[OLI Fan Translation] Eromanga-sensei Volume 9


Sudah beberapa hari berlalu semenjak aku mulai berpacaran dengan Sagiri. Ada banyak perubahan yang terjadi di kediaman Izumi.

Pertama, Elf dan Muramasa-senpai pindah kembali ke tempat Elf dan tidak lagi tinggal bersama kita. Dan - anehnya - mereka belum pernah datang kesini lagi sejak saat itu.

Karena kita telah tinggal bersama untuk sementara waktu, aku merasa sedikit kesepian.

Dan juga, tentang mereka dimana tidak lagi ikut campur masalah kita sekarang, Sagiri berkata:

"...Mencurigakan."

Dia selalu tampak waspada, tapi aku pikir dia terlalu memikirkannya.

Elf bilang kalau deadline naskahnya sudah dekat, dan senpai mungkin sibuk dengan pekerjaannya juga. Karena mereka berdua telah banyak membantuku, aku harus membalas mereka dengan benar.

Itulah yang kupikir.

Perubahan yang lainnya adalah tentang Kyouka-san.

Setelah aku mulai berpacaran dengan Sagiri, aku ingin memberitahunya secepat mungkin, tapi -

"Maaf, Masamune. Aku tidak akan ada di rumah untuk beberapa hari -"

Tapi dia mengirim pesan itu sebelum aku dapat memberitahunya. Alasannya adalah "yang berhubungan dengan pekerjaan". Apa yang sebenarnya dia kerjakan? Dia tidak pernah memberitahuku.

Pokoknya, untuk sekarang, kita tidak bisa memberitahunya.

Dengan kata lain, saat ini, hanya ada kita dan Makina-san di rumah. Seperti itulah situasi kita.



Tapi, suatu hari, ketika jam ruang tamu menunjukkan waktu pukul dua siang...

“Masamune-san Masamune-san Masamune-san Masamune-san!!”

Makina-san meneriakkan namaku dan berlari ke dalam rumah.

Izinkan aku memperkenalkannya sekali lagi.

Aoi Makina - dia adalah penulis skenario yang bekerja pada proyek anime Sekaimo kita.

Semenjak ia memakan banyak masakan Elf yang lezat, akhir-akhir ini dia menjadi semakin berkembang. Maksudku bukan kepribadiannya, tentu saja.

"Masamune-san! Sesuatu yang buruk terjadi!"

Setiap kali aku melihat dada besarnya, aku merasakan sesuatu yang membara di dadaku - aku memiliki hasrat ingin memegang tubuhnya.

"Makina-san? Ada apa? Aku belum melihatmu dari pagi -"

Aku mengambil sapu tangan dan berjalan padanya.

"Tebakanku adalah kau memakai timbangan dan sadar akan kenyataan yang mengerikan, huh?"

"Benar benar, berat badanku naik - tidak tunggu! Sudah kubilang tidak boleh membicarakan berat badan perempuan!"

"Kalau boleh jujur, aku sungguh berharap tubuh dan kekuatanmu tidak terpengaruh negatif karena tinggal disini, jadi bisakah kau diet?"

"Kau sungguh blak-blakan...! Kalian berdua sangat kejam padaku!"

Dia menangis. Kelihatannya dia sangat terpukul.

Sebenarnya, meski dia bisa disebut "berkembang", dia tidak gemuk.

Aku menariknya kembali ke topik semula sambil mengabaikan protesnya.

"Jadi, kalau begitu, ada hal buruk apa?"

"Anime musim semi! Anime musim semi!"

Sekarang masih musim panas, tapi Makina-san mengatakan sesuatu yang tidak terduga.

"Musim semi... itu ketika Sekaimo disiarkan."

"Iya! Aku sudah bilang padamu kalau ada anime yang ingin aku kalahkan menggunakan Sekaimo!"

Memang.

"Tapi aku harap kau tidak merubah pekerjaan kita menjadi senjatamu untuk bertarung dengan musuhmu."

"Aku tolak! Bagiku, prioritas tertinggiku adalah melihat perempuan itu menangis frustasi."

Kau itu anak kecil apa?

...Namun, itu bukan masalah.

Percakapan itu cuma bercanda lagipula. Aku sudah tahu tujuan Makina-san semenjak aku datang ke apartemennya.

"Aku tidak terlalu peduli, selama kau melakukan yang terbaik untuk proyek besar kita."

"Aku akan melakukannya meskipun kau tidak mengatakannya!"

Dia mengangkat kepalannya, penuh semangat.

Aku. Sagiri. Direktur. Makina-san. Dan anggota lainnya. Kita semua bekerja untuk membuat anime.

Masing-masing dari kita memiliki tujuan kita sendiri.

Ada yang ingin melihat adik perempuannya tersenyum. Ada yang ingin mengalahkan musuhnya.

Dan mungkin - ada yang hanya ingin mempunyai hasil yang bagus untuk dibanggakan.

Kita masing-masing punya mimpi dan harapan kita sendiri. Tapi kita semua ingin membuat anime yang menarik.

Karena hal itulah, meskipun kita semua menjalani kehidupan yang sangat berbeda, kita dapat menjadi rekan kerja yang terpercaya.

Meskipun tujuan kita masing-masing berbeda, tidak ada satupun dari itu yang penting.

Ayo kita semua membuat anime dengan tujuan apapun yang memberi kita motivasi paling besar.

Itulah yang kupikirkan.

"Dan terus ya!"

Makina-san melanjutkan:

"Hari ini, aku pergi melihatnya! Aku setengah melaporkan, tapi juga setengah memata-matainya."

"Terus?"

Elf, Muramasa-senpai dan aku pernah melakukan itu semua.

Makina-san membalas:

"Itu mengerikan!"

Terlalu singkat untuk dimengerti. Tetapi jika dia sangat gelisah...

"Maksudmu 「 itu terlihat bagus 」?"

"Iya! Jauh lebih bagus dari yang kukira! Kita mengobrol sambil makan, dan kemudian dia mulai menyombongkan animenya! Dia mengumpulkan anggota tim yang berbakat! Um, anime nya itu best seller punyanya Elf-chan...eto, namanya...ledakan sesuatu?"

"The Flame of the Dark Elf?"

"Iya! Yang itu! Dia membuat anime dari novel itu!"

"Yah - kelihatannya itu patut dinantikan."

Kemungkinan itu akan jadi anime yang menarik. Novel aslinya adalah seri komedi yang terkenal; sekarang novel itu juga mendapatkan grup berbakat yang akan membuatnya jadi anime. Mereka akan merubah imajinasi pembaca menjadi kenyataan.

"Sekarang aku tertarik. Aku akan membaca manga aslinya."

"Itu adalah musuh kita!"

Makina-san memukul karate kepalaku dengan gaya Edomondo *****. (note: Edomondo Honda adalah karakter dari street fighter)

"Aw! Apa yang kau lakukan?"

"Jangan puji kerjaan musuh kita!"

"Dia musuhmu, bukan musuhku."

Aku pernah mengatakan itu sebelumnya, tapi penulis yang lain bukanlah musuhku. Memang benar kita bersaing satu sama lain, tapi tujuan utamaku adalah "mimpiku". Aku tidak akan berkompetisi dengan yang lain.

Jika seseorang seperti Elf atau Muramasa-senpai menghalangi jalanku meraih mimpiku, maka aku akan menghadapi mereka.

Singkatnya, aku berharap "bahkan kerjaan rivalku akan sukses besar". Aku ingin baca cerita menarik yang lebih banyak lagi.

Pendapatku sangatlah bertolak belakang dengan pendapat Makina-san.

"Ah ~ sialan ~ dia terlihat sangat percaya diri sampai membuatku sangat jengkel ~~~!! Aku akan melakukan sesuatu pada direkturya! Kalau saja aku bisa menusuknya dari belakang.....!"

Rekan kerja terpercayaku memang sampah. Sangat menyedihkan.

Makina-san memancarkan aura hitam, dan menatapku:

"Skenarionya ditulis oleh penulis aslinya langsung, jadi itu sangat ~ menarik! Semua anggota mereka adalah profesional, yang membuatku sangat iri!"

