Part 1

Kami menunggu Muramasa-senpai di ruang keluarga.

"Phew.... Aku sangat gugup."

Akhirnya aku bisa santai.

"Aku pikir aku akan mati."

"Ha, kau beruntung dia tidak mengambil pedang dan menebasmu saat itu juga."

"Jangan bercanda seperti itu!"

Itulah kenapa orang-orang suka bilang perempuan sama berbahayanya dengan tebasan pedang.

Suara Sagiri datang dari tablet:

"Jadi...Hana-chan, yah."

"Dia memberitahu kita nama aslinya."

"Tepat seperti prediksiku, namanya imut."

"Jadi...harus kita panggil apa dia dari sekarang?"

"Hana-chan saja. Aku yakin dia pasti akan malu."

"Jangan lakukan itu. Kasihanilah dia."

"Hoh ~?"

Selain teman yang sangat dekat - biasanya, teman daring hanya menggunakan nickname atau penname ketika mereka bertemu - menggunakan nama asli itu memalukan.

Akan tetapi, karena penname ku adalah nama asliku, aku tidak terlalu peduli dengan masalah ini.

Elf merendahkan nada suaranya, seperti sedang ingin merubah subjek pembicaraan "Yah...kalian tahu"

"Masamune, Sagiri...aku ...ingat sesuatu yang sangat penting."

"Huh?"

"Apa itu?"

"....Kalian, lihatlah rak buku ini." Dia menunjuk ke arah rak buku yang berada di dekat dinding.

"Apa ada yang istimewa disitu?"

"Tidak bisakah kalian melihatnya?"

Ada apa? Aku tidak melihat ada yang luar biasa.

"Nii-san, aku tidak bisa melihat apapun."

"Oke..."

Aku mendekatkan tabletnya.

"Huh?"

"Ah..." *2

Kita berdua pun sadar.

Kita melihat "nama penulis" dari buku-buku bersampul tebal itu. Semuanya ditulis oleh penulis yang sama.

Disitu jelas tertulis : Penulis - Umenozo Rintarou.

"Bukankah itu sangat terkenal? Tunggu, Umenozo? Jangan-jangan..."

"Itu benar..."

Elf pergi ke sisiku, mengkonfirmasi apa yang baru saja aku sadari. Sagiri juga bilang:

"Nii-san, Elf-chan...aku baru saja searching fotonya di Internet. Lihatlah."

Dia memperlihatkan fotonya.

"Itu memang dia!"

"Sudah kuduga!"

Baik aku maupun Elf melihat foto Umenozo Rintarou. Meskipun orang yang ada di gambar ini lebih muda dari yang aslinya, kita semua tahu kalau hanya dengan menambahkan kimono, dia akan terlihat persis seperti ayahnya Muramasa-senpai.

"Jadi - penulis hebat Senjyu Muramasa adalah putri dari penulis hebat Umenozo Rintarou?"

"Hoh, jadi mereka berdua penulis." Ef menambahkan.

"Mengejutkan." Kataku sambil mengambil bukunya.

"Nii-san, kau pernah membaca bukunya?"

"Iya. Bukunya bukanlah tipeku, tapi aku tahu semua bukunya sangatlah terkenal."

Aku menjelaskan sedikit tentang Umenozo Rintarou pada Sagiri. Karena memberitahu semuanya akan membutuhkan waktu yang lama, jadi aku harus menyingkatnya.

"- Bagaimanapun, perasaan ini telah menyatu dengan wawancara manapun." (note: saya tidak mengerti dengan konteks yang sedang dia bicarakan disini. dan ini adalah tebakan terbaik saya)

"Jadi dia itu jago?"

"Tentu saja."

Walaupun light novel dan buku sampul tebal itu berbeda - Senjyu Muramasa tidak berada di bawah Umenozo Rintarou, keduanya sangat terkenal.

"Jadi...apa bukunya bagus?"

"Tidak, itu membosankan."

Itu bukan aku. Ada seseorang yang menjawabnya dengan nada lelah.

"Muramasa-senpai."

"Maaf membuat kalian menunggu."

Dia memasuki ruangan keluarga dan berhenti di sebelahku, matanya fokus pada buku yang ada di tanganku.

"Buku ayahku sangat membosankan. Setidaknya aku pikir begitu."

"............."

Yup, itu menjelaskan mengapa ia menulis ceritanya sendiri untuk dibaca - karena dia tidak dapat menemukan buku yang bagus.

"Aku hanya menyukai buku Masamune."

Wow...mengatakan itu dengan wajah tanpa berdosa...Aku merasa tersanjung.

"...Meskipun kata-katamu membuatku senang...tolong, aku mohon, jangan pernah katakan itu pada ayahmu."

"Tapi aku sudah memberitahunya."

"Tidak heran dia kejam padaku!"

"Jadi alasan kita hampir diusir adalah Nii-san!"

"...Iya, kedengarannya benar."

Hm, kalau dipikir-pikir, saat tadi pertama kali bertemu, ayahnya Muramasa-senpai sudah terlihat aneh.

Tapi dia menggelengkan kepalanya.

"Bukan, bukan. Itu tidak ada hubungannya dengan novel favoritku. Ayah cuman tidak ingin bertemu seseorang dengan perusahaan penerbit."

"Kenapa?"

"Sepertinya ayah tidak ingin aku jadi seorang penulis."

"Tapi kau sudah jadi penulis."

"Aku juga tidak berkeinginan untuk menyerah..."

Karena novelnya sudah lama dipublikasikan, Muramasa-senpai sudah jadi seorang penulis.

"Kelihatannya ayahku khawatir akan sesuatu..."

"Ahhh - " *3

Selain Muramasa-senpai, semua orang langsung mengetahuinya.

"Mengingat betapa fokusnya dirimu saat sedang menulis, tentu saja keluargamu akan khawatir."

"Dia pasti sangat khawatir. Dia tidak ingin melihatmu melupakan segala sesuatunya demi menulis, jadi dia mencoba menjauhkanmu dari perusahaan penerbit."

"Jadi...Nii-san adalah virus mematikan untuk Muramasa-chan."

Jangan mengatakannya seperti itu!? Kenapa kau membuatku jadi seperti seorang kriminal?

"Aku jadi berpikir, mengingat seperti apa keluargamu itu, aku penasaran Kagurazaka-san bisa meyakinkanmu untuk menerbitkan novel pertamamu."

Bagaimana caranya dia meyakinkan ayahnya Muramasa-senpai?

"Dulu, ayahku tidak seperti itu."

"Mungkin karena dia belum tahu tentang situasimu."

"Mungkin. Selain itu, Kagura..... zaka-san...."

Hey, kau baru saja melupakan namanya, bukan?

"Dia...nampaknya dia adalah putri dari penyelamat ayahku."

"Huh? Aslinya?"

"Iya...jadi ayahku ramah terhadapnya."

"Aku mengerti. Semuanya sudah jelas sekarang."

Aku sama sekali tidak yakin maksud dari kalimat ini. Tebakan terbaikku yaitu: Sekarang aku mengerti mengapa dia masih baik-baik saja setelah memanjat ke dalam rumah ini lebih dari sekali!

"Editor lain manapun dan ayahku pasti akan mengeluarkan pedangnya."

Aku tidak tahu dia sedang bercanda atau tidak, tapi itu menakutkan.

"Hm, kalau seperti itu, aku ragu ayahmu akan setuju dengan alasan kita datang kesini."

"Alasan?" Muramasa-senpai memiringkan kepalanya.

