Aku, Izumi Masamune bukanlah seseorang yang terlalu khawatiran.

Kalian mungkin berkata kalau aku adalah seorang yang idiot atau optimistis, tapi tidak - keduanya salah.

Ini bukan seperti aku melakukan banyak hal yang luar biasa dan tidak memperdulikan tentang detail-detail kecil itu lagi. Hanya saja setelah bertemu sesuatu yang buruk, aku punya kebiasaan berhenti memikirkannya setelah waktu berlalu.

Tidak peduli tentang masa lalu dan fokus dengan apa yang ada di depanku saat ini ... Aku punya kebiasaan itu,

Ketika ayahku meninggal, aku masih kecil. Ada banyak hal yang harus aku pelajari meski aku tidak ingin. Mungkin karena aku telah berinteraksi dengan orang-orang dewasa terlalu dini yang membuatku menjadi seperti ini.

Pokoknya, aku tidak peduli jika kalian menyebutnya itu bagus atau buruk, tapi aku adalah seorang yang realistis.

Aku bisa dengan mudahnya menyerah terhadap hal yang aku anggap mustahil, seperti seorang anak yang sedang mencoba jadi orang dewasa.

Perempuan-perempuan di sekitarku pun mengkritikku, memanggilku "seorang pemeran utama light novel". Tapi aku sendiri tidak berpikir aku punya kualitas apapun untuk menjadi pemeran utama.

Sungguh, aku berada di tengah-tengah segalanya.





"Umm...."

Hari ini, aku punya masalah yang langka. Aku sedang bersembunyi di dalam kamarku, kesulitan.

Sekarang bulan Juli. Di luar jendela, hujannya sudah berhenti, langitnya menjadi cerah. Ini kesempatan yang bagus untuk menjernihkan pikiranku.

- Aku menyukaimu.

- Masamune, aku sangat menyukaimu.

- Aku tolak.

- Karena aku sudah punya seseorang yang aku sukai

Kata-kata itu terus berulang-ulang di dalam kepalaku.

"Ughh....."

Aku punya seseorang yang aku sukai.

Aku ditolak olehnya, tapi perasaanku tidak berubah. Itu masih disini.

Itulah kenapa aku tidak berpacaran dengan siapapun. Meskipun aku pasti tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk gadis-gadis imut seperti mereka menyukaiku lagi.

Meskipun begitu jawabanku tidak akan berubah.

"Tapi tetap saja -"

- Aku punya seseorang yang aku sukai.

Orang-orang bilang "pernyataan cinta" adalah klimaks ceritanya, sebuah titik balik dimana ditentukannya kemenangan dan kekalahan.

Aku juga berpikir itu benar. Tapi tidak, realitas tidaklah seperti itu.

Itu adalah pelajaran yang Elf dan Muramasa-senpai ajarkan padaku.

Ungkapkan perasaanmu kemudian berpacaran dengan mereka atau ditolak -

".... Tapi hal itu bukanlah akhirnya."

Meskipun mimpi menjadi kenyataan dan cinta bermekaran atau mimpi menjadi hancur dan ditolak, kehidupan terus berlanjut.

Selama kau masih hidup, maka kehidupan akan berlanjut tidak peduli apa yang terjadi. Kesenangan dan kesedihan. Tertawa dan menangis. Bertemu dan berpisah. Semuanya akan berlanjut.

Meskipun kehidupan mempunyai banyak hal yang tak bisa diubah.

"Tetapi meskipun mereka ingin melakukannya lagi.... itu tidak masalah."

Di masa lalu, aku tidak pernah mempunyai pikiran seperti ini.

- Sebelum mimpi Izumi bersaudara menjadi kenyataan, aku akan menjadi pemenangnya.

- Ini bukanlah alasan untuk tidak bertarung.

Mereka mengakuinya dan kalah. Sama sepertiku, mereka ditolak.

Tapi mereka akan melakukannya lagi.

Mereka akan terus mengatakan kalau mereka menyukaiku.

Yang satu masih berpikir kalau dia bisa menang. Masih berusaha semaksimal mungkin menemukan cara menuju kemenangan.

Yang satu mengatakannya dengan tegas, berkata bahwa musuh yang lemah itu terlalu membosankan.

Mereka berdua menunjukkan keberanian mereka -

"Dan aku?"

Saat aku ditolak oleh seseorang yang aku sukai -

Aku pikir ini sudah cukup.

Karena kita bersaudara.

Aku memutuskan untuk menjadi keluarganya - aku pikir ini cukup.

"Sungguh kebohongan yang besar."

Dadaku sakit adalah buktinya.

Aku ingin keluarga. Aku ingin Sagiri untuk menjadi keluargaku. Aku tidak ingin sendirian lagi - apa yang kukatakan sebelumnya bukanlah sebuah kebohongan.

Tapi itu bukan berarti aku bahagia hanya dengan itu saja.

Aku tidak puas dengan pilihanku sendiri.

Aku tidak punya keberanian seperti Elf atau Muramasa-senpai, aku hanya berbohong dengan cara bermain aman.

Hal itulah yang akhirnya kupahami:

"Yosh."

Aku harus bertindak.

Aku pergi menuju kamar terkunci di lantai dua, mengetuk pintunya.

*Tok. Tok*

Sudah berapa kali aku melakukan ini setelah bertemu dengan Sagiri lagi?

