[OLI Fan Translation] Eromanga-sensei - Volume 9


- Nii-san. Aku...aku punya seseorang yang kusuka.

Ini pertama kalinya kita berbicara terus terang.

"Nii-san..."

"Bisakah aku...berhenti memanggilmu Nii-san?"

"Bisakah aku...berhenti menjadi adik perempuanmu?"

"Aku tidak ...aku tidak mau...aku tidak mau jadi keluarga...."

Melihat adik perempuanku menangis, aku membuat keputusan -

"Sagiri - menikahlah denganku."

Aku melamarnya.

Mendengar lamaran mendadak ku, Sagiri -

"Ah?"

Dia mengangkat kepalanya dan melihatku seperti aku baru saja mengatakan sesuatu yang luar biasa.

"Ah...itu..."

Matanya masih basah. Dia tidak dapat mengatakan apapun.

"...Apa...yang...baru saja...kau katakan?"

Dia pasti berpikir dia salah mendengarku. Tapi meskipun adik perempuanku kebingungan, aku tidak.

Aku melihat matanya dan mengulanginya lagi:

"Sagiri, menikahlah denganku."

"Ah...."

Dia hampir jatuh ke belakang seolah aku baru saja menembaknya pakai pistol.

"A..a...a...apa yang kau bicarakan?"

"Aku sudah memikirkannya...aku menyukaimu sebagai pria."

"Hah...."

Mulutnya bergetar.

"Aku tidak ingin menyerahkanmu pada orang lain. Meskipun ada seseorang yang kau suka, aku tidak akan mengakui kekalahan sampai saat-saat terakhir...Jadi aku memutuskan setelah 「 mimpi kita 」 selesai, aku akan melamarmu dan memintamu untuk menikahiku."

"...Ah.....oh...."

Mendengar perkataanku, Sagiri kehabisan kata-kata. Dia tidak bisa mengatakan apapun. Wajahnya sangat merah; dia terlihat seperti akan pingsan kapan saja.

Aku punya firasat kalau aku sama dengannya. Aku bisa bilang hatiku saat ini berdebar-debar tanpa henti, seperti ingin meledak.

"Sagiri."

Dia tidak ingin jadi adik perempuanku.

Dan aku ingin keluarga.

Kalau begitu, aku ingin dia jadi keluargaku, tapi bukan sebagai adik perempuanku.

"Ayo menikah, dan kita bisa tinggal berdua selamanya."

"~~~~~~~~~~~~~~~~~"

Wajahnya bahkan lebih merah dari sebelumnya. Kemudian, seperti tidak bisa menahannya lagi, dia menutupi wajahnya.

"Tunggu...tunggu sebentar! Tunggu dulu!"

"Ah, oke."

Melihat reaksinya, aku juga menyadari situasiku. Aku mengambil kesempatan ini untuk melamar, tapi mungkin ada batasannya juga.

Apa tidak apa bagiku untuk melamar sekarang? Atau haruskah aku menunggu sampai mimpi kita menjadi kenyataan?

Mungkin aku mengacaukannya...tapi aku tidak menyesal.

Pada akhirnya, perbedaannya adalah seberapa cepat aku mengatakan ini padanya. Setidaknya itu lebih baik daripada membiarkan adik perempuanku menahan rasa sakit ini.

Kita duduk berhadapan satu sama lain. Dari belakang jarinya, Sagiri melihatku.

"Umm...."

Kemudian dia melepaskan wajahnya, dan berbicara sambil malu-malu:

".... Nii-san."

Dia masih memanggilku itu, seperti biasa.

"Pernikahan...tidak bagus."

"Be...gitu."

Jadi tidak mungkin kah - Setelah mendengar masa lalu Sagiri, mendengar tentang bagaimana kita bertemu sebelumnya, mendengar bagaimana Sagiri tidak ingin memanggilku Nii-san, aku - pikir, mungkin orang yang Sagiri suka - itu aku.

Itu bohong jika aku bilang kalau aku tidak berharap seperti itu.

Tapi...

Jadi memang bukan? Apa aku salah? Selain diriku, ada orang lain yang Sagiri sukai?

"Bukan, bukan seperti itu."

Ucap Sagiri dengan cepat, seperti dia tahu apa yang aku pikirkan. Dia menguatkan dirinya sendiri, dan menambahkan:

"Bukan seperti itu...! Maksudku...maksudku.... oh...itu...terlalu cepat!"

"Terlalu cepat? Maksudmu...?"

"Aku, aku tidak bisa menikahimu sekarang.... karena...! Aku, a...aku masih 13 tahun...! Jadi...kita tidak bisa...menikah...bukan?"

"Eh?"

Sekarang giliranku yang tak bisa berkata-kata.

Tidak bisa menikah sekarang, artinya...

Sebelum aku meraih kesimpulan, Sagiri melanjutkan:

"Se, selain itu...kau...kau meloncati banyak langkah! Pernikahan.... kenapa kau langsung loncat ke akhir! Aku juga punya rencanaku sendiri! Kau menakutiku! Bodoh!"

"Eh..ah...maaf."

"Jangan minta maaf jika kau tidak tahu apa yang sedang kubicarakan."

Tepat sasaran. Aku tidak bisa menjawabnya.

Aneh...aku lagi meminta adik perempuanku untuk menikahiku beberapa detik yang lalu...kenapa sekarang aku dicerahami?

"Phew.... pff..."

Sagiri mengambil nafas dalam untuk menenangkan diri. Dia menyondong ke depan, menaruh kedua tangannya ke lantai.

"Oke, Nii-san, dengar baik-baik. Aku tidak...bicara terlalu jelas tadi. Aku akan mengatakannya lagi."

"Tentu..."

Sikap Sagiri yang tadi menghilang; dia melihatku dengan ekspresi yang jujur.