"Sudah kubilang tadi, aku datang untuk mengambil naskahmu."

"Ah! Itu!"

"Benar. Kita tidak kesini untuk bermain."

"Tunggu sebentar, Elf. Bukankah kau bilang hal ini menarik sebelum berpihak padaku?"

"Sungguh? Siapa peduli?" Kata Elf, sebelum mendorong jarinya menuju Muramasa-senpai: "Kenapa kau tidak memberikan naskahmu padanya?"

"Karena aku marah padanya."

Jadi ini salahnya Kagurazaka-san.

Elf melanjutkan:

"Alasannya?"

"..... Karena dia memaksaku."

"Memaksa? Kamu?"

"............... Artikel itu di majalah... tentang menulis novel berantai...."

"Novel berantai?" Aku berpikir "Maksudmu...yang ada akunya ambil bagian disitu...novel yang ditulis oleh banyak penulis?"

"Iya."

Kagurazaka-san memberitahuku hal itu beberapa hari yang lalu.

"Jadi, kau tidak akan mengikutinya, bukan?"

"...Iya. Aku bahkan tidak tahu itu sebelum membaca majalahnya."

Tentu saja. Kagurazaka-san tahu kamu tidak akan mengikutinya, jadi dia tidak bertanya padamu. Jadi kenapa kamu marah?

"Jadi bagaimana?"

Tepat setelah aku bertanya, Muramasa-senpai menggerutu:

"...............Aku membencinya."

"Tepatnya apa yang kau benci?"

"Semuanya."

"Itu tidak menjelaskan apapun untukku."

"Tolong lebih spesifik."

"Aku benci dengan kau mengikuti acara ini. Aku tidak ingin kamu bergabung, meskipun hal itu tidak ada hubungannya denganku. Aku benci novel berantai, aku tidak ingin bergabung, aku tidak ingin melihat novel berantai itu ada!"

Alasan macam apa itu?

"Sudah kuduga, Masamune adalah pelakunya."

Elf terlihat seperti dia sudah mengerti akan hal ini.

"Apa maksudmu, sudah kuduga?"

"Hanya kau satu-satunya yang bisa membuat Hana-chan semarah ini."

"Tidak tidak, jangan panggil aku Hana-chan!!"

Muramasa-senpai dengan cepat menolaknya. Sepertinya dia masih marah.

"Jadi, pada dasarnya, itu kaya gini..." Kata Elf, sambil mengangkat jarinya:

"Muramasa tidak mengirim naskahnya karena dia marah dengan departemen editor."

"Alasannya karena Izumi Masamune ikut ambil bagian dalam acara novel berantai ini."

"Dia marah karena dia tidak diundang ke acara yang diikuti penulis favoritnya."

"Biasanya, Muramasa membenci semua macam acara."

"Jadi dia tidak ingin pergi ke acara manapun."

"Iya, kaya gitu."

"Sungguh keterlaluan."

Sagiri menarik kesimpulan menggantikan kita.

Muramasa-senpai berkedip-kedip:

"Huh? Apa maksudmu, keterlaluan?"

"Kau sungguh benar-benar tidak bisa dipercaya."

Jadinya Kagurazaka-san tidak melakukan kesalahan apapun.

Muramasa-senpai tidak ingin ikut, tapi dia marah karena dia tidak diundang. Jadi apa yang kamu inginkan?

"Dan kenapa kamu membenci novel berantai?"

Itu menyenangkan! Semua orang ikut membantu bersama!

Mendengar pertanyaan itu, Muramasa-senpai mengerutkan alisnya.

"Novel adala sesuatu yang aku tulis sendiri. Jika aku ikut bergabung dengan orang lain, itu akan jadi sampah."

"Bagaimana bisa kau seyakin itu?"

"Senpai, mengapa kamu sangat negatif?"

"Kenapa juga aku harus bergabung dengan seseorang yang akan menjatuhkanku? Dibandingkan dengan novel berantai, novelku jauh lebih baik."

Kau sungguh percaya diri.

Aku tidak sepenuhnya setuju, tapi perkataannya itu benar.

"Dengar, Masamune. Semakin banyak orang yang menulis sesuatu, semakin besar kemungkinannya itu akan jadi sampah. Aku yakin itu. Ini adalah kebenaran yang sederhana."

"Pasti ada pengecualian."

"Tidak. Contohnya, manga dari Sekaimo, jika ada seseorang yang bisa melakukan suatu hal yang tidak bisa penulis aslinya lakukan maka itu bagus."

Itu benar. Berkat bantuan Army-sensei dan Eromanga-sensei aku bisa mempunyai ilustrasi yang bernilai.

Tapi itu artinya Muramasa-senpai mengakui Army-sensei. Meskipun dulu mereka pernah berdebat.

Dia melanjutkan, dengan sedikit kemarahan di dalam nada suaranya:

"Tapi novel berantai berbeda, tidak ada pengecualian. Semua pesertanya adalah penulis, masing-masing dari mereka punya ceritanya sendiri yang hanya bisa mereka katakan. Itulah kenapa hasilnya tidak akan pernah bagus. Mereka harus mencocokkan diri dengan yang lain. Hanya satu orang tanpa motivasi saja dapat mengacaukan semuanya. Kau tahu, tidak ada novel berantai yang populer."

"Aku tidak setuju dengan pendapat ini. Novel berantai juga punya beberapa cerita yang bagus. Mungkin suatu saat momen-momen brilian dapat muncul."

"Tampaknya kita tidak bisa meraih kesepakatan. Tapi aku yakin kalau aku itu benar."

"Kalau begitu ayo kita coba."

" - Huh?"

Sepertinya dia tidak menduga solusiku.

"Kau bicara banyak, tapi aku yakin kau belum pernah ikut ambil bagian menulis novel berantai sebelumnya, ya kan?"

"Belum. Jadi apa maksudnya?"

"Kalau begitu ayo kita coba. Dengan begitu kau bisa melihat bagaimana menyenangkannya menulis novel berantai."

"...Dengan semua orang yang ada disini?"

Muramasa-senpai melihat ke sekeliling. Aku pun mengangguk.

"Iya - bagaimana denganmu, Elf?"

"Kedengarannya bagus."

"Eromaga-sensei, kau urus ilustrasinya."

"..... Jika Izumi-sensei ikutan.... aku juga ikut...Dan aku tidak tahu siapapun dengan nama itu!"

"Terima kasih kalian berdua. Bagaimana sekarang, Muramasa-senpai?"

"Aku tidak akan merubah pikiranku.... selain itu, aku tidak ingin menjatuhkanmu, Masamune."

"Kenapa sangat serius! Lakukan saja untuk bersenang-senang."

"...... Bagaimana.... bisa kau bersenang-senang saat menulis..."

"Kenapa enggak? Kita tidak akan menulis sesuatu untuk dijual - hanya bersenang-senang."

"...Kalau begitu...aku mengerti, aku akan mencobanya."

Muramasa-senpai tidak terlihat yakin, tapi dia menyetujuinya.

"Bagus ~! Sekarang aku semangat!"

"Aku tidak peduli! Tapi bukankah tiga orang itu terlalu sedikit kecil untuk bermain game ini?"

"Kau benar."

"Kita butuh setidaknya empat orang." Kata Elf sambil mengangkat empat jari.

Jadi -

Saat aku sedang berpikir, Muramasa-senpai berbicara sambil ragu-ragu.

"Tunggu sebentar. Aku akan melakukannya, tapi aku tidak ingin orang lain menjatuhkanku."

