bagi kami mendengar itu.

Aku tahu kalau aku harus memikirkan cara untuk memecahkan ini...tapi aku tidak bisa bergerak. Tidak satu otot pun.

***

Aku memalingkan badan terhadap Masamune dan pergi meninggalkan rumah.

Pintu kediaman Izumi tertutup di belakangku. Aku terus berjalan.

Hatiku penuh dengan rasa malu dan penyesalan... tapi semoga mereka tidak menyadarinya.

Hanya pada saat itu aku merasa beruntung atas penampilanku yang dingin dan tanpa emosi.

Mungkin aku harus melakukannya...dari awal?

Mungkin aku harus memberitahu mereka yang sebenarnya lebih awal dan membiarkan mereka membenciku?

Tidak...dulu, mereka berdua baru saja kehilangan orangtua dan tidak akan bisa menerimanya. Hanya aku yang bisa menjadi wali mereka dan mengurus mereka pada saat itu.

Itulah kenapa...Tidak. Bukan itu. Aku tidak bohong, tapi juga bukan yang sebenarnya.

Alasan terbesar aku menyembunyikannya karena aku tidak ingin anak-anak membenciku.

Aku membenci sekaligus menyukai mereka. Akulah alasan mereka berada di situasi ini, namun aku ingin menolong mereka. Bukan hanya itu, aku berharap aku bisa jadi lebih dekat dengan mereka.

"...Aku yang terburuk."

Dipikir-pikir, aku sangat membenci diriku sendiri.

Kenapa aku tidak terus menyembunyikannya?

Aku tidak cukup keras menahannya dan terpaksa memberitahu mereka - sekarang, semuanya sudah hilang. Waktu yang sangat kritis, namun aku membuatnya lebih sulit bagi mereka berdua.

Aku selalu membuat pilihan yang salah. Tidak ada hal yang pernah terjadi sesuai keinginanku.

Jadi lebih baik jika aku menjauh dari orang yang ku sayang. Menjauh sebisa mungkin.

Sekarang, aku tidak akan membuat kesalahan yang sama lagi. Aku akan kembali ke hubungan kita yang sebelumnya, hubungan bukan keluarga.

Aku membuat kesalahan, tapi aku harus tidak membiarkan kesalahan itu mempengaruhi anak-anak.

"........"

Mereka memanggilku Kyouka-san, Kyouka.

Mereka meminta sesuatu yang penting padaku.

Tinggal bersama.

Perasaaan telah membantu mereka.

- Itu singkat, tapi itu mimpi yang indah.

Sudah cukup.

Langkahku semakin cepat. Perlahan-lahan aku semakin jauh.

"Selamat tinggal."

Gumamku dan hendak melangkah lagi -

"Kyouka, tunggu!"

Suara yang tidak ku duga mendadak muncul di belakangku. Seseorang...memegang tanganku.

"A..."

Aku berbalik dan melihat orang yang sedang mencoba menghentikanku... itu Sagiri.

[OLI Fan Translation] Eromanga-sensei Volume 9


Aku pikir aku sedang mimpi.

"Sa, Sagiri?! Kau bisa...keluar?"

“…Ha…ha….ha….”

Aku hanya berjarak sepuluh meter dari pintu, seharusnya itu tidak mungkin baginya.

Sagiri telah menjadi hikikomori selama dua tahun dan mulai keluar dari kamar belakangan ini. Tapi sekarang, dia berdiri "diluar", melihatku.

Dia tidak memakai sepatu: kakinya telanjang. Nafasnya tidak teratur. Dia berkeringat, wajahnya pucat...Tapi tangannya menggenggam erat.

"Ha ha... Ha ha... Kyouka... Ahok ahok!"

Dia mulai batuk, tidak bisa mengucapkan apapun. Tapi, di tengah-tengah kekacauan, aku mendengar sesuatu.

"Tolong jangan tinggalkan kami!!"

"------"

"Bodoh! Kenapa....! Memutuskan semuanya sendiri...! Aku..."

Sagiri meneriakkan sesuatu, tapi aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Aku harus tidak berharap lebih; aku pasti salah mendengarnya.

"Sagiri!"

Masamune juga berlari ke arah kita. Dia hanya butuh waktu beberapa detik, tapi rasanya seperti berjam-jam bagiku.

"Kau baik-baik saja!?"

“…Kah…ha…ha…”

Sagiri berbalik ke arah kakaknya.

"Aku ...baik-baik saja...jadi..tolong."

"..."

Masamune mengangguk, seperti sudah mengerti. Dia berbalik padaku.