Jika Makina-san saja bilang begitu, maka mereka pasti punya orang yang sangat berbakat mengerjakan anime itu. Tim pembuatan anime berbakat ditambah penulis aslinya yang menulis skenario. Aku mengerti. Musuh yang kuat.

"Dia bilang kalau semua skenarionya sudah selesai! Meskipun mereka rencananya akan tayang di musim semi!"

"Secepat itu?"

Aku tidak yakin itu bisa dihitung cepat atau lambat.

"Sangat ~~~~~~ cepat! Biasanya aku butuh sampai musim dingin untuk selesai menulis seluruh skenarionya."

"Dan kecepatan itu dianggap..."

"Normal! Kecepatannya normal! Jangan lihat aku dengan tatapan 「Itu karena kau bekerja terlalu lamban 」!"

Meskipun kau bilang musim dingin - apa itu artinya bulan November atau Februari? Ada perbedaan tiga bulan dalam kasus tersebut.

Aku sudah bisa menebak apa jawabannya...tapi aku tidak khawatir.

Karena...

"Jadi, Masamune-san, maaf, tapi aku tinggal di kantor mulai sekarang! Aku harus mengalahkannya sebagai penulis skenario profesional!"

Dia termotivasi sekarang.

Dia tidak bisa melakukannya sendiri - tidak peduli seberapa keras ia mencoba. Tapi itu tidak apa, karena dia tidak sendiri. Ada banyak rekan kerja yang akan membantunya membuat anime yang menarik.

"Tempat ini sangat nyaman. Aku memakan masakan enak setiap hari; kamarku dibersihkan setiap hari. Aku mempunyai orang yang peduli dengan kebutuhanku sehari-hari..."

Respon yang sangat seperti hikikomori.

Kemudian, dia memegang dadanya dan berkata dengan nada yang tidak biasa:

"Yang lebih penting, tempat ini memberiku banyak sekali momen-momen inspirasi. Aku telah mengambil setiap materi yang aku dapatkan dari kalian berdua. Hal yang harus aku lakukan sekarang hanyalah menggunakan materi itu dengan baik."

"Makina-san..."

"Eh, jangan bilang sesuatu seperti 「 sampai jumpa lagi 」. Aku akan merasa kesepian."

Makina-san berbalik dan hendak berjalan keluar ruangan. Aku memanggilnya:

"Aku melamar Sagiri."

“Eahhhhhhhhhhhhhhhhh!!?????”

Makina-san loncat terkejut: dia jelas tidak menduga bom itu. Sangat menyedihkan, dia mau keluar dengan keren.

"Hey, apa aku menakutimu?"

"Aku hampir mati! Apa-apaan itu? Tidak, serius, apa-apaan itu? Apa maksudmu, kau melamar Eromanga-sensei? Apa kalian akan menikah? Itu sangat berbeda dengan rencana yang aku dengar sebelumnya! Kasih, kasih tahu lebih banyak!"

Makina-san bersemangat mendengar berita ini; dia berlari padaku dan memegang kerah bajuku, menuntut jawaban.

"Bukankah kau tadi sudah mendapatkan semua materi yang kau butuhkan dari kita?"

"Jangan bercanda! Pernikahan antara kakak dan adik akan sangat menarik! Aku bahkan lebih bersemangat ketimbang rivalku mengejekku!"

Dia sepenuhnya lupa kalau dia ingin keluar sambil bergaya dan mendesakku untuk menjawab.

"A, aku akan menjawab pertanyaanmu, tolong lepaskan kerahku!"

Aku menghabiskan waktu 30 menit memberitahu Makina-san (yang bersemangat) tentang apa yang terjadi semenjak aku melamar Sagiri.

Jadi, ketika dia berangkat bekerja, dia mengucapkan ini sambil tersenyum:

"Aku tidak pernah mengira kalau ini akan menjadi hadiah perpisahanku...! Ini bukan hanya kemenanganku...sekarang aku akan memenangkan ini untuk kalian berdua juga!"

Kita ada di kapal yang sama, tapi tiap-tiap dari kita memiliki bagiannya masing-masing untuk dimainkan.

"Kalau begitu aku pergi dulu! Jika ada perkembangan terhadap cerita cintamu atau sesuatu yang menarik terjadi, pastikan memberitahukannya padaku!"

Sekarang bulan Agustus.

Tinggal delapan bulan tersisa sampai anime Sekaimo tayang.



Di dalam kamar terkunci, aku berbicara dengan Sagiri tentang bagaimana Kyouka-san dan Makina-san tidak akan disini dalam waktu dekat.

" - Jadi, mulai hari ini, hanya ada kita berdua."

"Begitu...jadi kita...sendirian."

Ucap Sagiri dari balik tudungnya. Bahkan ketika menghadapku, terkadang dia membuat ekspresi yang sulit dibaca. Matanya kesana-kemari, wajahnya memerah.

Dilihat dari sikapnya, aku pikir dia merasa sedikit kesepian dan - malu?

Oleh karena itu, aku memutuskan untuk menyingkirkan rasa kesepiannya dulu.

"Belakangan ini, disini jadi sangat ramai. Semuanya berkumpul, makan, dan berbincang-bincang. Terasa sepi jika mereka tiba-tiba tidak datang lagi."

"...Um."

Sagiri sedikit mengangguk. Aku mencoba untuk melanjutkannya dengan nada yang ceria:

"Namun, itu bukan masalah. Kita hanya kembali seperti semula. Kita sudah biasa tinggal bersama: hanya kita berdua."

"...Um...tapi."

Kali ini, dia menggelengkan kepalanya dari pada mengangguk.

"Tapi? Ada apa?"

"...Kita...tidak kembali seperti semula...ack...karena...kita...berpacaran..."

"..Ah."

Sekarang aku mengerti alasan Sagiri bersikap aneh.

Dia terlihat sangat berbeda. Bibirnya terlihat seperti sedang mengundangku!

"Ini pertama kalinya kita tinggal berdua...sejak kita jadi pasangan."

"-----"

Petir menyambar tubuhku. Aku dapat merasakan seluruh darahku mengalir ke kepalaku.

Dengan paksa aku menekan pikiran-pikiran abnormal itu, dan menjawab dengan nada yang normal:

"Iya. Memang."

"Um...kita harus apa."

"Apa -"

Kau bertanya padaku harus apa? Apa kau bertanya padaku harus apa? Kau ingin aku melakukan apa? Apa aku terlalu memikirkan hal ini?

"Apa...maksudmu?"

"Karena sekarang kita hanya berdua, ada lebih banyak hal yang bisa kita lakukan sekarang...."

"........."

Karena dia menyiratkannya sedikit ecchi, aku hanya dapat diam membeku dan tidak mengatakan apapun.

"...Jadi, aku ingin mencoba itu."

"..Dan 「 itu 」 apa?"

"...Latihan!"

Sagiri mengepalkan tangannya dan berkata dengan penuh keyakinan.

"...Latihan.... *Gulp*..."

Apa sebenarnya latihan yang ia maksud ketika kita sedang berduaan di kamar ini? Aku menelan ludah, menunggu jawabannya.

Dia bilang:

"Karena kita hanya ada berdua, aku...ingin coba...keluar dari kamar ini."

"Oh -"

"Mencoba menjalani hidup yang normal...untuk keluar..."

Pikiran kotorku menghilang.

"Jadi itu maksudmu ketika kau bilang 「 latihan 」."

"Um, karena tinggal delapan bulan tersisa sampai animenya tayang... aku ingin latihan...jadi..." Dia berhenti, "Dan kemudian, ketika mimpi kita jadi kenyataan, kita akan pergi bersama... keluar."

"...Ha ha..."

Ah, memang benar - hadiah terbaik.

Meskipun kencan online juga menyenangkan, hanya memikirkan bagaimana aku bisa pergi dengan Sagiri ke pemandian air panas, ke pantai, atau ke taman membuatku senang.

Membawa Sagiri keluar dari kamarnya dan menonton anime kita di ruang tamu. Itu mimpi kita. Apa yang Sagiri sarankan tadi akan terjadi setelah itu.

Sementara aku terfokus dalam meraih mimpi kita, Sagiri sudah mulai merencanakan masa depan lebih jauh.

"Kalau begitu biarku pikirkan suatu tempat dimana aku ingin menghabiskan waktu denganmu."