Dia menghela nafas, dan menenangkan diri.

Izumi Masamune menggunakan surat cinta 300 halaman untuk menembak Izumi Sagiri.

Sekarang, peran kita dibalik.

"Aku..punya seseorang yang aku suka."

Kata-kata itulah yang ia gunakan untuk menolakku.

Tapi ada perbedaannya sekarang.

"Orang itu -"

Ada lanjutannya.

"Kamu."

Dia tersenyum.

"Aku menyukaimu."

Hatiku berdebar-debar.

"Semenjak kita pertama kali bertemu...aku selalu menyukaimu."

Aku dapat mendengarnya, tapi pikiranku tidak dapat menyeimbangi.

"Tidak seperti dua tahun yang lalu, sekarang, aku jauh lebih menyukaimu."

Air mata jatuh menuruni pipiku.

Aku tahu aku harus tidak mengalihkan pandangan, aku harus menjaga mataku tetap jelas, tapi semuanya menjadi buram.

Melihatku, Sagiri juga mulai menangis.

"Terima kasih telah mencintaiku."

"...Ah."

"Itu membuatku...senang...mengetahui kau ingin tetap bersamaku selamanya."

"Um!"

Aku mengusap air mataku, mengangkat kepalaku dan melihat senyuman Sagiri dibawah air matanya.

"...Aku tidak ingin jadi keluargamu...jadi..."

Jawaban Sagiri merupakan lamaran lainnya untukku.

"Tolong tetap bersamaku. Kemudian...suatu hari, jadikan aku pengantinmu."

- TOLONG JAGA ANAK INI UNTUKKU.

Aku ingat waktu ketika dimana ibu memintaku untuk menjaga Sagiri. Semenjak hari itu, aku selalu berpikir bagaimana tepatnya aku harus "menjaga" nya.

Aku tidak tahu jika ini dihitung sebagai jawabannya, tapi...

"Tentu. Aku pasti...akan membuatmu bahagia."

Aku bersumpah dengan segala kekuatanku.

[OLI Fan Translation] Eromanga-sensei - Volume 9




Dan begitulah.

Aku menjadi pasangan dengan adik perempuan tiriku.

Aku melamar, aku ditolak, aku dilamar, aku menerima.

Semua hal yang berjalan dengan baik berakhir dengan baik - tapi kita berdua masih tetap berada di posisi kita masing-masing, menghadap satu sama lain. Kita tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Umm...Sagiri......apa, apa selanjutnya?"

"Meskipun kau bertanya...."

Kita melihat satu sama lain dengan kaku.

Kita berdua adalah penulis, atau sesuatu yang mirip, jadi kita mengerti bagaimana adegan percintaan akan berlanjut dalam latar belakang komedi. Tapi di kehidupan nyata, kita tidak tahu apa langkah selanjutnya setelah menjadi pasangan.

- Jika ini manga atau novel komedi romantis, adegan selanjutnya pasti bakalan hari esok yang penuh damai atau time skip.

Namun, karena ini kehidupan nyata, kita tidak bisa melewatinya ke bagian selanjutnya. Sekarang masih pagi: bahkan di novel, penulisnya bakalan memaksa melakukan time skip ke hari besoknya.

"Barusan...bukannya kau bilang kau punya rencana?"

"Jika aku menjadi pacarmu...ada banyak hal yang ingin aku lakukan..."

Pacar - kata itu membuat hatiku berdebar.

"Be, begitukah? Seperti apa?"

"Itu, itu bukan sesuatu yang erotis!"

"Aku tahu!"

Ada waktu ketika dimana aku sangat optimis, tapi aku masih menyangkalnya.

"Jadi...eto....silahkan, Sagiri."

Sagiri mengangguk; kemudian melihatku:

"Pertama...adalah bagaimana kita memanggil satu sama lain."

"Maksudnya?"

"Karena kita baru saja mulai berpacaran...aku ingin kita merubah panggilan satu sama lain...Seperti...nama panggilan atau yang lain."

...Oh?

Di latar komedi romantis, merubah cara karakter memanggil satu sama lain sangatlah penting.

"Kalau begitu akan kucoba. Yah, tapi aku tidak bisa sepenuhnya memikirkan sesuatu yang baru. Bagaimana kalau Sagiri-chan?"

"... Rasanya aneh saat kau memanggilku seperti itu."

Dia terlihat kecewa.

"Lalu...kau lebih suka apa?"

"Panggil saja aku 「 Sagiri 」 seperti biasa. Aku hanya ingin merubah panggilanku padamu."

"Begitu. Kau bisa memanggilku apapun yang kau suka."

"Ok..kalau begitu...aku akan memanggilmu..."

Sagiri batuk dan -

“Muu-kun ♡"

“……….."

"Karena kau『Masamune 』 ...jadi aku panggil Muu-kun...bagaimana?"

"............"

"Kenapa kau tidak mengatakan apapun?"

Karena itu lebih memalukan dari yang kukira. Aku terlalu terkejut!

"Eh, Sagiri? Aku tahu kau sedang berusaha...tapi bisakah tidak memanggilku Muu-kun?"

"Gak mau!"

"Tolong!"

Apa yang terjadi? Dia menyukainya?

Aku berlutut di lantai dan memohon padanya untuk merubahnya sampai dia setuju.

"Mwu...yaudah..."

Dia cemberut dan membuat pilihan yang lain:

" Maa-chan♡"

"Jangan panggil aku dengan cara imut seperti itu!!"

Jika dia melakukannya, maka aku akan "Ahhhhh" setiap kali dia menyebut namaku. Itu membuatku senang, tapi...

"Mo ~ kau selalu mengeluh.."

"Aku harus!"

Dengan tegas aku menolak pilihan-pilihannya.

"Bagaimana kalau...Muu-tan ♡"

"Ditolak!"