"Sungguh, Hana-chan, jadi kau mengakui kalau aku tidak akan menjatuhkanmu kah?"

"Tidak. Kau mengganggu, tapi aku akan mengabaikannya karena kau temanku."

"Oh, aku mengerti!"

Jadi pertemanan mereka itu baik atau buruk?

"Apa sekarang? Tidak mudah menemukan penulis yang diakui Hana-chan..."

"Hm...Muramasa-senpai, kau bilang tadi selama itu adalah teman, kau tidak masalah dengan orang itu, kan?"

"Iya."

"Aku melarangmu memanggil Shidou." Elf memberhentikanku.

"Kenapa?"

"Dia tidak bisa menulis apapun untuk sekarang."

"Ah..."

Dia tidak salah....

"Jadi apa sekarang?"

"Kita sudah punya seseorang. Seseorang yang lebih terkenal dari siapapun disini, seseorang yang dekat dengan Muramasa, orang itu ada disini."

"Huh? Siapa - ah, maksudmu -"

Elf tersenyum lebar kemudian membentuk tangannya menjadi speaker, berteriak:

"Papaaaaaaaaaaaaaa ~~~~~~~~~~~~~~ Kesini sebentar ~~~"

*Ting ting*

"Ada apa?"

"Wow!!!"

Dia muncul dalam sekejap!

"Apa bapak dengar apa yang kita bicarakan?"

"Ya, aku sedang lewat."

Bohong! Bapak pasti sedang menunggu dibelakang pintu itu! Lihatlah seberapa cepatnya bapak muncul!

Rintarou-sensei berkata dengan serius:

".... Dengan kata lain, kalian ingin aku - Umenozo Rintarou - untuk ikut menulis novel berantai dengan penulis light novel seperti kalian, bukan?"

"Iya. Topik utama cerita kami adalah Pertemuan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan."

Elf membusungkan dadanya, berbicara tanpa rasa takut. Tekanan dari ayahnya Masamune-senpai tidak berarti baginya. Tapi aku ragu dia akan setuju...

Akan tetapi, dia mengangguk.

"Tidak masalah."

"Eh?"

"Sungguh?"

"Pa, Papa!"

Apa dia mendengar Elf? Penulis hebat Umenozo Rintarou ikut menulis novel berantai dengan anak-anak, terutama dengan topik utamanya adalah Pertemuan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan.

Apa hal ini sungguh terjadi?

Melihat betapa terkejutnya kita semua, dia bertanya:

"Kalian pikir aku tidak bisa menulisnya?"

".... Tidak...tentu saja tidak...tapi gaya menulis bapak sangat berbeda..."

Menjelaskan light novel akan sangat lama, tapi dalam istilah orang awam, gaya penulisannya yang panjang dan struktur kalimatnya yang teliti tidak cocok dengan kita. Jika dia ikut bergabung - maka hasil akhirnya akan terlihat sangat aneh - sesuatu yang mengerikan pun akan terlahir.

"Jadi apa? Tidak ada yang salah dengan itu, kan? Atau bermain novel berantai tidak sesederhana itu?"

"............."

Dia melihatku.

Itu benar. Tidak ada yang salah dengan itu. Dan jelas hasil akhirnya akan jadi sangat aneh.

Tapi itu tidak masalah,

Itulah kenapa aku memintanya menulis bersama Muramasa-senpai! Tentu saja meminta Umenozo Rintarou secara langung itu sedikit...

Elf memegang bahuku.

"Menyerah saja Masamune. Dia bilang dia ingin bergabung."

Mengapa dia terlihat senang?

"Hahaha, menulis dengan putriku...luar biasa."

Oh baiklah. Lagipula itu bagus. Meskipun menulis dengan ayanya membuat Muramasa-senpai tidak nyaman, tapi dia tidak menolak ide itu.



Kita mulai menulis novel berantai kita di ruang keluarga kediaman Umenozo.

Ada tablet, kursi, laptop siap dipakai, menunggu kita. Wow...apa ini alat dari seorang penulis hebat? Apakah masing-masing dari kita akan bergantian menggunakannya?

Ayahnya Muramasa-senpai yang pertama kali duduk di depan laptop.

"Aku dulu. Tidak ada masalah dengan itu, kan?" Kata Elf.

Aku pikir dia tidak akan mendengarkan pendapat siapapun saat ini. Dan datanglah masalahnya.

"...Eh...Elf...biarkan dia mulai..."

Dia memegang pinggulnya, berkata:

"Biarkan aku menulis pertama!"

"Hm, apa ada masalah jika aku menulis pertama?"

"Posisi itu penting di game semacam ini. Meskipun gaya kita masing-masing tidak akan bisa terhubung dengan baik, aku tidak akan membiarkan seseorang dengan kesempatan tertinggi mengacaukannya mendapatkan giliran pertama."

Apa kau perlu mengatakan itu?

"...... Mengacau....?"

Lihat? Dia jadi speechless.

Rintarou-sensei membeku untuk beberapa detik, kemudian dia tersipu, batuk, dan berkata:

"Saat ini...itu artinya...kalian semua berpikir kalau aku tidak bisa menulis sastra untuk remaja?"

"Iya!" *4

Kita semua setuju.

"................"

Dia menyipitkan matanya, dengan marah berkata:

"A, aku bisa melakukannya!"

"Sungguh? Apa bapak membaca light novel akhir-akhir ini?"

"Um...yang harus aku lakukan hanyalah buka internet dan cek Bagaimana caranya menjadi seorang penulis! Lihat, aku telah berkontribusi banyak pada website ini!"

"Bapak .... tahu caranya buka internet?"

Apa yang sedang bapak lakukan?

Dia membuka website dan memperlihatkannya pada kami. Muramasa-senpai dengan dingin berkata:

"Semenjak novelnya diterbitkan, ayahku jadi seperti ini..."

Ah...Papa hanya ingin memiliki sesuatu untuk dibicarakan dengan putrinya...

"Dia masih penuh dengan semangat. Biarku lihat."

Elf menyela dan melihat ke layar. Dia pun langsung pucat, berkata:

"Wow, rating nya sangat rendah. Jadi di zaman sekarang, kepopuleran Umenozo Rintarou sudah dilupakan?"

"Tidak tidak! Itu adalah kontribusi pertamaku, jadi ada banyak hal yang tidak kupahami! Selanjutnya akan baik-baik saja."

Sungguh alasan yang bodoh. Kesannya telah hancur dimataku.

Rintarou-sensei tetap memegang laptopnya, berkata:

"Pokoknya, aku akan menulis pertama! Aku yang pertama! Tidak ada yabg boleh!"

"Yah, dia memang ayah dari Muramasa-chan."

"A, apa? Aku tidak seperti itu...! Sungguh.... tidak sopan!"

Aku setuju. Kalian berdua sangat mirip. Terutama betapa plin-plannya kalian.

Senpai (masih malu) berusaha menenangkan diri:

"...Dia tidak akan merubah pikiranya kalau sudah begini. Biarkan saja ayahku yang pertama."

"...Tentu."

"Mau gimana lagi."

Baik Elf maupun Sagiri setuju. Aku tidak terlalu peduli.

Pada akhirnya - ini untuk bersenang-senang. Apa yang aku incar adalah "proses saat semuanya mendapat giliran menulis".

"Oke, aku yang pertama. Topiknya adalah Pertemuan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan , bukan?"

Mungin - dia tahu itu juga, dan dengan sengaja memainkan peran badut.