"Um! Pertama-tama, kita harus membuat anime yang sukses besar."

"Itu benar."

Kita ingin membuat anime yang menarik. Kita ingin menontonnya bersama. Kita ingin bisa tertawa tanpa khawatir. Kita ingin melupakan semua kemalangan kita.

Begitulah mimpi kita dimulai.

Kita melakukan yang terbaik dalam membuat anime demi tujuan itu.

Kita akan latihan demi itu.

Seperti itulah.

"Jadi...bagaimana seharusnya aku melakukannya?"

Sagiri bertanya lagi. Kali ini, aku tidak salah memahaminya.

"Coba kupikir...memintamu untuk 「 keluar 」 akan sulit...jadi bagaimana kalau kita mulai dengan 「 gaya hidup normal 」?"

"Um."

Mata Sagiri bersinar. Melihat betapa termotivasinya dia, aku mengangkat jari:

"Pertama, sini sini."

Aku membawa Sagiri ke ruang tamu. Hanya melihatnya berjalan perlahan menyusuri lorong, berjalan perlahan menuruni tangga, membuatku ingin menangis.

"..ah, kenapa kau lihat-lihat?"

Dia cemberut sambil malu. Aku berkata:

"...Ini hanya, aku sangat tersentuh. Melihatmu bisa keluar dari kamar, maksudnya."

"Eh? Tapi ini bukan kayak aku semacam hewan langka atau apa. Bukankah aku sudah datang kesini sekali di depanmu?"

"Tapi itu kalau ada kasus yang spesial. Saat kita tingal bersama, kau hanya keluar di kasus yang sangat spesial."

Dia tidak pernah berjalan-jalan di rumah sebanyak ini sebelumnya.

".... Kau bisa keluar dari kamar sekarang - itu bagus." Aku menghela nafas, perasaanku tak dapat dikendalikan.

Membuka pintu ruang tamu, Sagiri pun masuk.

".... Apa kau sesenang itu?"

Suara yang pintu itu buat ketika terbuka hampir membuatku tidak bisa mendengarnya.

Kita berdiri berhadapan di ruang tamu.

"Ayo mulai latihan 「 gaya hidup normal 」."

"Tentu!" kata Sagiri, penuh semangat. "Jadi apa yang harus aku lakukan?"

"Biarku lihat 「 gaya hidup normal 」mu sendiri terlebih dahulu. Kau bisa bersikap seolah-olah aku tidak ada disini."

"Tentu."

"Iya. Hanya bersikap secara biasa."

"...Apa itu cukup?" Sagiri berkedip-kedip.

Aku mengangguk.

"Iya. Aku tertarik melihat bagaimana kau bertingkah ketika aku tidak ada."

"..............Mesum."

"Eh?!"

Tunggu, apa aku bilang begitu?

"Saat aku tidak ada di rumah, kau melakukan sesuatu yang mesum?"

"Itu bukan maksudku!" bantah Sagiri sambil tersipu.

"Lalu apa maksudmu?"

Saat aku menanyakan itu, dia menunduk.

"...Jika kau ada di luar...aku akan mandi."

"Oh - begitu..Kau mandi kah..."

"Kau, apa kau memikirkan sesuatu yang aneh?"

"Enggak enggak enggak, aku enggak!"

Jangan persulit ini untukku! Tentu saja aku akan memikirkan sesuatu yang aneh.

Aku batuk dan berusaha merubah topiknya:

"Aku tidak perlu melihatmu mandi. Tapi apa yang biasanya kau lakukan setelah mandi?"

"Un ~"

Sagiri memegang dagunya, berpikir keras. Mungkin dia tidak dapat kepikiran apapun, jadinya dia duduk di sofa.

Kemudian, setelah beberapa saat, dia melihatku:

"Eto...bersih-bersih, mungkin?"

"Um ~ iyaa, kadang-kadang kau juga membantuku membersihkan rumah."

Aku sangat terkejut melihat rumah jadi bersih ketika aku tidak ada rumah. Ada waktu dimana ketika aku khawatir saat aku melihat sesuatu yang tidak ada di tempat sebelumnya aku taruh.

"Tapi setelah tinggal bersama Elf-chan...aku sadar sesuatu." Sagiri bilang "Apa yang aku lakukan sebelumnya...tidak ada artinya. Hal-hal seperti itu...sama sekali tidak bisa membantu Masamune."

Yahh...dia benar. Mau dia bersih-bersih atau tidak, aku masih harus membersihkan rumah setiap minggu, jadi kerjaanku kurang lebih tetap sama.

"Tapi aku merasa senang. Aku punya perasaan seperti - Ah; itu bagus kalau Sagiri membantuku melakukan pekerjaan rumah hari ini."

"...Aku pikir itu hubungan antara anak sama walinya...bukan setara."

Dia menatap mataku.

"...Mulai hari ini, ayo bagi dua pekerjaan rumah kita berdua."

Sama seperti ketika Elf-chan ada disini. Setara. Itu apa yang dia maksud.

Aku mengangguk

"Baiklah - aku akan menyerahkannya padamu."

"Aku harap kau bisa menunjukkanku caranya membersihkan dengan benar."

"Tentu saja. Namun, aku sudah selesai bersih-bersih hari ini, jadi ayo coba lagi besok. Kita bisa bersih-bersih bersama."

"Dan...kalau bisa...ajari aku memasak."

"Memasak? Kau ingin memasak?"

"Aku ingin...memasak untuk pacarku."

Jawabnya sambil melirik-lirik padaku. Jawabannya membuat hatiku berdebar.

"...Gak boleh?"

"Tentu saja boleh. Aku akan mengajarimu semua yang aku tahu."

"Mengagumkan!"

Dia mengepalkan tangannya, dan membuat pose kemenangan.

"Sebenarnya...aku ingin latihan sembunyi-sembunyi...lalu mengejutkan Masamune..."

Tapi hanya aku satu-satunya yang bisa bersama dengannya ketika dia keluar dari kamar. Jadi dia tidak bisa bertanya pada Muramasa-senpai atau Elf.

"Ini sudah cukup bagus untukku. Aku beruntung kau memutuskan untuk bertanya padaku. Karena memasak bersama akan sangat menyenangkan."

"Be...gitukah?"

"Iya. Tentu saja."

Begitulah, kita memutuskan untuk memulai pelajaran memasak sambil membuat makan malam.

"Sesi latihan gaya hidup normal" - dimulai satu per satu.

"Setelah membersihkan kamar mandi...apa selanjutnya?"

Tanyaku. Sagiri berkata, sedikit percaya diri.

"Olahraga."

"Olahraga?"

Itu...mengejutkan.

"Dengan olahraga...maksudmu...seperti, aktivitas fisik?"

"Tentu saja...Kenapa kau terkejut?"

"Karena kamu Sagiri. Aku tidak yakin kau dan aktivitas fisik bisa jadi teman."

"...Tidak sopan" dia cemberut. "Kau...sungguh sama sekali tidak mengerti hikikomori."

Dia menatap tajam, dan berkata:

"Olahraga diperlukan supaya untuk memastikan aku bisa terus menjadi hikikomori selama mungkin."

"Oh?"

"Karena aku menghabiskan seluruh waktuku di dalam rumah, jika aku tidak olahraga tubuhku akan melemah seiring berjalannya waktu."

"Siapa yang tahu? Aku bukan hikikomori."

"Itu akal sehat buat hikikomori. Ingat itu."

Siapa yang butuh akal sehat semacam itu?

"Bukan hanya hikikomori, bahkan ilustrator juga sama! Semua orang yang bekerja di rumah punya masalah ini. Jika kau tidak olahraga, cepat atau lambat kau akan sakit."

"Sakit?"

"Kaya diabetes, encok..."

"Jadi, penyakit orang dewasa?"

Kau udah tua apa?

"Tapi...hal-hal seperti itu...bukankah sediki terlalu awal buat Sagiri untuk mengkhawatirkann itu?"

Aku tidak mau harus mengkhawatirkan hal itu!

Sagiri memberiku tatapan penuh makna:

"Selain itu, jika kau tidak latihan.... *bisik bisik*"

Aku tidak mendengarnya begitu jelas, tapi aku bisa menebak apa yang dia ucapkan. Itu...pasti alasan sebenarnya ia latihan.