“Masamasa ♡"

"SELANJUTNYA!"

"Baiklah baiklah, kalau begitu kembali ke Maa-kun saja."

"Aku sudah bilang itu tidak bagus!"

Itu hampir sama buruknya dengan yang sebelumnya!

"Mwu ~ jadi nama panggilan apa yang kau suka?"

"Bisakah pilih sesuatu yang lebih normal? Dari 「Nii-san 」 ke 「Masamune 」 - aku pikir itu cukup bagus."

"Tidak ada bedanya untukku. Karena di pikiranku, aku selalu memanggilmu 「Masamune 」."

"...Begitu."

Wajahku menjadi panas.

"Maksudmu: kau selalu melihatku sebagai lawan jenis..."

"Bukan, bukan. Bukan seperti itu!"

Sagiri menyelaku.

"Bukan?"

"Itu...itu tidak salah...tapi juga tidak benar."

Jadi apa maksudnya itu? Tidak salah dan tidak benar?

Sagiri tidak menjawabku; dia bergumam:

"Jadii.... aku akan memanggil...Ahh-"



"Ma... Masamune."



"---"

Kata sederhana itu tak disangka memiliki kekuatan penghancur yang sangat tinggi.

Apa aku bermimpi? Aku berpacaran dengan Sagiri...aku sangat senang, aku tidak bisa mempercayainya

Mata Sagiri mulai berair, dia mengulangi"Masamune... Masamune..." lagi dan lagi. Kemudian, dia memegang pipinya:

"Ha.... aku...aku sangat malu."

Aku heran sama kebanyakan orang yang punya pacar tidak mati terkejut. Saat ini aku sedang ada di pintu kematian.

Sagiri melanjutkan:

"Masamune...kali ini...bisakah...bisakah kau mendengar permintaanku yang paling penting?"

"Silahkan, apapun tidak masalah!"

Tidak mungkin aku bisa menolaknya

Sesegera aku mengatakan itu, Sagiri mengatakan"permintaan" nya.

"Karena sekarang kau sudah jadi pacarku, putuskan hubunganmu dengan perempuan lain."

"..............."

Aku berkeringat dingin.

Apa...apa yang harus aku katakan? Putuskan hubungan...aku pikir kata-kata itu hanya muncul di film drama.

"...Bolehkah aku bertanya apa maksudmu?"

Aku bertanya dengan sopan. Sagiri menjawab dengan ekspresi yang jujur:

"Elf-chan dan Muramasa-chan."

"........."

"Putuskan."

Sangat menakutkan betapa bahayanya kata-kata itu.

Sepertinya pacarku tipe yang cemburuan.

"Tidak, semuanya baik-baik saja. Aku akan memutuskan hubungan dengan mereka!" Aku menerima permintaannya "Aku sudah bilang pada mereka 『Aku punya seseorang yang kusuka, jadi aku tidak bisa berpacaran denganmu 』."

Aku bersumpah aku mengatakan yang sebenarnya, tapi punggungku dibasahi keringat.

"...Kapan kau mengatakan itu pada mereka?"

"Waktu di liburan ke pantai."

Aku sudah mengatakan itu pada Elf lebih dari satu kali.

"Kau bilang 『Aku punya seseorang yang kusuka, jadi aku tidak bisa berpacaran denganmu 』 ...seperti itu?"

"Yup."

"Artinya.... kau ditembak? Oleh Elf-chan dan Muramasa-chan?"

"E...Iya...itu benar."

Sekarangpun, aku masih tidak percaya ada banyak perempuan yang menyukaiku - terutama Sagiri.

"...Phew ~ ah."

Sagiri menyipitkan matanya, dan menatap tajam padaku. Setelah beberapa saat, dia bergumam.

"Kau tidak sepenuhya memutuskan hubungannya."

"Tidak, itu...rumit...."

"Benar-benar tidak sepenuhnya putus." Ulang Sagiri dengan dingin

"Kau harus menjelaskannya pada mereka. Beritahu mereka kalau kau punya aku...pacarmu...jadi kau tidak akan berpacaran dengan orang lain."

Ucapnya dengan keras, tapi mulai merasa malu setengah jalan sehingga suaranya jadi tambah pelan.

Tapi aku masih mendengarnya. Jadi aku pun berdiri.

" - Kau benar. Aku mengerti. Aku akan pergi - sekarang - dan memberitahu mereka."

"Bawa ini."

Dia melemparkan hp nya padaku. Dia terlalu parno. Aku sudah bilang aku akan memberitahukannya, bukan?



Bagaimanapun, aku menaruh hp nya ke dalam sakuku dan pergi menemui Elf dan Muramasa-senpai. Mereka berdua ada di lantai pertama dan sedang menyiapkan sarapan.



"Hei, Masamune. Makanannya hampir siap."

Kata Elf sambil mengelap meja. Tampaknya hari ini giliran Muramasa-senpai yang memasak. Aku dapat mendengar suara ikan sedang digoreng. Baunya sangat enak.

"Sebenarnya, ada sesuatu yang sangat penting yang ingin kubicarakan dengan Elf dan Muramasa-senpai-"  Kataku sambil mengintip ke dapur.

"Iya, Masamune-kun."

Muramasa-senpai berbalik padaku, masih memegang pisau dan mengenakan apron.

Pisaunya memantulkan cahaya.

"Ada apa? Apa yang ingin kau bicarakan?"

"............"

Haruskah aku mengatakannya pada Muramasa-senpai yang sedang memegang pisau? Tapi pisau itu benar-benar terlihat seperti miliknya.

"Ah... itu..."

Sebelum aku dapat mengatakannya lebih jauh, Elf menyela "Tunggu sebentar".

"Ini penting, bukan? Bagaimana kalau menundanya sampai kita selesai makan siang?"