"Kyouka-san."

"...Iya?"

Selama sepersekian detik, penampilannya berubah menjadi seseorang tertentu.

"Langsung pergi setelah menceritakan ceritamu itu curang. Tolong setidaknya dengarkan pendapat kami juga."

"...! Kau.... benar."

Mereka berdua punya hak untuk menyalahkanku. Tidak peduli besarnya mereka membenciku, aku punya kewajiban untuk mendengarkan. Sebelum aku pergi, aku harus menerima itu semua.

"Aku mengerti. Silahkan. Katakan."

Aku menghela nafas. Dengan hati-hati ia berkata:

"E...Sebenarnya.... apa yang mau aku katakan - awalnya, aku sangat terkejut. Karena hubunganmu dengan ibuku benar-benar berbeda dari apa yang aku bayangkan. Dan aku tidak mengira bisa mendengar kalau bibi lah yang menyuruh mereka berdua menikah."

Benar-benar berbeda dari apa yang aku bayangkan - itulah apa yang ia katakan.

"Apa kau pikir aku menentangnya?"

"Aku berpikir seperti itu. Tapi setelah mendengar ceritamu, aku mengerti sekarang - Kyouka-san, bibi pikir itu tanggungjawabmu, jadi bibi mengurus kami."

"Tidak juga. Itu bukan hanya perasaan tanggungjawab atau rasa maluku... Sebagian dari diriku mengira kalau aku mengurus kalian, kalau aku...bisa membantu kalian... maka aku bisa menjadi keluarga kalian, dan tinggal bersama kalian."

Aku memberitahu mereka rahasiaku yang memalukan. Aku pikir kalau aku seharusnya mengatakannya.

"Namun, saat itu, Kyouka-san belum mau jadi keluarga kita, bukan?"

"Itu lebih dekat ke 「 Aku ingin lebih mengenal kalian berdua 」."

"......."

Masamune tidak mengatakan apapun. Mungkin dia terkejut.

Dia kembali ke topik utama:

"Aku mengerti bagian mengenai 「 alasan bibi mengurus kami 」. Tapi aku tidak bisa menerima alasanmu mengenai 「 kenapa bibi tidak bisa merestui kami 」. Itu, dan bukti bibi menyalahkan diri terhadap kematian orangtuaku."

"Sudah ku bilang -"

"Aku tidak bilang kalau itu bukan salah bibi." Dia menyelaku "Aku dan Sagiri setuju itu ...kita memang sedikit menyalahkanmu. Kalau bukan karena bibi, mungkin ayahku akan masih tetap hidup."

"...Iya."

Tepat mengenai hatiku. Tapi dia melanjutkan -

"Ayahku lah yang memutuskan tanggal untuk bulan madu nya... tapi itu karena kita ingin ayah memilih hari itu. Saat itu, kita akan ditinggal selama seminggu."

"...Apa yang ingin coba kau katakan?"

"Aku juga harus disalahkan. Aku...pikir Sagiri juga merasakan yang sama...dia pasti merasa telah membunuh orangtua kita. Sama sepertimu, Kyouka-san."

"Apa...!? Bagaimana bisa?"

"Memang begitu." Dia tersenyum padaku "Begitulah perasaan kita."

"~~~~~~~~~~~~~"

Wajahku tiba-tiba merasa panas. Aku menggertakan gigiku dan berusaha menahannya.

Bahkan Masamune terlihat malu.

"Dan juga...ada sesuatu hal yang baru saja aku sadari. Tanpa Kyouka-san, aku tidak akan bertemu Sagiri."

"Iya! Iya!"

Sagiri (sekarat) setuju. Dia bernafas perlahan, dan berkata:

"Kyouka membawakan kita keajaiban. Kyouka membawakan kita apa yang paling kita sukai, apa yang membantu kita melupakan hal yang paling kita benci. Kyouka selalu...selalu khawatir pada kami."

"Baik Sagiri dan aku berterima kasih."

"Um...Kyouka adalah... ibu lain... favoritku."

"Oh...oh..."

Aku mulai meneteskan air mata. Mataku tidak bisa melihat mereka dengan jelas lagi.

"Jadi...jadi..."

"Mulai sekarang, tolong tetap tinggal bersama kami."

Pemandangan pernikahan kakakku. Senyuman kakakku. Semua itu muncul kembali di hadapanku.

"...Ka...kalian berdua...sungguh.... aku...."

Daftar aib terbesar Izumi Kyouka...bertambah satu hari itu.