Aku berkata dengan hati-hati:

"Aku mengerti. Jika kau tidak latihan, kau akan jadi orang itu."

"Iya. Kau akan jadi Makina."

Mungkin tidak sopan mengatakannya, tapi maksudnya dia "akan jadi gemuk". Dan, karena akhir-akhir ini Makina-san sangat kasar pada kami, aku tidak mengatakan apapun.

"Sekarang kau mengatakannya, aku pikir tahun kemarin, saat musim gugur, kau juga jadi gemuk."

"Ah!"

Wajahnya berekspresi "orang ini masih ingat", tapi dia berpura-pura tidak tahu apa yang aku bicarakan.

"A, aku tidak apa yang kau bicarakan."

"Kau lupa? Karena kau memakan terlalu banyak makanan ringan buatan Elf, kau jadi gemuk."

"Wah wah wah!"

Teriaknya, berusaha mengakhiri topik ini. Tapi hanya ada aku disini, jadi taktik itu tidak akan bekerja.

Melihat rencananya gagal, Sagiri pun marah.

"Jadi kenapa kalau gitu! Itulah kenapa aku memutuskan untuk olahraga."

"Baiklah baiklah, lagipula ini hal yang bagus - oke, sekarang, ayo latihan."

Aku berdiri dan bersiap-siap.

"Eh? Disini, sekarang?"

"Aku tadi bilang - 「 coba hidup secara normal di depanku 」 - bukan? Selain itu, aku juga ingin olahraga."

"Um ~ jadi memang benar Masamune tidak cukup olahraga."

"Iya."

Terlalu dini untuk mengkhawatirkan penyakit-penyakit itu, tapi latihan bukanlah hal yang buruk. Supaya bisa menulis novel yang bagus, dibutuhkan tubuh yang sehat.

Sagiri memikirkannya sebentar sebelum setuju denganku. Dengan suara penuh kebanggan seperti Elf, dia berkata:

"Dimengerti! Izumi Masamune! Selamat datang di tempat pelatihanku!"

"Baik! Mohon bantuannya! Kapten Eromanga!"

"Aku tidak tahu siapapun dengan nama itu!"

Dan begitulah -

Kamp pelatihan Eromanga-sensei pun dimulai.

"BGM - start!"

Musik dinyalakan. Sagiri berdiri di depanku di ruang tamu. Dia melepaskan hoodienya dan mengenakan baju T-shirt.

"Selamat datang di kamp pelatihanku! Hari ini kita akan melakukan latihan yang berat dan intens!"

"Baik pak!"

Kelihatannya ini akan menjadi sesi gabung latihan.

Meski terlihat jelas dia meniru gerakan dari suatu film, Kapten Eromanga sangat imut. Jujur saja, kalau dia menjual kaset Blu-ray yang isinya latihan olahraga ini dengan harga ¥50.000 (~ 6.4jt), aku akan membelinya dengan senang hati.

"Apa kau siap!?"

"Siap pak!"

Aku menghentakkan kakiku dan menjawabnya.

"Seharusnya kita menggunakan tali untuk pemanasan, tapi seorang hikikomori tidak mungkin bisa menggunakannya, jadi kita akan melewati bagian itu."

"Baik pak!"

...Bukankah barusan kau bilang kalau ini akan jadi program spesial yang sulit beberapa saat lalu?

Latihan terus berlanjut tanpa jawaban atas pertanyaanku.

"Angkat kedua tanganmu ke atas bahu! Tepuk tanganmu secara bersamaan!"

"Baik pak!"

"Ugh...sungguh latihan yang sangat berat! Tapi jangan menyerah!"

Aku tidak mengatakan padanya kalau ini sama sekali tidak berat. Jika ini sebuah film, maka kita baru saja mulai pemanasan.

"Bagus! Teruskan...hah...fiuh...."

"Pak! Anda baik-baik saja?"

"Ah...hah.... fiuh...!"

Kapten, anda lelah terlalu cepat!

Tiba-tiba gerakan Kapten Eromanga melambat. Kemudian, akhirnya dia berhenti, terengah-engah. Mengangkat tangan, dia berkata.

"Berhenti. Istirahat sepuluh menit...!"

"Kau hanya bisa bertahan selama satu menit?"

Mau dilihat dari manapun ini terlihat sangat buruk.

"Ha ha...Tidak mungkin.... aku sudah tahu, masih terlalu dini untuk latihan yang intens..."

Sagiri jatuh ke lantai. Sekarang aku mengerti. Jadi itu definisi-nya "latihan yang intens".

"Ha ~ ha~ Aku akan mati ~ aku sekarat...minta minum sport drink..."

Aku pikir itu sebanding dengan energi yang kau habiskan di "latihan" tadi, satu sport drink bahkan mengandung lebih banyak kalori.

"Ini."

Aku memberikan handuk dan sekaleng sport drink padanya.

"Bagaimana kalau kita melakukan latihan yang normal saja?"

"Iya, begitu saja."

Dengan demikian, kita menyerah melakukan kamp pelatihan dan kembali ke "latihan normal Sagiri".

Bahkan aku juga tidak mempercayainya, tapi Sagiri berhasil melakukan satu push up. Sangat mengagumkan.



Setelah itu, kami bergiliran pergi mandi sebelum kembali ke kamar Sagiri.

Karena kita sedang berlatih "gaya hidup yang normal" - setelah olahraga kita bekerja di kamar.

Yup, memang benar. Lagipula itu Sagiri.

Hari ini, aku membawa notebook ku ke kamar terkunci dan bekerja disana. Ngomong-ngomong, aku sedang memperbaiki naskah anime, membuat perubahan pada volume 6, dan men-supervisi game...

Diantara kalian mungkin ada yang bertanya: bukankah aku sudah menyelesaikan semuanya? Tapi hal-hal itu tidak akan tuntas hanya karena aku mengerjakannya sekaligus. Itu pasti akan terus berdatangan lebih banyak lagi.

Menulis naskah => Memperbaikinya => Merubahnya => Menulis lagi yang baru dari awal. Begitulah biasanya.

Bukan berarti aku bisa malas-malasan karena aku punya pacar. Atau juga bisa teralihkan karena melihat pacarku mengenakan baju piyama setelah mandi.

"Kau sedang apa, Sagiri?"

"Aku sedang men-supervisi desain karakter anime hari ini."

"Ok ~"

Sementara aku, Izumi Masamune seorang penulis original Sekaimo, yang mengurus desain karakternya adalah Eromanga-sensei.

Dari awal juga, beginilah kita bekerja: Izumi Masamune menulis novel. Kemudian, dia memberikan nasakahnya, dan deskripsi awal karakternya, pada Eromanga-sensei, jadi dia bisa membuat sketsa pertama karakternya.

Setelah itu, penulis, editor dan ilustrator mengadakan rapat untuk menyelesaikan desain karakternya. Kemudian Masamune akan memperbaiki deskripsi karakternya di novel original.

Yang diatas itu adalah bagaimana karakter "dirancang". Dan sekarang, Eromanga-sensei sedang men-supervisi "desain karakter anime" berdasarkan "desain karakter novel original".

Dari belakang, Aku melihat Sagiri.

"Barusan direktur Amamiya meng-emailku menanyakan sesuatu. Dia bertanya celana dalam kayak gimana yang dipakai di balik baju piyamanya. Aku baru saja membalasnya."

Semoga saja itu bukan sesuatu yang jorok.

"Jadi kau harus memeriksa itu juga hah."

"Tentu saja. Kalau tidak, akan ada beberapa sudut yang tidak bisa kau gambar."

"Oh, begitukah? Jadi, apa balasanmu?"

"Tidak ada!" Ucap Sagiri percaya diri

"Jawaban seperti itu maksudnya tidak ada sudut yang tidak bisa kau gambar?"

"Bukan. Dia cuma tidak memakai apapun."

Eromanga-sensei tidak akan berbohong. Sebagai ilustrator original novelku, dia akan berpegang teguh pada pendiriannya: tidak pakai celana dalam.

"Tukang pembuat figurnya juga menanyakan ini berulang kali, - tapi dia tidak memakai apapun di balik baju piyamanya. Aku pasti tidak akan mengizinkannya memakai celana dalam."