Dia sangat peka, jadi ada kemungkinan dia sudah tahu jawabannya.



Kami selesai makan siang. Setelah itu, aku membersihkan meja dan memberi tahu mereka berdua:

"Aku berpacaran dengan Sagiri."

Tidak perlu lagi basa-basi. Langsung ke intinya.

"Itu sebabnya aku tidak akan berpacaran dengan orang lain."

…………

Aku menunggu reaksi mereka.

Untuk saat ini, mereka - tidak bereaksi sama sekali. Tidak, tunggu. Hanya sedikit... tapi ada reaksi.

Muramasa-senpai menatapku tidak percaya.

Elf tampak seperti sedang tenggelam dalam pikirannya.

Beberapa detik berlalu. Lalu Elf berkata dengan senyuman lembut:

"Kau yang menembaknya? Atau dia?"

"Aku menembaknya. Aku memintanya untuk menikah denganku .... Dia bilang dia tidak bisa menikah denganku untuk saat ini...tapi ya, kami berpacaran."

"Itu sangat sepertimu - jadi, pertama-tama, selamat!"

Dia mengatakannya dengan sangat jelas sehingga aku hanya bisa berkedip-kedip. Melihat itu, Elf tertawa:

"Ada apa dengan reaksimu? Apa kau pikir seseorang yang pro terhadap genre romantis sepertiku tidak dapat meramalkan hal ini?"

Dia tidak salah. Sebelum aku membuka mulut, dia mungkin...tidak, dia mungkin meramalkannya lebih awal.

“Tentu saja, aku sudah tahu kalau kalian berdua masih memiliki semacam kartu as. Sangat mengejutkan kau bisa menyembunyikannya sampai sekarang. Jika kau memainkannya lebih cepat...eh, yah, aku sudah mempersiapkan diri. Aku tahu bahwa situasi saat ini sangat merugikan bagiku."

Elf mengatakan itu seperti semuanya hanya permainan. Dia melanjutkan:

“Sebagai penulis jenius genre romantis ~ aku sungguh tak ingin mengakhiri kisahku dengan adegan penembakan. Ngomong-ngomong, aku benci menulis sesuatu seperti 『 aku tidak akan menyerah』. Jika dia adalah pemeran utama perempuan milikku, dia akan berdiri tegak dan berkata -“

Dengan suara keras, Elf menghantam meja, berdiri, dan berteriak:

"Dengarkan baik-baik! Rencanaku tidak akan berubah. Aku akan membalikkan ini dan membuatmu memohon ampun padaku."

[OLI Fan Translation] Eromanga-sensei - Volume 9


Kemudian, dia berbalik dan pergi.

Sebelum dia meninggalkan ruangan, Muramasa-senpai berkata sambil minum teh:

"Apakah itu sangat merugikan?"

“………… .."

Elf berhenti di tengah jalan keluar.

"........ Apa yang baru saja kau katakan, Muramasa?"

"Bukan apa-apa...karena aku sudah mengaku pada Masamune-kun; dia menolakku karena dia memiliki seseorang yang dia sukai. Sekarang, dia memberi tahu kita tentang perempuan yang disukainya."

"Ya."

"Jadi, apakah ini perubahan besar?"

"Tentu saja! 『aku punya seseorang yang aku suka』 dan 『aku punya pacar』 sangatlah berbeda!"

"Begitukah? Bagaimana?"

"Misalnya, dalam novel romantis -"

Muramasa-senpai memotong Elf.

"Kau selalu menggunakan novel sebagai referensi, tetapi kenyataannya berbeda."

"... Kuh."

"Aku lupa judul novel romantis milikmu, tetapi setelah adegan terakhir dimana dua karakter utama bersama, mungkin mereka akan putus karena alasan yang tidak diketahui. Atau mungkin salah satu dari mereka akan mati."

"Tunggu sebentar, apa yang kau bicarakan? Jangan tambahkan ending horor pada mahakaryaku yang kutulis dengan sepenuh hati! Protagonis-protagonis itu akan hidup bersama dalam ingatan pembaca! Mereka pasti tidak akan putus atau mati atau apa! Karena aku tidak akan pernah menulis sekuel seperti itu!"

"Aku sangat setuju. Penulis memiliki hak untuk menghentikan cerita kapan pun mereka mau - sehingga akan berakhir dengan bahagia. Mereka dapat melanjutkannya dengan menulis beberapa cerita pendek atau after-ending, menunjukkan bagaimana karakter hidup."

Itu sebabnya sangat menarik. Senpai berkata begitu.

"Tetapi kenyataan tidak bekerja seperti itu. Bukan berarti cinta akan lenyap setelah ditolak - itulah kenapa orang-orang menyebutnya cinta yang membara...aku... baru-baru ini, telah mengetahuinya."

"Apa yang kau bicarakan?"

"Aku bilang kalau aku akan menang."

Muramasa-senpai tidak meninggikan suaranya: dia mengatakannya dengan nada yang tenang.

“Saat ini, dia menyukai Sagiri. Itu saja. aku tidak peduli dengan siapa Masamune-kun berpacaran, selama nantinya dia akan hidup bahagia bersamaku sebagai keluarga itu bukan masalah - aku memiliki keyakinan bahwa itulah yang akan terjadi. Karena -"

Dia tersenyum padaku.

"Kamu...pasti lebih menyukaiku daripada sebelumnya, ya kan?"

Aku tidak bisa menyangkal itu.

"Senpai, kau adalah penyelamatku, temanku, lawanku - tetapi kata-kata itu tidaklah cukup."

Namun -

“Yang paling ku sukai di dunia ini adalah Sagiri; aku tidak berpikir perasaanku akan berubah."



Setelah percakapannya selesai, adegan selanjutnya berada di dalam kamar terkunci.