"...Nii-san, aku butuh mempersiapkan ilustrasi. Tanya dia karakternya akan seperti apa."

"Tentu."

Sagiri takut terhadap orang asing, jadi dia bersembunyi untuk sementara. Aku bertanya padanya tentang draf rancangan karakternya -

Hasilnya adalah -

"Draf? Apa itu? Rasanya enak?"

Aku menarik perkataanku sebelumnya. Dia memang seperti ini orangnya.

Umenozo Rintarou duduk dan langsung mulai mengetik. Benar-benar berdeda dengan si gaptek Muramasa-senpai.

Karena dia tidak punya hal yang harus dilakukan, Elf pun bergumam:

"..... Dia menggunakan laptop...aku pikir dia akan jadi seperti penulis dari masa lalu...."

"Aku tidak berpikir orang-orang masih menggunakan pulpen dan kertas untuk menulis, selain Muramasa-senpai."

"Jangan mengatakannya seperti itu, bukan berarti aku tidak bisa menggunakan laptop."

Yeah, kau masih bisa membaca web novelku.

Tiba-tiba Rintarou-sensei berkata:

"Baiklah kalian semua - aku akan upload cerita ini ke cloud server, kalian bisa menggunakan tablet atau smartphone untuk membacanya sekarang."

Rintarou-sensei jago pake teknologi!

Di sisi lain, Muramasa-senpai terhenti, bingung:

"Cloud? Tablet? Masamune, apa yang sedang ayah bicarakan?"

"Siapa yang remaja disini?"

Rintarou-sensei menulis sangat cepat, dan karena kita membacanya lewat cloud server, kita tidak perlu menunggu terlalu lama.

"Tulisan yang bagus. Benar-benar banyak textnya, tapi sekali aku membacanya aku tidak bisa berhenti."

"Kalau begitu mengapa rating kontribusinya sangat rendah?"

"Apa dia melakukan hal yang bodoh di website itu?"

"Dia memang pemula di internet, tapi sangat terkenal di dunia nyata."

"Hey, aku mendengar kalian!"

Wow, pendengaran yang bagus.

"Aku sudah bilang, itu karena aku belum terbiasa dengan website itu! Selama aku tahu bagaimana caranya membuat paragrafku lebih mudah dibaca, menyusun ulang kalimat-kalimatku untuk memperjelas maknanya, itu sangat mudah."

Dia sangat bergairah. Tampaknya pendiriannya itu memang benar.

"Aku sudah punya rencana. Selanjutnya, aku yang akan jadi pemenang."

"Apa yang kau katakan, spesialis web novel Izumi-sensei?"

"Rencananya sudah cukup jauh. Aku pikir selanjutnya dia tidak akan berhasil."

"Bocah! Aya kawani?"

"Ngomong-ngomong, kenapa bapak mencoba web novel ketika bapak sudah jadi penulis hebat?"

Umenozo Rintarou hanya tidak cocok untuk ini.

"Tolong sadar akan image bapak. Bapak sungguh terkenal."

"Itulah apa yang orang lain harapkan dariku, kenapa juga aku harus peduli?"

Dia tetap menulis, tapi dia melihat Muramasa-senpai.

"Novel bukanlah sesuatu yang sangat spesial. Selama kau menikmati membacanya, itu tidak masalah. Aku pikir hal itu adalah yang paling berkesan dalam dunia hiburan. Kau hanya memuaskan ego arogan-mu sendiri jika kau mengejarnya terlalu keras, kalian mengerti? Penulis juga manusia, tidak ada yang istimewa tentang kita. Profesional atau pemula, mahakarya atau sampah, itu hanya dibatasi oleh garis tipis. Selama orang-orang menikmatinya, hal-hal seperti itu tidaklah penting."

Tiba-tiba, dia tersenyum lembut kepada putrinya:

"Jadi tulis saja dengan berpikir jernih. Tidak perlu mengorbankan semuanya untuk menulis."

"Tidak heran cerita ayah membosankan."

Suara Muramasa-senpai sangatlah dingin dan kejam.

Sudut pandang mereka berbeda seperti kapur dan keju. Caranya Muramasa-senpai terlalu keras - sedangkan Rintarou-sensei terlalu lembek - atau apakah itu sesuatu yang ia pelajari setelah bertahun-tahun? (note: jika dua orang seperti kapur dan keju, mereka sangat berbeda satu sama lain. source: Dictionary Cambridge)

Dia adalah seorang penulis, tapi cara ia memikirkan masalah mengenai itu - aku rasa dia tidak terlalu peduli.

Tapi...dia sangat peduli terhadap putrinya.

Melihat putrinya menolak pemikirannya, dia hanya tertawa:

"Selama kau bisa membaca buku yang kau sukai, aku hanya berharap diantara cerita-cerita yang kau sukai, ada sesuatu yang bisa kita baca bersama."



Beberapa saat kemudian -

"Selesai."

Chapter pertama yang ditulis oleh Umenozo Rintarou selesai. Kita menyelesaikannya dengan cepat.

Setelah membacanya, ini adalah reaksi kita:

".... Nii-san, kanji apa ini? Sangat sulit untuk dibaca."

"...Lihat? Membosankan."

Pada dasarnya, Sagiri dan Muramasa-senpai menentangnya. Yah, masalahnya adalah...

Pokoknya, ayo mulai dari awal.



Cerita chapter pertamanya seperti ini -

Ini tentang cerita antara seorang laki-laki normal dan seorang perempuan sakit-sakitan yang bermimpi menjadi seorang seniman.

Mereka teman dekat sejak kecil. Karena tubuh si perempuan itu lemah, dia jarang keluar dan hanya mempunya si laki-laki itu sebagai temannya. Latar belakangnya era Showa. Perempuan itu tinggal di rumah tua dan menulis ceritanya disitu. (note: era Showa : dari 25/12/1926 sampai 7/1/1989)

Ini - ini terasa nyata.

Semakin bertambah umur perempuan itu, semakin ingin dia pergi keluar, semakin ditunjukannya lewat pulpennya.

Di zaman tanpa Internet, satu-satunya orang yang hanya bisa membaca ceritanya adalah teman masa kecilnya.

Laki-laki itu tidak tertarik pada seni, tapi karena cintanya, dengan senang ia membaca ceritanya dan membicarakannya dengannya, membuat sebuah jembatan diantara mereka.

Hal ini terus berlanjut sampai mereka berdua dewasa.

Gairah perempuan itu bahkan lebih panas lagi, terkadang tidak wajar. Laki-laki itu menyadarinya, tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa. Dia tahu kebahagiaan perempuan ini terletak di dalam gaya hidup ini.

Perempuan itu hidup sebahagia mungkin yang ia bisa, sementara laki-laki itu sangat khawatir, namun tetap berusaha untuk hidup. Kehidupan pun berlanjut.

Sampai hari dimana perempuan itu meninggal dunia, meninggalkan semua kata-katanya.



- Aku belum menyelesaikan gambaran apapun. Aku tidak puas.

***-kun. Apa yang bisa kulakukan? Aku tidak ingin meninggalkan papan gambarnya.

Mendengar perkataan terakhir dari kekasihnya, laki-laki itu tersenyum dan berkata:

- Kalau begitu biarkan aku yang menggambar menggantikanmu.



Dan kemudian, laki-laki itu dikutuk.

Dia menghabiskan sisa hidupnya, berusaha menjalani kehidupan yang ia benci. Semua karena janjinya dengan perempuan itu.

Ending yang sangat menyedihkan.