Di masa lalu, tidak ada yang terjadi tak peduli seberapa kerasnya aku mencoba. Tapi sekarang...

"Nii-san, ada apa?"

Dia akan menjawabku. Fakta sederhana ini membuatku senang.

Aku berkata pada Sagiri:

"Yah, Sagiri. Setahun yang lalu.... kau bilang...kau punya seseorang yang kau sukai, bukan?"

"Iya."

Topik yang mendadak ini membuat Sagiri kebingungan.

"...Seperti apa orang itu? Apa aku mengenalnya?"

"...Kenapa...?"

"Huh?"

".... Kenapa.... kakak..... menanyakan ini sekarang.......?"

"Karena seorang kakak laki-laki khawatir terhadap - tidak, itu tidak benar."

Bertanya padanya seperti ini tidak akan berhasil. Aku pun batuk, berusaha menyembunyikan rasa maluku.

"Tentu saja karena aku ingin bertemu dengannya. Karena aku menyukaimu."

"...Ah...um...."

Sagiri melihat kebawah, tersipu malu.

"A, apa yang kakak bicarakan!?"

"Aku sudah merubah perasaanku, jadi aku tidak akan berbohong lagi."

Aku memegang dadaku. Hatiku berdebar-debar seperti ingin meledak.

"Sagiri."

".... Iya?" Jawabnya, sedikit gugup.

"Ini akan butuh waktu yang lama...tapi setelah mimpi kita menjadi nyata, aku punya sesuatu yang ingin aku katakan padamu - itu saja untuk sekarang. Maaf telah membuatmu cemas."

"........ Tentu."

Dia melihatku, matanya dipenuhi dengan kegembiraan.

Hanya melihat wajahnya saja membuatku ingin lebih melindunginya. Aku tidak ingin menyerahkan dia pada siapapun.

Aku tidak berbohong ketika aku bilang aku ingin menjadi saudara yang normal dengan Sagiri.

Jauh dalam diriku, itu memang benar kalau aku menginginkan keluarga.

Itu tidak bohong, tapi masih ada lagi. Ada sebuah hubungan yang lebih aku inginkan.

Elf sudah memberitahuku lebih dari sekali kalau aku hanya menginginkan hal yang kecil. Bagiku, menyelesaikan semua masalahku berarti kebahagiaan.

Setelah mimpiku menjadi nyata, aku ingin memberitahu ini pada seseorang yang kusukai. Aku harus berusaha lebih keras, sehingga dia bisa menerimaku.

"....Tunggu, Nii-san."

Sebelum aku hendak pergi, dia memanggilku. Aku berbalik dan melihat dia sedang melihatku lewat celah pintu.

"Aku...aku...."

"Iya?"

"Aku...orang yang aku sukai...."

“———————“

Aku menatapnya, menunggu kata-kata selanjutnya.

"Ketika mimpi kita sudah menjadi nyata........... Aku akan memperkenalkannya padamu."

"!...Begitu."

Itulah mengapa aku harus berusaha lebih keras.

Aku telah memutuskan. Meskipun aku seorang underdog, itu bukan berarti aku dapat menyerah.

Seseorang yang tidak dapat mengatakan perasaannya tidak punya hak untuk menjadi pemenang dalam cinta.

"Sagiri."

"I, iya?"

"Aku akan menang melawan orang itu."



Namun -

Aku pikir mimpi kita hanya akan menjadi nyata di masa depan.

Tapi hanya beberapa hari saja dan perusahaan penerbit sudah memanggilku. Ruang rapat nya berada di lantai atas, dimana biasanya rapat yang normal tidak akan pernah dilakukan disitu.

"Mereka memintaku datang kesini.... kenapa?"

Aku tidak tahu apapun. Hari ini hari Sabtu, jadi aku tidak bertemu siapapun saat kesini. Aku berjalan sampai ujung koridor dan berhenti di pintu masuk aula. Ini tempat yang benarnya.

...Sudah ada banyak orang di dalam. Itu pasti Kagurazaka-san...ya kan?

"Ini Izumi."

Aku mengetuk pintunya. Seseorang menjawab:

"Silahkan masuk, Izumi-sensei."

"Iya."

Aku memutar gagang pintunya.

" -Eh?"

Ada meja berwarna putih, yang panjang di dalam. Ada seseorang yang lain di dekatnya, bukan hanya Kagurazaka-san. Mereka semua melihatku dengan seksama.

"Ka, Kagurazaka-san...ini?"

Aku terdiam membeku di tempat. Aku memang sudah bertanya pada editorku, tapi dia hanya duduk tak bergerak dan melihatku sambil diam.

Seorang perempuan dengan kacamata bundar di depanku menjawab menggantikan Kagurazaka-san. Dia bahkan terlihat lebih muda dariku. Diantara para orang dewasa disini, hanya dia yang memiliki cahaya yang unik.

"Senang bertemu denganmu, Izumi Masamune-sensei."

"Selamat, novelmu Adik Perempuan Paling Imut di Dunia akan diadaptasi menjadi anime."

"Setelah cerita kita dibuat menjadi anime."

"Aku akan membawa adik perempuanku ke ruang keluarga dan kita menonton animenya bersama."

Aku akan mewujudkan mimpi ini.

Dan setelah itu -

Aku akan melamar seseorang yang aku sukai.