"Kuh ~~~~~ Yahhhhhhhh ~~~"

Pacar imutku membuat keributan. Dia menggoyang-goyangkan pantatnya, berteriak tanpa henti.

"Tenang, tenang. Sagiri!"

"Diam! Muramasa-chan sangat sulit untuk ditangani. Elf-chan sangat keren. Dan Masamune...idiot!"

Sagiri menggigit tanganku, matanya berubah jadi bentuk ><.

"Apa apaan? Aku jelas mengatakannya dengan benar!"

"Kau melakukannya! Tapi, tapi itu...kalimat itu...sangat memalukan! Sangat memalukan! Aku hampir berteriak ketika mendengarmu mengatakannya di telepon!"

Aku tidak tahu apakah dia sedang berusaha menyembunyikan rasa malunya, atau apakah dia sedang benar-benar marah, tetapi Sagiri terus menyerang tangan kananku.

Aku membalas:

"Maaf, tapi aku pria yang jujur! Aku tidak tahu seberapa bedanya antara realitas dan novel, tapi aku akan melakukannya lagi jika aku punya kesempatan!"

Aku meraih tangannya dan mendekat:

"Aku menyukaimu! Aku akan menyukaimu dari sekarang sampai akhir! Kau keberatan dengan itu?"

"………… Tidak, tidak keberatan."

Mungkin karena aku berteriak dari jarak dekat, Sagiri terguncang.

Setelah dia tenang, aku bertanya dengan nada serius:

"Bagaimana denganmu?"

"Hah?"

"Apa yang kau pikirkan?"

"...Kau ingin aku mengatakannya?"

Aku mengangguk.

"Memaksaku mengatakannya sendirian...kau sangat licik."

"…Itu…"

Sagiri bergetar. Kemudian, dia melirikku



- APA AKU HARUS MENGATAKANNYA?

- IYA.



Kita berkomunikasi dengan mata kami. Kemudian..

"...L...L..."

Karena dia sangat gugup dan malu, seluruh tubuhnya bergetar.

...Apa dia baik-baik saja?

Aku jadi khawatir ketika pacarku akhirnya berhasil mengatakannya:

Dengan kesulitan yang tinggi, dia berkata -

"Achoo*"

“……………………… .."

Pfffffffff..... !!! Tidak tidak tidak !!! Aku tidak bisa tertawa! Aku harus menahannya.... !!

Jika aku tertawa sekarang akan menjadi bencana!

"Aku...aku...aku juga...*achoo* Masamune juga!"

Dia melakukannya lagi!

Sial, kurasa aku tidak bisa menahannya... Pfff...Perutku sakit...! Aku tidak bisa...

Tapi aku juga senang! Sangat senang!

Aku menekan perutku dan sedikit mencondongkan tubuh ke depan.

"Kutsu.... Oh ~~ Terima kasih, Sagiri."

"Kau...kau tidak perlu menangis..."

Melihatku menangis, Sagiri tersentuh: wajahnya memerah karena malu.

"...Aku tidak mengira kau bisa sebahagia itu...Fufu."

Aku merasa senang. Tapi aku merasa terhibur.

"Yah, bagaimana mengatakannya..."

Sekarang giliranku yang memerah.

"Baru saja, pembicaraan kita...syukurlah tidak ada yang mendengar kita."

“~~~~~~"

Dia memukul pelan kepalaku, sebelum memalingkan kepala. Tapi Sagiri dengan cepat berbalik padaku:

"...Baiklah, sekarang saatnya untuk bagian selanjutnya."

"Eh? Maksudmu…. menyelesaikan 『apa yang ingin kau lakukan karena kita sudah berpacaran』?"

"Benar." Dia mengangguk. "Selanjutnya giliran Masamune."

"Aku?"

"Iya. Hanya melakukan apa yang ingin kulakukan tidak adil untukmu..."

"Tidak apa-apa. Selama kau bahagia."

...Aku pikir ayahku mengatakan sesuatu yang serupa sebelumnya. Dia mungkin berpikir sama denganku sekarang.

Aku berbicara dengan jujur, tetapi Sagiri sepertinya tidak menerimanya. Dia mengulanginya:

"Tidak. Berikutnya giliranmu."

"Oke."

Aku tersenyum dan mulai memikirkannya.

"Um ~ apa yang ingin aku lakukan dengan pacarku ya...coba kupikir."

"Kau tidak perlu menahan diri. Kau telah memenuhi dua keinginanku."

"Kalau begitu…"

Aku mencoba menyusun kembali kata-kata di kepalaku. Tapi yang keluar dari mulutku adalah -

"Aku ingin melakukan sesuatu seperti yang dilakukan suami istri."

"Seperti suami istri...Kuh !!!"

Sagiri langsung mengangkat tabletnya dan bersiap untuk membantingnya ke kepalaku.

"Tidak tidak. Maksudku bukan seperti itu!"

Sudah lama semenjak aku diserang seperti ini. Aku yakin aku sudah bilang padanya untuk memperkecil jumlah kekerasan. Mungkin seharusnya aku mengatakannya lebih jelas saat itu.

"Maksudku bukan sesuatu yang erotis. Gimana ya...?"

Aku harus berkata seperti apa supaya dia bisa mengerti...?

"Benar, sesuatu seperti pasangan yang baru menikah!"

"…Contohnya?"

"Eh...maksudku...bagaimana kalau... memikirkan nama bayi yang belum lahir?"

“Ahhhhhhhhhh !!! Ratusan kali lebih memalukan daripada yang kupikir!"

Dia menutupi wajahnya dengan tangannya.

"Tapi itu mimpiku! Sudah kubilang, aku tidak ingin berpacaran denganmu! Aku ingin menikahimu!"

"Aku tidak bisa menikah di usiaku sekarang!"