"Ending macam apa itu?"

"Apa bapak tahu gimana caranya nulis novel berantai?"

Endingnya sangat suram sampai-sampai kita semua berteriak. Tapi Umenozo Rintarou-sensei mengabaikan kita semua, dan berkata:

"Bagaimana itu? Ini harusnya cocok dengan selera remaja-remaja zaman sekarang, bukan?"

"Iya, text nya bagus."

"Tapi ceritanya enggak! Ceritanya!!"

"Pemeran utama perempuannya udah mati duluan!"

"Apa yang bisa kita lakukan kalau ceritanya sudah berakhir duluan di chapter satu?"

Rintarou-sensei memberiku laptop.

"Izumi Masamunse-sensei."

"Iya?"

"Selanjutnya, tulis apapun yang kau sukai."

"Ini...."

"Memberi kerjaan yang sulitnya ke penulis selanjutnya adalah bagian yang menyenangkan dalam menulis novel berantai, bukan?"

"Gak gini juga bapak!"

He...aku tahu dia itu bukan naif orangnya! Aku pikir dia melakukan ini dengan sengaja!

"Jika itu Izumi Masamune-sensei penulis kesayangan Hana-chan, kau pasti bisa membenarkannya, bukan?"

"Bapak bercanda?"

Aku tidak ada apa-apa dengan senpai...kenapa ini rasanya seperti seorang ayah mertua sedang membully menantunya sendiri! Aneh!

"Tentu saja! Masamune pasti bisa melakukannya!"

"Muramasa-senpai, tolong jangan menggantikanku menjawab pertanyaan di waktu dan tempat seperti ini!"

"Eh? Tapi kau bisa melakukannya, kan?"

".............."

Dia sangat mempercayaiku! Tapi...aku tidak bisa!!

Akan lebih baik jika aku mengatakannya!

"Hoh ~ dia benar, Masamune."

"...Kakak bisa melakukannya kan, Nii-san??"

".... Ughh..."

Baik Sagiri maupun Elf mendesakku.

Aku menghembuskan nafas -

"Baiklah! Aku akan melakukannya!"

Izinkan aku menulis sebuah happy ending untuk cerita ini!



Dan kemudian -

Kita menambah aturan rumahan yang memperbolehkan penulis memilih penulis selanjutnya. Sebagai yang mendapat bagian kedua, aku duduk menggantikan Rintarou-sensei dengan semangat. Berimprovisasi adalah kelebihan Izumi Masamune. Aku menulis banyak hal setiap hari.

"Tetap saja, ini topik yang berat...."

Kataku, tapi tanganku tidak berhenti mengetik. Semua yang kuketik telah ter-upload ke cloud server sesegera mungkin.

"Masamune, bagaimana caranya kau melanjutkan cerita setelah ending yang super suram ini?"

Mendengar pertanyaan Muramasa-senpai, aku pun menjawab:

"Aku akan memperbaikinya dengan gayaku yang biasa kupakai!"

"Eh?"

"Gaya yang biasa kau pakai?"

Rintarou-sensei melihatku, seperti sedang berkata "Mana sini biar kulihat apa yang kau punya"

Aku membalas:

"Sederhananya - aku akan merubah pemeran utama perempuannya jadi hantu kemudian merasuki si pemeran utama laki-lakinya! Setelah itu dia akan bertarung memperebutkan cintanya melawan adik perempuan si laki-laki!"

"Kau memaksa merubahnya jadi cerita komedi?"

"Dan kau mengarang seorang adik perempuan lagi?"

"Ending yang suram diubah jadi komedi romantis? Apa ini...tidak masalah?"

"Ini novel berantai. Tentu saja tidak masalah." Kataku tanpa menunjukkan rasa malu.

Jika aku adalah seorang penulis dari Fujimi Mystery Bunko, aku bahkan bisa melakukan lebih. Ini bukan apa-apa.

"Baiklah - mari kita lihat bagaimana aku menyelesaikan ini! Buatlah latar belakangnya sedikit dark, tambahkan sedikit komedi, sedikit ecchi, Eromanga-sensei, giliranmu."

"Serahkan padaku."

Setelah aku menyebutkan ilustrasi ecchi, dia jadi tertarik.

"Haha, bagaimana dengan awalnya? Bagaimana kau bisa merubah latar belakang yang dark jadi sesuatu yang menyenangkan?"

"Ini semua berkat bapak, Rintarou-sensei yang telah membuat latar belakang ini. Aku akan menggunakan semuanya, jangan khawatir."

Kita ambil contoh, ada manga tentang seorang perempuan yang anti social, yang hampir tidak bisa berbicara dengan orang lain atau sekelompok murid-murid yang tidak mempunyai teman bermain bersama di dalam kelompok mereka sendiri. Aku bisa menggunakan latar belakang paling suram untuk dibuat menjadi cerita komedi tanpa masalah. (note: yang pertama itu kemungkinan Watamote, dan yang kedua itu Boku wa Tomodachi ga Sukunai atau Haganai)

Jadi aku tidak perlu takut. Semuanya akan baik-baik saja, aku pro dalam menulis komedi.

"Mari kita lihat...pemeran utama perempuannya merasuki pemeran utama laki-laki tapi tidak bisa keluar ketika mereka ingin mandi..."

"Tunggu, kenapa kau menelanjangi mereka?"

"Pemanggilan spesial! Sebuah cara untuk menelanjangi si hantunya!"

"Kau meminta bantuan orang lain?"

"Saat dia sedang tersipu malu, bajunya jadi transparan! Kang kang! Seperti ini!"

"Eromanga-sensei sudah menyelesaikan ilustrasinya! Bagus, aku akan menggunakannya sekarang juga."

Aku terus menulis. Muramasa-senpai bergumam:

".... Apa ini akan baik-baik saja?"

"Tidak masalah, lagipula ini novel berantai."

"Mengatakan ini mungkin sedikit terlambat, tapi sepertinya cerita ini sudah jadi jelek. Chapter pertamanya sangat indah, tapi chapter keduanya sangat memalukan."

"Tidak apa-apa, lagipula kita sedang bersenang-senang."

Dibandingkan dengan saat-saat debutku, aku sudah jauh lebih baik.

"Bagus ~ Aku tinggal perlu menyelesaikan ini.... hm......... bagaimana caranya yah .........."

"Sangat cepat! Masih mengetik sambil berpikir! Menjijikkan!"

"Huh? Kalian tidak seperti itu?"

"Hanya kau satu-satunya yang masih menulis sambil tidak mempunyai ide untuk selanjutnya akan menulis apa. Apa kau akan memberikan klimaksnya pada orang selanjutnya?"

"Jangan khawatir, aku sudah kepikiran endingnya."

"Kalau begitu biar kulihat."

"Aku juga ingin melihatnya."

Sang ayah dan anak si penulis terkenal mendekat padaku. Saat ini, Eromanga-sensei hanya terus menggambar sambil bersenandung dengan gembira.

Aku mengatakan ini pada mereka semua:

"Kedua karakter utamanya menikah, dan mempunyai anak."

"..... Ending yang sempurna...tapi ini baru chapter dua."

"Sungguh, Izumi Masamune. Apa kau tahu gimana caranya bermain game ini?"

Aku tidak ingin mendengar itu dari orang yang memberiku topik sesulit itu.

"...Masamune...bukan masalah jika kau menulis ending yang sempurna ini...tapi apa lagi yang dapat dikembangkan? Dan bagaimana caranya si pemeran utama perempuan - yang adalah hantu - bisa punya anak? Tidakkah kau pikir itu aneh?"