"Sangat merepotkan. Tapi aku bisa mengerti perasaanmu!"

Semua orang pasti punya sesuatu yang tidak bisa mereka serahkan begitu saja apapun yang terjadi.

"Ya, kan!"

"Walaupun aku mengerti... bagaimana dengan yang lainnya?"

"Ah, direktur baru saja meng-emailku lagi."

Dia membuka emailnya. Ada email baru ditambah lampiran gambar. Gambarnya memperlihatkan pemeran utama perempuan memakai baju piyama.

"Aku mengerti, Eromanga-sensei - apa seperti ini maksudmu?"

"Iya! Iya begitu! Seperti inilah seharusnya!" Eromanga-sensei bertepuk tangan berapi-api "Seperti yang diharapkan direktur Amamiya, dia benar-benar mengerti kebenaran tentang celana dalam!"

"...Meskipun aku sudah membaca naskah bagian ini, aku masih tidak mengerti kebenaran tentang celana dalam."

Meskipun dia tidak memakai celana dalam, dia masih pakai celana.

"Hm.... orang awam tidak akan bisa mengerti ..."

Sagiri memijit pelipisnya, dan melanjutkan:

"Biarku beri contoh. Untungnya sekarang aku memakai baju piyama ringan."

Dia turun dari bangku dan merangkak. Kemudian, dia menunjuk bokongnya padaku sambli menjelaskan dengan nada serius:

"Kau bisa memahaminya seperti ini: Jika karakterku tidak memakai celana dalam, akan ada perbedaan yang bisa terlihat diluarnya...Dan karena dia juga memakai baju ringan, kau bisa melihat lekukannya dengan jelas, bukan?"

Aku melihat dengan seksama ke arah contoh Eromanga-sensei:

[OLI Fan Translation] Eromanga-sensei Volume 9


"Iya, aku mengerti memakai celana dalam akan merepotkan."

Jadi itu kebenaran tentang celana dalam.

"Itu benar! Supaya bisa membuat karakter utama perempuannya lebih polos lagi, aku memastikan dia tidak memakai -"

Masih berbaring telungkup, Sagiri berbalik padaku dan melihat bayangan dirinya sendiri di kaca. Dia pun langsung tersipu

"Kau membuatku melakukan pose apa?"

"Kaulah yang berpose seperti itu sendirian!"

Sagiri tidak mendengarku dan buru-buru bangun, bersembunyi ke dalam selimutnya dan berbicara padaku dari balik selimut.

"Lupakan apa yang baru saja kau lihat! Lupakan semuanya!"

"Itu tidak mungkin."

"Lalu kau juga harus membuat pose erotis! Aku tidak mau malu sendirian!"

"Jangan bicara omong kosong!"

Dan begitulah -

Kami melanjutkan pekerjaan kami



Beberapa waktu berlalu. Kita berdua bekerja dengan tenang tanpa memperhatikan satu sama lain.

Meskipun pacar tercintaku ada di sebelahku, aku masih bisa untuk fokus. Di dalam kamar terkunci, hanya ada suara jariku mengetik keyboard.

Apa kalian ingat beberapa hari yang lalu, Kagurazaka-san menyuruhku untuk menulis klimaks besar di novelku yang bertepatan dengan penayangan anime?

Apa yang kulakukan adalah menambahkan "klimaks besar" itu ke dalam naskahku. Aku harus menulis ulang sekitar 40% ceritaku - tapi ketika aku melakukannya, tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama.

Aku ingin mengatakan "jari-jariku sudah tahu cara memperbaikinya", tapi kebenarannya adalah itu hanya kebiasaanku. Saking fokusnya terhadap pekerjaanku aku baru sadar waktu ketika hpku berdering, menunjukkan sekarang sudah pukul 17:00.

"Wow, sudah selarut ini. Aku harus belanja sesuatu untuk makan malam."

Karena Elf dan Muramasa-senpai tidak ada disini lagi, aku harus memasak sendiri.

Oh, dan aku juga punya janji dengan Sagiri.

Dan, kalau bisa.... ajari aku memasak.

"Sagiri, kau ingin memasak denganku?"

Aku berdiri dan melihat ke sekeliling, berusaha menemukannya.

"Aku akan membeli sesuatu untuk makan malam -"

Kau ingin makan apa? Aku hendak mengatakan itu, tapi aku terhenti.

" --"

Karena dia ...tidur. Di kasurnya. Sepertinya dia tidur ketika aku sedang bekerja.

"Zzzzzzzzzzzzz..."

Nafasnya pelan dan tenang.

"Dasar perempuan. Dia bahkan tidak memakai selimut."

Aku tersenyum melihatnya. Pada saat itu, hatiku terasa hangat. Aku bisa merasakan apa yang aku kejar di masa lalu sekarang tepat berada di depanku.

.... Aku ingin bersamamu selamanya. Itu pasti membuatku sangat senang.

Ketika aku kembali ke kenyataan, bibir Sagiri hanya berjarak beberapa senti dari wajahku.

"...*Gulp*"

Bangunkan Sagiri, lalu pergi belanja untuk makan malam.

Itulah yang harus kulakukan, tapi mataku menolak untuk bergerak.

"..........."

Perlahan-lahan, aku mendekatkan diriku ke putri tidur ini.

"........."

Jantungku berdetak semakin cepat. Aku hampir bisa mendengarnya lewat telingaku. Dia pacarku. Kita berpacaran. Tidak ada yang salah dengan ini - seorang iblis berbisik padaku.

Kurang dari satu inci tersisa sampai aku menyentuh bibirnya -

[OLI Fan Translation] Eromanga-sensei Volume 9


"Wow -"

Aku berhasil memaksakan diri ke belakang, mundur dari Sagiri. (note: asu gajadi)

"Wow, wow...bahaya...sangat bahaya."

Karena Sagiri adalah "adik perempuanku": itu adalah penghalang di hatiku sebelumnya. Tapi sekarang, dia "pacar" ku, jadi nafsuku semakin sulit untuk dikendalikan.

Namun...

"Aku harus mengendalikan diri. 「Sekarang 」 bukan waktu yang tepat untuk melakukan itu."

Aku memegang kepalaku karena malu. Menurut sudut pandang orang luar, apa yang hampir aku lakukan adalah sebuah kejahatan.

Untungnya tidak ada siapapun disini selain aku dan Sagiri -

"Aku melihatnya."

"Yahhhhhhhhhh!!!"

Suara perempuan muncul dari belakangku. Aku hampir loncat terkejut.

Berbalik, dia adalah - Elf. Dia pasti datang kesini lewat balkon lagi - tunggu, sekarang bukan waktunya.

"Kau, kau...sejak kapan...."

"Sejak waktu kau bicara, tepat sebelum kau hampir menciumnya."

Ucapnya sambil menyeringai, smartphone-nya terlihat jelas ada di genggamannya.

"Sangat menyedihkan. Aku akan mendapatkan foto yang bagus."

"Hey!?"

"Cuman bercanda. Aku berencana ingin menghentikanmu juga. Tapi kau bergerak terlalu cepat jadi aku tidak yakin kalau aku bisa tepat waktu."

"A...a...Maaf telah bersikap seperti itu."

Aku turun dari kasur dan berdiri di depan Elf. Dia menatapku:

"Iya benar. Meskipun kalian berdua menyukai satu sama lain, kau seharusnya tidak melakukan itu. Jika kau sungguh menciumnya - aku akan benar-benar memandang rendah dirimu."

".... Aku tidak tahu harus berkata apa."

Sepertinya dia marah. Nada suara Elf sangat dingin dan kejam.

Ada saat-saat dimana situasi jadi hening, dan kemudian aku mengambil nafas. Atmsofernya menjadi sedikit lebih santai.

"Namun, aku mempercayaimu. Meskipun kau ragu-ragu... kau tidak akan melakukan sesuatu seperti itu pada perempuan yang kau suka."

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Pokoknya, aku sangat malu. Ini seperti pacarku menemukan tumpukan bokep milikku - tidak, bahkan lebih buruk daripada itu.

"Elf...kau...kenapa kau kesini hari ini? Belakangan ini aku tidak melihatmu, dan sekarang kau tiba-tiba muncul lewat balkon seperti ini."