“Maksudku di masa depan! Karena kita tidak bisa menikah sekarang, jadi aku ingin melakukan sesuatu seperti pasangan yang baru menikah! Kau keberatan dengan itu?"

"Aku sangat keberatan!"

Dia menolakku sambil marah-marah.

Mengapa kita berdebat sesegera setelah kita menjadi pasangan? Aku tidak bisa memahaminya.

Sagiri melirikku dari balik jarinya:

"Jika itu Izumi-sensei, aku yakin kau akan memberi nama anakmu gaya light novel."

"Hei, aku tidak akan menggunakan nama karakter light novel hanya karena itu keren."

“Aku yakin kau akan menamai puterimu Izumi Accelerator; kemudian dia akan menyimpan dendam terhadapmu selama beberapa dekade."

"Jangan katakan sesuatu yang menyeramkan!"

Masa depan itu terlalu mengerikan!

Bagi seorang anak, ini sangat penting. Aku harus memilih nama dengan hati-hati.

Dengan kehati-hatian yang sama dengan yang aku gunakan ketika memilih nama pemeran utama.

"Jadi...nama apa yang kamu suka, misalnya?"

Tanya Sagiri. Aku segera menjawab dengan nama yang telah kupikirkan.

"Jika itu laki-laki...maka Kirimune."

"Itu seperti karakter light novel. Ditolak."

Nama anakku langsung dikritik tanpa ampun.

Seperti seorang penulis yang naskahnya ditolak, aku berusaha menjelaskan:

"Tapi nama itu diambil dari nama ibu dan ayahnya..."

"Aku mengerti, tapi rasanya seperti nama karakter light novel, jadi aku tidak menyukainya."

"... Rasanya seperti nama karakter light novel?"

"Kebanyakannya begitu. Aku akan bilang ini sebelumnya, tapi 『 Shana 』 juga tidak bisa."

"Kau bisa membaca pikiranku?"

Kupikir seharusnya aku menggunakan karakter dari nama ibunya untuk memberi nama puteriku.

"Aku sudah tahu gaya Izumi-sensei menamai karakter-karaktermu, jadi lebih baik tidak membiarkan seorang penulis light novel memberi nama anak."

"Kau sangat kejam pada penulis light novel."

Yah, tentu saja dia bisa memahamiku. Dia mengenalku bahkan sebelum aku membuat debutku.

Sagiri melipat tangannya, dan berkata dengan nada yang serius:

"Kita tidak perlu terlalu memikirkan nama anak-anak kita, untuk sekarang, aku -"

Mendadak, wajah Sagiri sangat memerah.

"Kau, kau, tipuan seperti apa yang kau gunakan padaku ~~~~~~~~~!!!!!!!"

Idiot! Mesum! Hentai! Sagiri terus memukulku. Itu tidak sakit, tapi aku merasa hatiku seperti sedang sekarat.



"Sekarang giliranku."

Sampai Sagiri tenang, aku diusir dari kamarnya. Yang tadi adalah email yang dia kirimkan padaku.

"Ok, baiklah!"

Jawabku. Kemudian dia melempar bom ini padaku:

"Kalau begitu ayo kita kencan."

"................"

Aku gemetar sampai ke pusat tubuh karena maksud ganda kalimat itu.

Pertama, karena "aku pergi kencan dengan perempuan yang kusuka."

Dan kedua -

"Kau akan pergi keluar?" Teriakku menuju kamar.

Email balasan seketika muncul:

"Tidak, aku tidak keluar."

Sudah kuduga.

Eto, lalu...bagaimana dia akan pergi kencannya?

Setelah aku meng-email-nya pertanyaanku -

"Aku punya cara untuk kencan tanpa pergi keluar. Aku punya rencana."

"Begitukah...?"

Aku harap dia memang punya rencana...

"Kau hanya perlu melakukan sesuai perintahku Masamune!" Ucapnya dengan percaya diri.

Aku mempunyai perasaan bahwa semenjak kita mulai berpacaran, dia akan selalu mendominasiku.

"Hari ini hari liburmu, kan?"

"Iya...?" Jawabku.

"Mulai besok, kau mungkin tidak bisa mengambil hari libur untuk beberapa bulan."

Aku pikir aku masih bisa meminta libur satu atau dua hari, tapi untuk mendapatkan hari bagi kita bersama, pasti butuh kita berdua untuk menyelesaikan pekerjaan kita masing-masing.

"Kalau begitu ayo kencan hari ini."

Dengan *krekk*, pintunya terbuka. Kemudian, Sagiri muncul dengan pakaian baru.

"Maaf membuatmu menunggu."

Tepat seperti yang pasti dikatakan seorang pacar.

Dia mengenakan pakaian musim panas. Mataku tertuju pada bahunya yang terbuka dan leher putih mulusnya.

"...Ini...ini?"

"Sungguh...bukankah aku bilang kalau kita akan berkencan?"

Jadi aku ganti baju - mungkin maksudnya seperti itu.

Sagiri berbicara sambil malu-malu:

"...Ma, Masamune...gimana ini... kelihatannya?"

"Ah... sangat imut. Itu cocok."

Sagiri terlihat sangat imut mengenakan pakaian baru, ditambah wajahnya yang malu-malu membuatku tertegun. Tapi entah kenapa, pujianku tidak terlihat membuatnya senang.

Dia mengangkat kepalanya:

"...Masamune, kau pasti bilang itu tidak peduli apa yang aku pakai, iya kan?"

"Tidak, tapi...aku harus bilang apa lagi? Bagaimana kalau 「 pundakmu terlihat lezat 」?"

"Ke, kemana kau melihat? Aku tidak percaya! Kau seorang penulis light novel, tapi kau tidak bisa memikirkan kata-kata yang lebih berwarna?"

"Kuh...."

"Tidak bisa bilang yang lain?"

"Guh.... !"

Oke, aku akan melakukannya!