"Jangan khawatir."

"Sungguh? Aku punya perasaan yang buruk."

Melihat Elf yang sedang cemas, dengan perlahan aku mendorong laptop ini padanya:

"Yamada Elf-sensei akan mengurusnya."

"Sudah kuduga!"

Memberikan bagian yang sulitnya kepada penulis selanjutnya merupakan bagian yang menyenangkan dari game ini.



"Ahaha, ekspresi Elf sangat lucu."

"Itu menyakitkan melihat dirinya stres di depan komputer."

Setelah aku menyelesaikan bagianku, Muramasa-senpai mengajakku jalan-jalan. Dia bilang dia ingin membicarakan sesuatu, jadi.... yah, disinilah aku.

"Serahkan saja padanya, dia akan memikirkan sesuatu...tentu saja akan butuh waktu."

Aku jarang melihat Elf bekerja, tapi ketika dia bekerja dengan serius, dia menjadi orang lain. Menakutkan.

Seberapa menakutkannya, kalian tanya? Setelah menyelesaikan satu halaman, dia akan membuka game mobile dan "menghadiahi dirinya sendiri" dengan membeli sesuatu di dalam game.

Setiap kali dia menyelesaikan satu halaman, dia akan membeli sesuatu. Setiap. Saat. Jika dia dapat item SSR, dia akan menyombongkannya pada semua orang.

Tentu saja itu juga artinya dia tidak bisa menulis dengan sangat cepat. Ini adalah caranya dalam menghindari kenyataan.

Selain itu, sekarang bukanlah waktunya untuk berkata "Sekarang giliranku untuk bersinar!" Pekerjaan dia itu penulis, bukan Black Swordsman atau apalah. (note: Kirito)

"Aku penasaran kapan dia akan selesai."

".... Um."

Eromanga-sensei juga sama, dia sedang fokus menggambar sekarang. Jadi aku punya waktu luang dan Muramasa-senpai mengajakku keluar.

"Senpai, kemana kita akan pergi?"

"...Yah..."

Muramasa-senpai tidak menjawab. Dia terlihat ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak bisa. Butuh waktu sebentar sebelum akhirnya ia bericara.

"....... Kamarku."

Kamar Muramasa-senpai kecil, kamar yang biasa. Aku masuk dan melihat ke sekeliling.

Kamar ini hampir kosong, hanya ada kasur dan meja. Ini pertama kalinya aku lihat kamar seorang penulis tanpa rak buku.

Aku tidak bisa menemukan buku apapun yang bagus - Dia pernah mengatakan itu padaku.

Ada banyak buku catatan diatas meja, semacam yang biasa dipakai anak SD. Buku-buku itu menumpuk menjadi menara yang panjang. Disebelahnya ada gantungan tembok, yang menggantung ilustrasi, handbook, cerita pendek, dll....

Cerita Izumi Masamune disusun dengan rapih diatas meja.

Dia tidak punya komputer ataupun rak buku, tapi kamar ini jelas merupakan kamar seorang penulis.

"Jadi.... ini kamar Muramasa-senpai."

".... Iya.... tapi...meskipun ini pertama kalinya kau kesini.... kamu sudah melihat semuanya."

"Cuman kebetulan! Aku melihat kamar ini cuman kebetulan! Semuanya murni karena tidak disengaja! Aku tidak bisa melihat dengan jelas."

Karena aku sedang fokus ke perempuan yang sedang berganti baju - tentu saja aku tidak bisa mengatakan itu.

"Bagaimana mengatakannya yah.... kamar ini terlihat sepertimu."

"Aku tidak tahu harus senang atau sedih mendengar itu. Silahkan pakai alas duduk disebelah sana untuk duduk."

"Tentu."

Kita duduk berhadapan satu sama lain.

“…………”

“…………”

Entah kenapa, ktia berdua tidak mengatakan apapun.

Kenapa aku sangat gugup - ini bukan pertama kalinya aku bertemu perempuan cantik, seperti Elf atau Sagiri. Ini aneh.

"Sen, senpai, kenapa kau tidak mengatakan sesuatu?"

Tolong katakan sesuatu, aku tidak bisa menahannya lagi!

"Apa kau memanggilku kesini tanpa alasan..."

Muramasa-senpai menggelengkan kepalanya.

".......... Aku sangat gugup sampai-sampai aku lupa apa yang ingin aku sampaikan padamu."

Aku hampir tidak sadarkan diri saat dia mengatakan itu.

".... Karena...karena.... aku tidak tahu harus apa! Ini pertama kalinya...selain keluargaku...membiarkan laki-laki masuk ke dalam kamarku!"

"Ah, begitu."

Hmm, sekarang aku juga merasa sedikit gugup.

"Bagaimana dengan temanmu di sekolah?"

"Aku tidak pernah mengajak siapapun. Ayahku sangat terkenal, jadi orang-orang memang ingin datang kesini, tapi aku menolak mereka semua."

"Kenapa?"

"............ Karena aku buruk berurusan dengan orang lain."

Itu terdengar sedih. Tampaknya aku salah menanyakan pertanyaan.

Tentu saja, hal itu benar adanya. Jika dia berprilaku seperti itu di sekolah maka dia tidak akan mencari teman.

"Aku...." Masih duduk, merendahkan kepalanya. "Aku pikir...aku tidak bisa berteman."

"Apa maksudmu?"

"...Saat...saat aku sedang ngobrol dengan teman sekelasku...aku tidak begitu menikmatinya."

Suaranya tidak terdengar senang. Atau lebih tepatnya, suaranya terdengar penuh bersalah.

"Ketika orang-orang tertawa, aku tidak bisa. Aku penasaran jika topik yang baru saja mereka bicarakan itu memang selucu itu? Bahkan program TV atau musik.... tidak peduli betapa inginnya diriku untuk dekat dengan mereka...aku tidak bisa tersenyum. Setiap kali aku memaksa diriku untuk tersenyum, aku hanya merasa lebih buruk."

"Ah -"

Aku sebenarnya bisa mengerti itu...tapi aku tidak bisa mengatakan itu padanya.

Hal itu juga adalah sesuatu yang aku rasakan.

Karena pekerjaanku, karena adik perempuanku - terkadang, aku merasa aku tidak dapat mengerti teman sekelasku sendiri. Tentu saja, itu menyebabkan aku tidak bisa berbicara dengan mereka - menciptakan sebuah lingkaran setan.

Tapi pada akhirnya, kita adalah teman sekelas. Kita pasti melihat satu sama lain setiap harinya. Saat-saat itu sangatlah sulit untukku.

Untungnya, mereka semua mengerti apa yang terjadi pada keluargaku. Untungnya, aku punya teman yang dapat mengerti seperti Tomoe, yang bisa membuatku melewati semua itu.

"Apa yang orang-orang anggap lucu, aku tidak menganggapnya lucu. Saat aku berusaha mencari sesuatu yang menyenangkan, orang-orang tidak menikmatinya...Semakin aku berusaha menjelaskan, semakin buruk suasananya. Aku pikir mereka ingin bilang Topik ini membosankan, ayo bicara tentang yang lain. Aku...setelah berapa kali, aku pun menyerah."

"Aku pikir apa yang kau anggap menyenangkan itu berbeda dari kebanyakan orang, dan hobimu..."

Itu adalah alasan dia dapat menulis cerita-cerita yang mempunyai kepbribadian yang lengkap.