"Kenapa aku disini? Hmmm~" Dia tersenyum "Bisakah aku hanya mengatakan setengah alasannya?"

"Apa kau sungguh harus menanyakanku langsung seperti itu?"

Kalau aku bilang iya, apa itu artinya aku ingin dibohongi?

"Maksudku meskipun aku tidak akan berbohong, aku juga tidak akan mengatakan seluruh kebenarannya."

"Oke, baiklah."

Mendengar jawabanku, Elf mengangguk:

"Alasan aku datang kesini...yah, kayak gini..." Dia berkata tanpa mempedulikan apapun "Aku kesini untuk mengganggu sarang cintamu."

"Sederhana dan mudah dimengerti. Mengagumkan."

"Ara, kau tidak marah?"

"Tidak: karena itu kamu. Aku selalu berpikir kau pasti akan datang. Karena kau tidak datang juga, akhir-akhir ini aku jadi galau. Aku kira kau sudah tidak khawatir padaku."

Tentu saja, tentang itu, Sagiri bilang "Tidak mungkin. Mencurigakan."

"Tentu saja aku akan datang. Karena...orang yang aku suka tinggal dengan pacarnya tepat di sebelah rumahku...itu membuatku tidak senang."

Elf terlihat sedikit murung, dia bergumam pelan. Jarang melihatnya berbicara tanpa melihat langsung mataku.

Dia melihat kebawah dan berkata dengan nada lelah:

"Ini menyakitkan."

"........................"

Aku - orang yang menolak pengakuannya, orang yang memutuskan untuk berpacaran dengan Sagiri - tidak mengatakan apapun.

Aku tidak punya hak itu. Jadi, yang hanya bisa kulakukan adalah mendengarkan.

"Ada sesuatu yang membuatku tidak bisa datang kesini selama beberapa hari terakhir...aku tidak ingin membicarakannya. Sederhananya..."

Dia menatap tajam padaku:

"Aku dan Muramasa sedang bertengkar. Karenamu."

"......."

"Kau tidak ingin mendengarnya, bukan? Kau tidak ingin tahu lebih lengkapnya."

"Aku ingin tahu...jika ada sesuatu yang bisa aku bantu, aku akan mendengarkan..."

"Tidak ada yang bisa kau lakukan, jadi aku tidak akan mengatakan apapun."

"........ Begitukah?"

"Bagaimana mengatakannya...Muramasa...cara berpikir orang itu tentang cinta sangat berbeda denganku, jadi kita tidak bisa setuju dalam hal apapun. Sebagai seorang master komedi bergaya light novel, rencananya aku ingin menipunya dengan kata-kata, tapi kali ini dia bisa melawanku. Sungguh merepotkan, Senjyu Muramasa-sensei."

Hal apapun yang dikatakan diantara mereka pasti meninggalkan jejak yang buruk. Aku bisa melihat Elf sangat tidak senang.

"Cewek itu punya caranya sendiri untuk mengatasi situasi ini, tapi dia ingin menggunakan metode tunggu-dan-lihat untuk sekarang. Aku tidak bisa menerimanya, jadi aku membuat pergerakanku sendiri - itulah kenapa aku datang kesini."

Elf membuat suara *dor*, dan membuat gerakan menembak menggunakan tangan kanannya dan tersenyum jahat:

"Masamune, kau berhutang satu kali padaku, bukan?"

Tembakan kritikal. Tidak mungkin aku bisa mengabaikannya.

Jadi aku mejawabnya:

"Bukan satu. Beberapa bulan belakangan, kau dan Muramasa-senpai banyak membantuku."

"Benar, benar."

Elf mengangguk. Aku memberitahunya apa yang sebenarnya kupikirkan:

"Bukan hanya membantuku dengan anime: sebelum itu kau merupakan sumber pengaruh positif buatku. Ini berkatmu aku bisa berada disini saat ini."

"...A, apa? Sebanyak itu?"

"Iya."

Kita mempertaruhkan Eromanga-sensei dan memutuskan pemenangnya.

Dia menunjukkanku metode yang berbeda dalam bekerja, sudut pandang yang berbeda, dan memperbolehkanku bekerja dengan motivasi.

Setelah orangtuaku meninggal, Sagiri menjadi hikikomori...saat-saat itu merupakan waktu yang paling sulit di dalam hidupku. Berkat light novel nya lah aku bisa tertawa lagi.

Dan kemudian...

Dia menyukaiku. Dia tidak pernah berhenti menunjukkan kasih sayangnya padaku.

"Tidak peduli berapa kali aku berterima kasih, itu tidak akan pernah cukup. Terima kasih banyak."

"Eto..Hm, aku sudah mendengar ucapan terima kasihmu sampai ke titik dimana jadi membosankan."

Dia selalu memberitahu orang-orang untuk berterima kasih padanya, tapi setiap kali aku melakukannya, wajahnya memerah.

Elf adalah perempuan semacam itu.

"Oh dasar! Kau membuatku jadi aneh lagi! Kenapa kau tidak mengatakan sesuatu yang bodoh? Seperti karakter utama sebuah light novel?"

"Aku sudah mengatakan ini sebelumnya; aku bukan karakter light novel."

Sudah berapa kali kita membicarakan ini sebelumnya? Lebih dari sekali, itu sudah pasti. Tapi aku tidak membencinya.

"Jadi, apa selanjutnya Elf ? Kau pasti punya sesuatu di pikiranmu ketika mengungkit masalah ini."

"Iya."

Elf terlihat sangat tidak senang. Dia mungkin tidak menyukainya ketika aku mengambil alih percakapan ini.

"Tolong dengarkan satu permintaan dariku. Kemudian, anggap seluruh utangmu padaku telah lunas terbayarkan."

"Mengerti."

"Hm, tentu saja kau tidak akan setuju sebelum mendangar permintaanku - eto? Kau menerimanya?"

Sepertinya itu diluar ekspektasinya. Dia mendengking, yang mana hampir membuatku juga loncat terkejut.

"...Jangan terkejut seperti itu. Jika ini untukmu, aku akan melakukan apapun."

"...Akan melakukan...apa...apapun?"

Dia yang mengatakannya, tapi Elf bertanya sambil sedikit ketakutan. Aku mengangguk lagi.

"Iya. Tidak peduli apa yang kau pinta. Aku berhutang banyak padamu."

"...Kau.... jangan katakan sesuatu yang bodoh...bagaimana kalau aku...meminta yang aneh-aneh?"

"Kau akan meminta yang aneh-aneh?"

"Bagaimana bisa! Jika kau segitunya mempercayaiku, aku tidak akan membuat permintaan seperti itu."

"Begitukah? Senang mendengarnya."

"Kuhhhhh!! Hari ini kau sangat aneh." Elf melotot, kemudian mengarahkan jarinya padaku "Pokoknya, persiapkan dirimu! Karena aku akan meminta bayaran yang besar!"

Pada saat itu, smartphone-nya bergetar.

Tanpa mengatakan apapun, dia melihat ke layar - mungkin ada email - kemudian melanjutkan:

"Tunggu sampai naskahku selesai. Aku akan memberitahumu nanti!"

Sepertinya masih butuh sedikit waktu sampai "bayaran yang besar" tiba.



Dan kemudian -

Matahari telah terbenam. Sekarang sudah malam. Aku sedang duduk di ruang tamu setelah memakan masakan yang aku masak dengan Sagiri.

Di dekatku, Sagiri tersenyum.

"...Kelihatannya kau sedang senang."

"Kau sadar?"

"Yup...jadi, ada apa?"

Kau sudah tahu jawabannya.

"Karena 「 memasak bersama Sagiri 」 adalah sesuatu yang selalu ingin aku lakukan tapi tidak bisa."

"......"

"Itulah kenapa aku senang."

"...Be...gitu...lalu seharusnya kita melakukan ini lebih cepat."

Ada lebih dari satu makna di balik perkataannya. Aku mengangguk bersamanya.

"Selanjutnya...dengan Kyouka-san...ayo kita makan bersama."

"Um."

"Hari ini Kyouka-san...tidak pulang ke rumah?"

"Dia baru saja meng-emailku dan bilang dia sudah ada di jalan."

"Begitu...lalu..ack..."