"Oke...jangan remehken seorang penulis light novel! Aku akan menggunakan seluruh skill menulisku untuk mendeskripsikan seberapa imutnya dirimu!"

Setelah mengatakan itu..

"Yah, aku ingin seperti itu, tapi tidak bisa. Bahkan Senjyu Muramasa-sensei tidak bisa mendeskripsikan orang paling imut di dunia."

Ah ~ aku menghela nafas dan menjatuhkan kepalaku. Tapi ketika melihat kedepan, Sagiri terlihat sangat malu. Tangannya bergetar.

"Uuuuuuuuu ~~~~~"

"Ada yang salah?"

"Gatau!!"

Dia berbalik dan berjalan kembali ke kamarnya. Dengan cepat aku mengikuti.

Setelah menutup pintu, pacarku melipat kedua tangannya sambil marah-marah dan menatap tajam padaku.

"Jadi... ayo kencan."

"Tentu..."

Karena dia sangat menyeramkan, aku menyetujui tanpa perlawanan.

"Apa tepatnya yang kau pikirkan ketika membicarakan tentang kencan? Tolong berikan jawabanmu, penulis light novel komedi romantis Izumi Masamune-sensei."

Seperti seorang MC, Sagiri mendorong topiknya padaku. Aku tertangkap basah.

"Eto... Ciuman?"

Sagiri tersipu, gemetaran.

"Nii...Nii-san, kau hanya bisa memikirkan hal-hal yang mesum?"

Sekarang "Nii-san" lagi. Dia mungkin sudah terbiasa dengan itu.

"Mau gimana lagi! Ini pertama kalinya dalam hidupku aku kencan dengan pacarku! Bahkan karakter utama Sekaimo hanya sedikit melakukan hal-hal yang ecchi!"

"Tapi orang itu memikirkan adik perempuannya!"

"Aku hanya ingin adik perempuanku!"

"Jangan katakan itu dengan ekspresi bangga! Mesum!"

Aku pikir kita berdua telah saling salah memahami satu sama lain -

"Itu bukan maksudku! Apa yang ingin kukatakan adalah kalau aku bahkan jauh lebih jujur pada pacarku ketimbang karakter utama di ceritaku!"

"Apa kau serius membandingkan dirimu dengan karakter light novel?"

"Kuh...!"

Hal pertama kali yang kita lakukan setelah menjadi pasangan adalah berdebat.

"Jadi, menurut pendapatmu, apa yang kau pikirkan ketika membicarakan tentang kencan? Tolong berikan jawabanmu, spesialis ilustrasi erotis, sang ilustrator Eromanga-sensei!"

"Aku tidak tahu siapapun dengan nama itu!"

"Yeah yeah - jadi, apa jawabanmu?"

"Kuh...baiklah."

Sagiri membusungkan dadanya percaya diri. Aku penasaran jawabannya akan seperti apa.

Dia menjilat bibirnya, dan berkata:

"Aku akan menyuruh pacarku telanjang."

"Kau hanya bisa memikirkan hal-hal yang mesum?"

Memang hebat Eromanga-sensei!!

"Tidak!!"

Aku mengira dia akan tersipu dan menyangkalnya sambil marah-marah, tapi tak disangka, Sagiri dengan tenang mengatakan pendapatnya. Dia membuat sinyal tangan "semuanya tenang", berkata:

"Itu bukan sesuatu yang mesum...jika kita kencan, tentu saja aku akan mengurusi pakaian pacarku... Jadi seorang perempuan dapat menelanjangi pacarnya untuk melakukan apapun yang dia inginkan."

"Jangan mengatakan sesuatu yang sangat konyol dengan nada tenang seperti itu!"

Itu sudah pasti bukan sesuatu yang dikatakan perempuan. Selain itu, jika posisi kita dibalik, aku akan dihujat. Sangat tidak adil!

"Fufufu...!"

Nafas Sagiri menjadi lebih cepat.

"Itulah kenapa, Nii-san, kau harus telanjang. Sekarang. Supaya aku bisa melihat seluruh tubuhmu untuk menggambar ilustrasiku!"

"Sa..Sagiri...apa kau hanya tertarik pada tubuhku?"

Menakutkan, aku menggunakan tanganku untuk menutupi tubuhku. Aku tidak pernah mengira suatu hari aku akan mengatakan kalimat itu.

"Ah ~ kau selalu berbicara dengan cara erotis seperti itu ~ Masamune orang mesum."

"Kau tidak berhak mengatakan itu! Tidak berhak, kau dengar?"

Sagiri membuat *yahh* yang imut dan maju mendekatiku. Aku menggunakan tanganku untuk menahan keningnya, dan berkata:

"Meskipun apa yang kau katakan itu benar, bagian ini seharusnya dilakukan di akhir kencan! Tidak mungkin aku bisa telanjang di awal-awal kencan pertama kita!"

"Kuh...!"

Sagiri berhenti. Dia setengah selesai melepaskan sabukku.

"Kau benar."

"Ya kan?"

Phew, selamat.

Aku kabur dari Sagiri, mengencangkan sabukku, dan berkata:

"Apa lagi yang ingin kau lakukan? Selain dari menelanjangi pacarmu, maksudku."

Sebagai pacarnya, seharusnya aku tidak perlu mengatakan itu padanya.

Dan kenapa sang pacar - Sagiri - yang membuat rencananya? Biasanya itu peran sang pacar laki-laki. Aku tidak percaya.

Sagiri berpikir sebentar kemudian mengangkat jarinya.

"Bagaimana kalau.... jalan-jalan."



Jadi, sudah diputuskan

Jalan-jalan dan berbelanja - itu strategi umum berkencan. Tapi tentu saja Sagiri tidak bisa pergi keluar.

"Sini duduk di sebelahku, Masamune."

"Tentu."