Tapi dia menyukai ceritaku, untuk mengatakannya terdengar buruk. Apa itu artinya hanya orang-orag aneh yang bisa menyukai ceritaku?

Dan topik yang "orang-orang anggap lucu" adalah kemungkinan ceritaku. Tidak, memikirkannya membuatku sakit.

Aku sangat tersakiti, tapi masih menjawab:

"Senpai, kau membuatnya terlalu serius. Aku pikir teman sekelasmu itu mungkin berpikir topik itu membosankan sambil berbicara dengan senang."

"Apa benar begitu?"

"Iya. Tapi mereka masih tersenyum meskipun itu sangat membosankan - karena mereka adalah teman."

Topik apapun tidak masalah, kunci utamanya adalah semua orang berbicara tentang hal-hal apapun. Siapa juga yang ingin mendengar tentang sesuatu yang mengerikan. Hal-hal apapun yang bersifat acak tidak masalah.

Dan juga, dengan membicarakan hal-hal apapun, semua yang mendengarkannya dapat bergabung tanpa masalah. Itu sangat sederhana, mengapa senpai tidak bisa melakukannya?

"Pokoknya, senpai. Sembilan dari sepuluh, cerita Elf membosankan, ya kan?"

"Iya! Dia terus berbicara tanpa henti, tentang hal apapun atau sesuatu yang tidak bisa aku mengerti. Seperti bagaimana dia melakukan pekerjaannya, bagaimana tentang penjualannya, aku pikir semua hal itu tidak berguna!"

Sudah kuduga!

"Tapi.... Aku tidak benci berbicara dengannya."

"............."

Wajah Muramasa-senpai langsung memerah. Kemudian dia berbisik:

"...... Aku juga."

Itu bagus dia bisa membuat percakapan dengan orang lain sekarang.

"Selain itu...ah...mungkin teman sekelasmu menganggap topikmu membosankan...tapi aku...aku menikmati berbicara denganmu."

"Eh?"

"Senpai menyukai cerita Izumi Masamune. Aku menyukai cerita Senjyu Muramasa. Kita punya banyak hal untuk dibicarakan. Aku suka topik ini. Aku bisa membicarakannya sepanjang hari!"

"............. Iya...iya...... Itu benar!"

Dia mengangguk beberapa kali, kemudian memelukku

"Tunggu tunggu, sen, senpai --"

"Aku menyukaimu! Aku sangat menyukaimu!"

Senyuman mempesona ini langsung mendorongku jatuh ke belakang.

"Kau adalah benar-benar takdirku! Pangeran berkuda putih impianku!"

“——!——-!!!”

Oppai! Oppai nya...! Sangat lembut - tidak, tidak, maksudku aku.... tercekik!

"Phew!!!"

Aku mengumpulkan semua sisa kekuatanku dan mendorong oppai nya, akhirnya mengambil nafas dalam.

"Sen, senpai.... tolong.... tolong tenang!"

"Ah...."

Akhirnya dia kembali ke semula. Dia sedang berada di atasku, wajahnya sangat merah.

" ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ UUUUUUU.... Aku.... tidak bisa menghentikanku sendiri....."

"Tidak apa! Tidak masalah!"

Sialan, sangat berbahaya!

Elf memikirkan perasaanku sebelum menyerang. Muramasa-senpai tidak, dia ingin, dan dia langsung melakukannya.

Aku bisa merasakan wajahku semakin panas.

"........ Yah........Senpai...... bagaimana......jika kau..........bangun?"

Tolong, tolong! Cepatlah, sebelum terlambat!! Kekuatanku sudah mencapai batasnya!

".......... Aku..... seluruh tubuhku tidak bisa bergerak...."

Sama! Aku tidak tahu kalau perempuan cantik mendorongku, tubuhku akan jadi tidak berdaya seperti ini.

"......Uuuuuu."

Wajahnya tepat di depanku. Mata basahnya, pipinya yang memerah. Oppai nya sedikit tersembunyi di balik kimono.

".................. Masamune." Bisiknya ke telingaku dengan nada yang manis.

"..... Ugh.."

Kepalaku kacau. Aku tidak bisa memikirkan apapun. Tubuhku merasa tidak berdaya, aku tidak bisa melakukan apapun.

“…………..”

“……………”

Kita melihat satu sama lain untuk waktu yang lama.

"............ Masamune..... Aku ...menyadari sesuatu...." Katanya, melihat langsung mataku.

“~~~~~~~~~~~~~~~~”

Tindakan pertahanan terakhirku adalah menutup mataku, bersiap-siap untuk hal yang tidak terduga -

"Ini aneh! Biasanya, di dalam cerita, posisi kita harusnya terbalik."

Dan begitulah dia menenangkan situasi ini.

Yah.... dia tidak salah.

Kami pun berdiri dan cepat-cepat kembali ke posisi semula.

“…………….”

“…………….”

Keheningan pun terjadi lagi.

"Ano... Masamune...aku memintamu kesini karena sesuatu.." Katanya sambil melihatku.

"Iya, apa itu?"

"................Um..... yah..........."

Dia ragu-ragu untuk sebentar, kemudian tiba-tiba dia mengambil pulpen didekatnya dan mulai menulis.

"Tolong tunggu sebentar."

"----"

Hanya melihat punggungnya saja cukup untuk membuatku terpesona.

Dia menulis dengan ekspresi yang serius, dan -



"Ini -"

Dengan matanya yang tertutup, Muramasa-senpai memberiku suratnya.

"A...aku buruk dalam bicara.... jadi aku tidak bisa memberitahumu langsung."

Dengan pipi yang memerah, wajahnya terlihat seperti ingin menangis.

".... Tolong baca ini."

"Oke...."

Aku mengambil surat dari Muramasa-senpai. Sungguh tulisan tangan yang cantik, ayo lihat apa yang dia tulis disini.



Untuk Masamune.

Banyak yang terjadi hari ini.

Pertama, kau melihat kamarku. Tolong segera lupakan itu.

"...Yah, oke."

Tapi hal itu sangat membekas ke pikiranku, aku tidak bisa melupakan itu sepenuhnya.

Selanjutnya, kau datang ke rumahku.

Ayahku sangat senang bertemu temanku. Sudah sangat lama semenjak terakhir aku melihat ayahku seperti itu.

"Sungguh? Ayahmu sangat terlihat marah bagiku."

"Tidak, ayahku senang. Ayah sangat memperhatikanmu."

"Aku pikir dia sedang mengujiku."

Ini pertama kalinya temanku datang ke rumahku. Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan, dan aku pikir aku membuat satu atau dua kesalahan. Tapi karena kau sudah disini, dan aku membuatmu cemas. Maaf.

"Sama-sama."

Ini memalukan membaca surat ini di depan penulisnya sendiri.

"Um...."

Aku pikir dia merasakan yang sama.

Aku membuka halaman selanjutnya.

Ketiga...dan yang sangat mengejutkan hari ini...adalah aku menulis novel berantai. Aku tidak pernah mengira kalau aku akan melakukan itu suatu hari.

Tapi aku takut ceritanya tidak akan terlalu bagus.

"Yang pertama menulis adalah ayahmu. Maaf."

Tapi sekarang, aku pikir ini "menarik".

Memiliki teman untuk bermain selama akhir pekan, semuanya menulis cerita bersama, berbicara tentang hal-hal apapun...

Biasanya, aku tidak akan pernah mempunyai perasaan ini. Aku merasa senang dan marah.

Akan seperti apa cerita Elf?

Ending apa yang harus aku tulis?