Setiap kali kita mengatakannya, kita merasa wajah kita menjadi semakin panas.

"Ayo kita beritahu. Beritahu Kyouka-san...kalau kita pacaran."

"...Oke."

Sagiri tersipu, tubuhnya menciut.

"...Apa yang akan Kyouka-san katakan... setelah dia tahu kita pacaran?"

"Dia akan merasa senang untuk kita."

Mungkin...dia akan merestui kita sambil tersenyum.

"Karena bagi kita, dia seperti ibu yang lain."

Dia seperti ibu kedua Sagiri, dan ibu ketigaku.

"...Um." Sagiri mengangguk.

Kemudian, kesunyian memenuhi ruangan.

Kita berdua tidak begitu suka banyak bicara, jadi kadang-kadang percakapan kita terhenti.

Kita tidak masalah dengan itu. Malahan, kita merasa...aman dan nyaman.

Tapi bagi pasangan, seharusnya ini adalah sebuah hambatan. Namun, aku tidak ingin kehilangan saat-saat yang tenang ini.

"Un..."

Sagiri membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu. Aku memberinya isyarat untuk berbicara.

"Sebelum Kyouka-san pulang...aku ingin mencobanya."

Tanpa perlu bertanya, aku sudah mengerti apa yang dia maksud.

"Maksudmu - coba pergi keluar?"



Kita berdua berjalan ke pintu masuk.

".... *Gulp*."

Berdiri di depan pintu masuk kediaman Izumi, Sagiri mengambil nafas dalam.

Kita mempunyai pintu depan yang sangat biasa. Kalian dapat menemukannya di rumah manapun di kota ini. Tapi baginya, pintu ini adalah tembok yang sangat besar.

Sudah dua tahun semenjak ia menjadi hikikomori. Di saat-saat itu, dia tidak pernah meninggalkan rumah. Dia bahkan tidak bisa membuka pintu ini.

"...Kau baik-baik saja?"

Jadi, aman dikatakan kalau aku lebih takut daripada Sagiri. Aku pikir kalau ini terlalu berat, seharusnya dia tidak memaksakan dirinya untuk mencobanya.

"Um."

Dia tersenyum padaku, wajahnya sedikit pucat.

"Aku...sudah latihan...berulang kali...jadi, Masamune...kau diam disini...dan lihat aku."

"...Baiklah."

Aku melepaskan sepatu Sagiri. Aku membelikannya sepatu baru setiap tahun - bermacam-macam sepatu.

Hanya melihat sepatunya, Sagiri berkeringat dingin. Dia berubah pucat seperti hantu.

"Kuh...."

Seluruh tubuhnya bergetar; dia bahkan tidak bisa mengambil satu langkah pun. Seperti dia melihat sesuatu yang menyeramkan di sepatu itu.

- Kita pacaran.

- Kita akan kembali setelah membeli hadiah.

Apa dia mengingatnya?

Aku menutup matanya, dan dengan lembut berkata.

"Sudah cukup. Sagiri, kau sudah cukup melakukannya."

"...Ha...ha....ha."

Dia jatuh ke lantai. Butuh waktu untuk nafasnya menjadi stabil lagi.

Sepertinya...dia baik-baik saja. Untuk sekarang.

"...Aku tidak bisa melakukannya." Gumamnya "Ketika aku berlatih sendiri...aku bisa menyentuh pintunya."

Mungkin karena hari ini dia jujur ingin pergi keluar. Itulah apa yang sangat menakutinya...mungkin.

Aku mengelap kepalanya dengan handuk.

"Tapi ini sudah merupakan perkembangan."

"....Belum."

"Tidak apa-apa."

Dia bahkan tidak bisa keluar dari kamarnya sebelumnya. Tapi sekarang dia bisa menuruni tangga bersamaku. Kalau ini tidak dihitung sebagai perkembangan, lalu apa namanya?

Sagiri hanya belum siap saja. Tapi dia berusaha. Bagiku, itu sudah cukup.

"Baiklah, kita kembali ke kamarmu - "

Dan beristirahat.

Aku hendak mengatakan itu ketika gagang pintu depan bergerak.

"!"

Dengan *krekk*, baik aku maupun Sagiri berbalik. Kyouka-san, mengenakan pakaian bergaya Barat, masuk.

Izumi Kyouka - adik perempuan ayahku; juga wali kita.

Dia mungkin tidak menyangka akan melihat siapapun di pintu masuk.

"Aku pulang- -"

Hanya itu yang bisa ia katakan sebelum berhenti.

"...Ah? Ma, Masamune? Dan...?"

Matanya berkedip, melihatku, kemudian Sagiri; matanya terbuka lebar.

"Sagiri?"

Tentu saja dia akan bereaksi seperti itu. Melihat super hikikomori Sagiri di pintu masuk bukanlah sesuatu yang bisa kau lihat setiap hari.

"Selamat datang, Kyouka-san."

Pokoknya, aku harus memberinya salam.

Sagiri juga perlahan-lahan bergerak di belakangku dan memberi salam.

"...Se, selamat ...datang."

"Um...aku pulang."

Kyouka-san menganga terkejut. Dia jarang menunjukkan emosi apapun, tapi sekarang terlihat jelas dia sangat terkejut.

Dia melihatku, meminta bantuan:

"Masamune...ini...?"

"Bekalangan ini, Sagiri bisa turun ke bawah meskipun aku ada di rumah. Barusan kita sedang mencoba apakah dia bisa pergi keluar."

"Sa, Sagiri ingin pergi.... keluar?"

"Dia belum bisa melakukannya, tapi dia berusaha - ya kan, Sagiri?"

Aku bertanya Sagiri. Masih bersembunyi di belakangku, dia mengangguk dengan cepat.

Dia tidak benar-benar takut pada Kyouka-san, tapi bertemu orang lain diluar kamarnya masih terlalu sulit baginya.

Di sisi lain, Kyouka-san sangat tersentuh.

"...Bukannya ini bagus.....!"

"Memang."

Jawabku menggantikan Sagiri.

"Ah...aku...kalian terlalu banyak memujiku...."

Sagiri malu, tapi dia punya alasan untuk bangga.

Kyouka-san masih belum bisa tenang; dia berkata:

"Oh, benar benar! Kalau begitu, kita harus merayakannya! Aku akan beli kue dulu!"

"Ah, Kyouka-san, tunggu sebentar!"

Sebelum dia keluar lagi, aku memegang tangannya.

Aku dapat mengerti hubungan kita berubah semenjak kita menyelesaikan kesalahpahaman kita, tapi apa dia, entahlah, menyukai kita?

"Tidak bisa begitu. Bibi pasti lelah setelah kerja seharian."

"Tapi, tapi Sagiri sudah bekerja keras! A...aku harus melakukan sesuatu!"

Kyouka-san memerah, tapi tidak menyerah. Melihat betapa imutnya bibiku membuatku tersenyum.

"Bagaimana kalau aku yang pergi?"

Dia langsung mengeluarkan uang ¥10.000 dan memberikannya padaku.

"Masamune, tolong beli kue terbaik yang bisa kau beli dengan uang ini!"

"Bibi mau aku beli kue pernikahan?"

Aku sangat tidak yakin toko kue manapun di dekat sini menjual kue semahal itu.

"Aku tidak butuh uang sebanyak ini...eto...apa kue yang sederhana tidak masalah?"

"Jangan lupa juga kartu coklat yang bertuliskan 「Selamat, Sagiri 」." Kyouka-san masih terus bicara.

"Aku mengerti."

Aku tersenyum. Sagiri menarik kerah bajuku.

"Um, iya, Sagiri?"

"...Beritahu bibi..."

"Oh benar -"

Ada sesuatu yang jauh lebih penting daripada membeli kue, jadi aku pun bicara dengan nada yang muram:

"Kyouka-san...ada sesuatu yang penting yang ingin kita bicarakan."

"Padaku?"

"Iya."

"..A, apa itu?" Dia terlihat sedikit ketakutan.

...Mungkin karena "itu".



Eromanga - beam!!!!



Dia pasti mengingat saat-saat itu. Karena permintaan kita, Kyouka-san ditempatkan pada posisi yang sangat memalukan.

"Ah, bukan. Kita tidak meminta apapun yang aneh, jangan khawatir."