Ketika Sagiri berkata "jalan-jalan" dia maksudnya "belanja online". Oleh karena itu, kita membuka laptop miliknya dan mulai memeriksa internet.

Terkadang, bahu kami bersentuhan...rasanya tidak buruk...kencan yang baik sejauh ini.

"Hari ini...mari kita cari pakaian untuk Masamune."

"Aku? Bukan kamu?"

Biasanya, selama kencan, pasangan akan pergi mencari pakaian untuk perempuan dan laki-laki yang akan membayar, kan?

"Um, aku akan memilih pakaian untukmu," kata Sagiri sambil tersenyum

"Kau tidak usah melakukan itu."

“Tidak apa-apa, ini hadiah dariku. Karena ini kencan pertama kita!"

"Be, begitukah?"

Sialan.

Apa apaan?

Pertama dia membuat rencana, dan sekarang dia memimpinku...

"Aku pikir ini cocok untukmu, Masamune."

"Benarkah?"

"Kau akan terlihat sangat tampan jika kau memakai ini."

Dia memberiku hadiah...dan dia juga memujiku. Hari ini Sagiri-nee-chan sangat keren.

Aku seorang laki-laki, tetapi jantungku berdetak kencang.

"Lihat ini ~"

Sagiri mengeluarkan buku gambarnya dan dengan cepat menggambarku memakai pakaian yang baru saja dia pilih.

"Kau akan terlihat seperti ini. Jika kita memesan sekarang, itu akan tiba besok - aku bisa melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."

"Tentu...mengerti. Tetapi kau tampaknya sangat mahir dalam memesan online… ya, itu seharusnya sudah diduga."

“Serahkan saja padaku! aku sudah terbiasa dengan itu!"

"Kau...sangat bisa dipercaya...ahaha!" Aku tertawa

"Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?"

"Tidak ada - aku hanya merasa senang."

Kami hanya duduk bersama, mengapa aku merasa sangat bahagia?

Mengapa jantungku berdegup kencang?

Mungkin...ini hanya cara kita melaju.

"Ini baru permulaan...tapi aku pikir kencan itu seharusnya memang begini."

Tidak peduli apa yang kau pilih untuk dilakukan, selama kau bersama.

“…… ..”

Tiba-tiba, Sagiri menyodok perutku. Aku membalas budi dan bertanya apa yang dia inginkan.

"Siapa tahu"? Dia berbalik.

"Baik, giliranku sekarang?"

"Giliranmu?"

"Giliranku untuk memilih pakaian untukmu - untuk merayakan kencan pertama kita."

"Ah? Berdasarkan seleramu, Masamune?"

"Kau keberatan?"

"Ya, karena Izumi-sensei selalu membuat pemeran utama perempuanmu mengenakan pakaian yang membosankan."

"Hei, tunggu sebentar! Apa kau benar-benar berpikir seperti itu? Ini pertama kalinya aku mendengarnya!"

"Setiap saat, imajinasiku lah yang membantumu menciptakan pakaian imut."

“Kau bisa membicarakannya denganku langsung! Aku selalu mengira kalau Eromanga-sensei tidak benar-benar membaca deskripsiku!"

Ketika itu terjadi, aku harus mengubah deskripsi pakaian agar sesuai dengan ilustrasinya.

...Tapi hasil akhirnya adalah karakterku memakai pakaian imut, jadi aku membiarkannya saja.

"Ngomong-ngomong, jadi...Bagaimana kalau kau memilih pakaian dan aku yang membayarnya?"

“Um, kedengarannya bagus. Ada situs web yang sering aku kunjungi, ayo kita coba."

Sagiri menunjuk ke depan. Meskipun kita tidak meninggalkan ruangan, aku bersenang-senang.

Dan begitulah kencan pertama kami...

Sagiri menghela nafas:

"Kita tidak bisa melakukan semuanya."

"Tentu saja. Jika kita melakukannya, itu akan sangat canggung."

Karena kita tinggal bersama.

"Eto...yeah, kurasa kau ada benarnya."

"Aku mengalami hari yang indah."

"Senang mendengarnya."

"Aku harus kembali bekerja besok - terima kasih untuk beberapa hari terakhir ini, aku merasa seperti semangat lagi."

"...Jangan memaksakan dirimu terlalu keras."

"Aku tahu."

Aku bukan satu-satunya yang sibuk. Sagiri juga bekerja.

Dia berkata:

"Jangan merasa percaya diri hanya karena impian kita hampir tiba atau karena kau punya pacar."

Mendengar peringatannya, aku tertawa:

"Mustahil bagiku untuk tidak merasa percaya diri."

"Sungguh…"

"Tapi aku akan berusaha."

Itu akan menyenangkan.

Karena percakapan kami, kekhawatiran kami tersingkirkan.

"Setelah pekerjaan kita selesai, aku punya sesuatu untuk ditanyakan padamu."

"Padaku?"

Sagiri menunjuk dirinya sendiri sambil tampak bingung. Aku mengangguk.

"Iya. aku berencana menanyakan ini setelah mimpi kita menjadi kenyataan bersamaan dengan lamaranku. Tapi aku pikir aku bisa mewujudkannya lebih awal."

"Um."

Mendengar aku menyebutkan lamaran membuat Sagiri tersipu.

"Aku benar-benar ingin menanyakan ini padamu."

"...Ketika kau mengatakannya seperti itu, aku tidak ingin mendengarnya lagi."

“Ahahaha, benarkah? Tapi tolong dengarkan. Meskipun aku akan menyerah jika kau berkata begitu."

"Baiklah...jadi, apa yang ingin kau tanyakan padaku?"

Mencurigakan - mata Sagiri mengatakan itu.

Dan aku memberitahunya:

"Aku harus mengatakan ini sebelumnya: ini sama pentingnya dengan lamaranku."