Mengapa aku berpikir seperti ini?

Sekarang, akhirnya aku bisa tersenyum.

Karena itu menyenangkan. Karena itu menggembirakan. Aku ingin tersenyum.

Rasanya aneh. Tapi aku tidak membencinya.

Ini pasti apa yang ingin kau tunjukkan padaku, kan?

"..Iya, itu benar."

Jika pembaca berpikir itu "menarik" meskipun ceritanya kacau, meskipun penjelasannya konyol, selama orang-orang menganggap itu "menarik", itu tidak masalah.

Menulis novel berantai memperbolehkan penulis dan pembaca untuk bersenang-senang. Itulah apa yang kupercayai.

".... Kau selalu seperti itu."

Kau memperlihatkanku "buku paling menarik" di dunia.

Kau berjuang sekuat tenaga melawan seseorang yang egois sepertiku, kemudian kau menang.

Kau menerima perasaanku, dan dengan tulus menghadapinya.

Saat aku tidak bisa menulis lagi, kau menunjukkan jalannya.

Jika kau tidak memaksaku untuk menulis novel berantai, aku tidak akan pernah mengerti betapa "menarik" nya hal itu. Kamu...selalu memikirkanku.

"Masamune, terima kasih."

"Itu, bukan apa-apa...aku tidak melakukan apa-apa."

Aku senang kita bertemu.

Aku senang kita menjadi teman.

Hari ini kita bersenang-senang, itu sudah cukup. Akulah yang harusnya berterima kasih.

"Senpai."

"Um!"

Muramasa-senpai melihatku. Dengan sengaja aku membuat senyuman yang jahat.

"Katakan itu sendiri."

"A, aku memintamu karena aku tidak bisa melakukannya! Elf selalu keras kepala denganku, dan Sagiri adalah tukang pelecehan seksual! Aku tidak akan mengatakan itu pada mereka...."

"Katakan saja itu langsung."

"Tidak tidak, aku tidak bisa. Itu memalukan!"

"Tidak peduli seberapa kikuk-nya dirimu mengatakan itu, akan lebih baik jika kau mengatakan itu sendiri."

Itulah kenapa aku terharu terhadap pengakuanmu!

"Uuuuuuuuu ~~"

Muramasa-senpai mengerang. Aku memegang bahunya:

"Baiklah, senpai, ayo kita kembali. Sudah waktunya Elf selesai menghindari kenyataan (bermain game). Mungin dia sudah selesai."

"...Aku yang terakhir kah. Aku takut dia akan memberiku ending yang sangat buruk."

"Bukan masalah."

"Ah -"

Percakapan kita sangat normal, tanpa ada yang istimewa, tapi dia tersenyum.

"Itu benar."

Kami kembali ke ruang keluarga.



Saat kita kembali, Yamada Elf-sensei telah selesai.

".... Aku tidak bisa membayangkan kau bisa lanjut setelah melahirkan seperti itu."

Ayah Muramasa-senpai - Umenozo Rintarou-sensei sedang terkesima. Aku tidak tahu jika dia bersungguh-sungguh mengatakan itu atau tidak, tapi Yamada Elf-sensei terlihat jelas menikmatinya.

"Aku sudah datang terlalu jauh untuk menyerah! Ahahaha, itu benar, itu adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh Yamada Elf si keturunan surga."

"Tidak ada yang sedang memujimu, kita hanya terkejut karena kau mengabaikan banyak kesulitannya di latar belakang itu. Kau tidak menambahkan apapun yang baru, tapi kau merubah karakter utama di chapter satu jadi karakter pendamping, idiot." Kata Muramasa-senpai.

"Ini komedi romantis, apa aja tidak masalah! Selain itu, aku menambahkan detail saat laki-laki dan perempuan itu tiba-tiba bertemu."

"...Yah, chapter ketiga terlihat bagus untukku. Tapi ini akan menjadi semakin sulit, mengingat mereka berdua sudah berpacaran. Apa selanjutnya?"

"Masamune, hanya kau yang tidak boleh mengatakan itu!"

"Elf-chan terlalu banyak menambahkan karakter - terlalu banyak! Menggambar mereka semua terlalu sulit!"

"Lakukan yang terbaik! Eromanga-sensei pasti bisa melakukannya!"

"Aku tidak tahu siapapun dengan nama itu!"

"Jadi, Yamada Elf-sensei, bagaimana caranya aku memperbaiki cerita yang kacau ini dengan chapter terakhirku?"

"Jangan khawatir...."

"Senjyu Muramasa-sensei akan melakukannya."

"Aku tahu kau akan mengatakan itu!" Ucap kita serempak.

"................."

Muramasa-senpai memegang dadanya, menutup matanya sebentar sebelum mengangguk dengan pelan.

"Baiklah, aku akan memikirkan caranya."

"Sangat percaya diri, huh."

"Ceritanya akan seperti apa, Muramasa-chan?"

"Kemungkinan cerita romantis yang panas."

"Tunggu senpai. Mereka sudah berpacaran, apa lagi yang bisa kau tambahkan?"

"Aku pernah menulis cerita tentang underdog yang membalikkan keadaan beberapa kali sebelumnya. Karakterku akan tetap percaya diri dan terus maju! Sebagai penulisnya, aku harap aku bisa melakukan hal yang sama!"

Suaranya terdengar seperti itu bukan hanya pada game ini?

"Masamune, A...aku tidak tahu apapun tentang cinta. Aku tidak tahu caranya membaca situasi, aku melakukan segala hal tanpa berpikir. Aku bodoh, aku hanya bisa mengungkapkan perasaanku dengan cara yang sangat dasar! Jadi setelah pertemuan pertama kita, aku tahu kalau aku membuat kesalahan, aku tahu kalau aku bicara terlalu banyak, aku hanya bisa berharap aku tidak akan membuat kesalahan yang sama lagi."

Tiba-tiba, dia tersenyum.

"...Tapi itu bukan alasan untuk menyerah. Itu bukan alasan untuk mundur sebelum bertarung."

Dia membusungkan dadanya, berkata:

"Aku akan menggunakan pulpenku untuk memberi cerita ini ending yang sempurna."

"Baru setelah itu...kau bisa sedikit menyukaiku, bukan?"



Di jalan pulang dari kediaman Umenozo, aku dapat telepon dari Kagurazaka-san.

"Izumi-sensei ~~ apa kau sudah mendapatkan naskah dari Muramasa-sensei untukku?"

"Ah, maaf, aku lupa."

"Hah? Apa yang sudah kau lakukan?"

"Maaf, terlalu banyak hal terjadi. Tapi harusnya sudah tidak apa-apa sekarang. Aku, Yamada Elf-sensei, Umenozo Rintarou-sensei menulis novel berantai...."

"Tunggu! Yamada Elf-sensei, Umenozo Rintarou-sensei dan Senjyu Muramasa-sensei menulis novel berantai??

"Izumi Masamune-sensei juga menulisnya!

"Hah, kau tidak penting."

Sangat jujur.

"Kau sangat mengkhawatirkanku! Aku pikir ada sesuatu yang besar terjadi."

"Itu harusnya tidak masalah. Mood Muramasa-senpai sudah banyak meningkat. Dia akan segera menulis -"

"-Aku harus membaca novel berantai yang ditulis oleh sekelompok orang-orang aneh!"

"Huh?"

"Aku sedang di jalan. Tunggu saja. Daah!"

*Klik*

Aku pikir dia hanya akan bertemu dengan penolakan.

-