"Aku baik-baik saja! Beritahu saja kalau kalian butuh sesuatu! Selama itu buat kalian berdua, aku akan jadi Eromanga-sensei kapanpun." Dia meyakinkan kita.

Sungguh orang yang dapat dipercaya! Mempertimbangkan apa yang ia lalui, aku sadar betapa besarnya dia mencintai kita.

"Terima kasih banyak. Tapi kali ini kita tidak mempunyai permintaan. Hanya ada sesuatu yang ingin kuberitahukan pada bibi."

"Padaku?"

"Iya. Yahh, eto.... Kami - pacaran."

Aku mengatakan padanya yang sebenarnya. Dia....

" ---Eh?"

Membeku.

"Eto...Eh? Apa aku ...salah dengar? Aku pikir aku dengar kau bilang sesuatu seperti pacaran..."

"Bibi tidak salah. Aku berpacaran degan Sagiri."

"------"

Matanya terbuka lebar. Reaksi itu diluar dugaanku, jadi aku sedikit terkejut.

Pokoknya, dia pasti sangat terkejut, bukan?

Dengan ekspresi yang meneriakkan "aku tidak mengerti", dia berkata:

"Dari awal. Jelaskan semuanya padaku. Dengan jelas."

"Oke oke."

Dia tidak membenci kita. Dia juga tidak marah. Aku tahu dia orang yang sangat baik, tapi auranya masih menakutiku. Aku gemetaran sambil menjelaskan semuanya.

Bagaimana aku dan Sagiri mencintai satu sama lain.

Bagaimana aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama.

Bagaimana aku menembaknya dengan novelku, kemudian dia menolakku - bagaimana itu adalah kesalahpahaman.

Sagiri juga menyukaiku.

Bagaimana aku dan Sagiri kenal satu sama lain bahkan sebelum orangtua kita menikah lagi.

Bagaimana kita ditakdirkan satu sama lain.

Dan -

"Aku melamarnya. Aku memberitahunya - menikahlah denganku."

"............"

Ekspresi Kyouka-san tidak berubah. Dia hanya mendengarkan dengan tenang.

"...Apa jawabannya?"

Sagiri menjawab pertanyaannya:

"Aku bilang...aku tidak bisa menikah sekarang. Lalu, aku menembaknya. Aku bilang...berpacaranlah denganku...dan lalu aku memintanya untuk...suatu hari di masa depan, tolong jadikan aku pengantinnya."

"Seperti itulah - kita berpacaran."

Selesai. Kyouka-san menutup matanya tanpa mengatakan apaun, kemungkinan besar sedang berpikir terhadap perkataan kita barusan. Setelah beberapa menit, dia membuka matanya, dan berkata:

"Dengan kata lain...kalian berdua pacaran sebagai seorang pria dan wanita...dan kalian ingin menikah di masa depan, benar?"

"Iya" *2

"Dan kalian memberitahuku...karena kalian ingin persetujuanku?"

"Karena hanya bibi yang bisa aku pinta 「tolong berikan putrimu 」."

Sagiri sudah lama memutuskan hubungannya dengan ayah kandungnya.

Jadi, satu-satunya orangtuanya sekarang adalah Kyouka-san.

Begitu juga, dia satu-satunya orangtuaku tersisa.

Jadi "mendapatkan persetujuan Kyouka-san" adalah langkah yang sangat penting bagi kita.

Aku mengerti. Aku akan merestui kalian.

Itulah yang kupikir akan dia katakan. Tapi...



"........TIDAK."



"....?"

Apa yang baru saja dia katakan?

Kyouka-san berkata; suaranya bergetar.

"Aku tidak bisa menerimanya - bahwa kalian pacaran atau kalian menikah."

Dia menatap kita, wajahnya pucat.

"............"

Kami berdua terkejut. Baik aku maupun Sagiri. Kami tidak menyangka dia berkeberatan.

- Setelah mendengar apa yang Sagiri katakan, membaca novelmu...aku punya perasaan membiarkan kalian berdua terus tinggal bersama sangat berbahaya.

Memang benar kalau dia berhati-hati terhadap hubungan kami, tapi...aku tidak mengira akan se-ekstrim itu.

Aura sang Ratu Es menyelimuti kita dalam ketakutan.

- Sekarang bukan waktunya untuk takut.

"Boleh aku tanya...alasannya?"

Aku berusaha menghentikan tubuhku dari gemetaran dan bertanya.

Kenapa dia keberatan kita pacaran dan menikah?

Kecuali kita tahu kenapa, tidak ada lagi yang bisa kulakukan.

"........."

Tatapannya menjadi lebih tajam. Matanya tertuju padaku, berpikir keras. Setelah beberapa saat, akhirnya dia berkata -

"..........Alasannya -- aku tidak bisa bilang"



"...Apa?"

Sekarang giliranku yang terkejut.

"Tidak bisa bilang...apa...apa maksudnya?"

"Persis seperti kedengarannya. Aku keberatan kau berpacaran dengannya, dan aku tidak akan bilang kenapa."

"Mana bisa aku menerimanya -"

"Aku tahu."

Seperti sedang menyembunyikan perasaannya, Kyouka-san melanjutkan:

"Kalian berdua masih anak-anak. Dengarkan saja orang dewasa bicara."

"Apa...."

" - Jika itu aku yang sebelumnya, aku akan mengatakan itu."

"Eh?"

Mendadak, tekanannya berkurang. Dia terlihat lelah.

Dia, menghela nafas lelah, dan berkata:

"Kalian berdua.... maaf, tapi tidak mungkin aku bisa merestui kalian berdua."

"...Kenapa?"

Tanya Sagiri, seperti dia sedang berbicara ke anak kecil.

Tapi Kyouka-san menggelengkan kepalanya lelah.

"...Aku tidak ingin mengatakannya."

"........." *2

Baik aku maupun Sagiri melihat padanya. Kita sudah sadar pasti ada alasan penting dibalik semua ini.

Kita merasa kita telah menyentuh sesuatu yang Kyouka-san berusaha untuk sembunyikan.

"Kyouka-san...apa maksudmu, 「Aku tidak ingin mengatakannya 」?"

"Masamune...aku sangat mencintai kalian berdua... Setelah apa yang terjadi, melihat kita punya kehidupan yang normal lagi, berbicara, tinggal bersama... 「semua ini 」, membuatku sangat senang."

"Kita juga merasakan yang sama, jadi kami harap bibi bisa..."

"Itulah kenapa aku tidak bisa mengatakannya."

Dia menyelaku.

"Hanya itu yang bisa kukatakan."

"........."

Apa dia bermaksud kalau aku mendorong ini, aku akan mempertaruhkan 「semua ini 」?

"...Masamune."

Sagiri melihat mataku.

"...Aku mengerti."

Pikiranku dan Sagiri terhadap Kyouka-san seharusnya sama. Jadi aku bicara mewakili adik perempuanku yang kikuk.

"Kami berdua sangat menyukaimu, Kyouka-san. Tinggal bersama setiap hari...kami sangat bahagia."

"...Masamune."

"Jadi kami harus membuat bibi bahagia juga. Kami tidak ingin hanya sekedar berpacaran atau menikah. Kami ingin kebahagiaan."

Aku pun mengambil langkah. Jika 「semua ini 」 hancur karena itu, maka tidak apa-apa.

"Tolong beritahu apa yang sedang bibi sembunyikan, Kyouka-san."

"........"

Dia tidak menjawab. Malahan, dia melihat kita dengan rasa sakit di matanya.

Izumi Masamune, Izumi Sagiri, Izumi Kyouka.

Keluarga ini. Keluarga tiga orang ini.

"Hubungan kita saat ini" akan berakhir.

Dia menunduk, dan perlahan berkata:

"Masamune...kau pernah menanyaiku - Kenapa aku memutuskan untuk mengurus kalian berdua."

".... Iya."

"Alasan aku tidak bisa merestui kalian berdua, dan alasan aku mengurus kalian berdua, itu sama."

".... Maksudnya -?"

Itu tak disangka. Mata kita melebar.

Kyouka-san mulai bicara seperti dia telah menyerah pada semua hal.

Melihat mataku, dia berkata:



"Karena aku membunuh orangtua kalian."