Karena chapter ini lebih panjang dari sebelumnya, jadi saya memutuskan membaginya jadi 2 bagian.


-

Suatu hari di bulan Juni, di sebuah perusahaan penerbit tertentu.

Setelah wawancara Sekaimo berakhir, Kagurazaka-san memberitahuku ini:

"Izumi-sensei, tentang bagianmu dalam menulis novel berantai..."

Ini tentang sebuah acara dimana mereka memintaku untuk ambil bagian dalam menulis novel berantai. Aku menyetujuinya dan sudah banyak yang kuselesaikan.

Aku menjawab dengan penuh percaya diri:

"Yang itu? Aku hampir selesai, tinggal perlu di check ulang."

"Seperti yang diharapkan dari Izumi-sensei, sangat cepat. Tolong pertahankan kerja bagusmu."

"Baik. Apa ada yang lain?"

Semuanya telah selesai, jadi aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah, pulang ke adik perempuanku. Akan tetapi, Kagurazaka-san berkata dengan nada yang serius:

"Sebenarnya, ada sesuatu yang penting."

"Apa itu?"

Dari nada suaranya aku bisa tahu kalau ini bukanlah sesuatu yang bagus.

"Ini tentang Muramasa-sensei."

Senjyu Muramasa.

Seorang penulis yang lebih terkenal dariku. Dia adalah seniorku, tapi lebih muda. Seseorang yang cantik berambut hitam memakai kimono, seseorang yang istimewa bagiku.

"Ada apa dengan Muramasa-senpai?"

"...Jika hal ini terus berlanjut, Fantaasy Blade akan dibatalkan."

Fantasy Demon Blade Legend - itu adalah novel paling terkenal miliknya.

"Oh, apa dia dapat masalah dalam menulis? Aku yakin dia pasti bisa melaluinya dengan cepat. Lagipula, dia bukanlah seseorang yang TIDAK dapat menulis."

Tidak baik untukku mengatakan sesuatu seperti itu, tapi kenyataannya adalah Muramasa-senpai sangat berbeda dengan Shidou-kun. Tidak perlu khawatir atau mencoba membantunya, dia bisa melakukannya sendiri.

"Tidak, bukan itu masalahnya." Kagurazaka-san menggaruk-garuk pipinya "Muramasa-sensei masih menulis seperti biasanya."

"Jadi apa masalahnya?"

"Dia tidak mau memberiku naskahnya."

"................."

"Hahaha...." Kita berdua tertawa. Aku pun berkata:

"Apa kau melakukan sesuatu yang membuatnya marah?"

"Apa yang kamu bicarakan, kenapa kau langsung menganggap ini adalah salahku?"

"Kau memang melakukannya, ya kan? Kemungkinan melakukan sesuatu seperti memutuskan hal tanpa meminta izinnya terlebih dahulu, atau menggantikannya dalam menjawab penggemarnya..."

"Aku ~ tidak pernah ~~~~~ melakukan sesuatu seperti itu!!!"

Sungguh?

"Tidak ada editor sepertimu yang mengatakan seperti itu di dunia ini!"

Muramasa-senpai tidak pernah setuju melakukan interview, tapi cerita tentangnya selalu muncul di majalah-majalah. Kemungkinan besar Kagurazaka-san adalah dalangnya di balik semua ini.

Tapi yah, hal seperti itu belum cukup untuk membuatnya marah. Yeah, ada sesuatu yang tidak beres disini.

"Kalau begitu, dah. Assalamualaikum."

Ketika aku sedang ingin berdiri, Kagurazaka-san tiba-tiba memegang tanganku.

"Iya?"

"Tunggu, jangan pergi."

"Aku ingin pulang ke rumah.... dan itu sakit."

"Izumi-sensei...kau punya hubungan yang baik dengan Muramasa-sensei, kan? Bisakah kau mengambilkan naskahnya untukku, tolong?"

"Kenapa aku?"

"Aku pikir Muramasa-sensei sedang menghindariku. Dan aku sudah bilang kalau volume terbarunya akan di publikasikan, aku butuh naskahnya. Kau tidak ingin Fantasy Blade dibatalkan, bukan?"

"Tentu saja tidak!"

Tapi aku harus menambahkan: ini adalah PEKERJAANMU, bukan aku.

"Jika Izumi-sensei tersayang muncul, akan lebih mudah berhubungan dengan Muramasa-sensei..."

"Uuuuuuu...."

Aku merasakan wajahku jadi semakin panas...

Lagipula dia adalah penggemarku. Dan aku memang menyukainya.

"Tentang itu..."

"Aku akan membayar uang ongkosnya, dan aku juga akan memberimu bonus."

"Hmm...."

Aku cenderung setuju jika seperti itu. Novel terbaruku terjual dengan baik, tapi uang lebih boleh-boleh aja.

Tapi -

"Selain itu - tidakkah kau ingin tahu tentang kehidupan pribadi seorang penulis perempuan yang terkenal?"

"Tentu saja aku mau!"

Bagaimana kehidupan sehari-harinya? Bagaimana dengan keluarganya? Seperti apa dia menulis novelnya...

Iya, aku memang ingin tahu. Tapi membuka mulutku untuk bertanya itu memalukan...

"Tapi...."

Hanya karena alasan seperti itu....

Kagurazaka-san tersenyum jahat, kemudian berkata:

"Semua ini juga demi Fantasy Blade, demi Muramasa-sensei, demi perusahaan penerbit, demi industri light novel! Izumi-sensei, maukah kau melakukannya?"

"Serahkan saja padaku!!!"

Dan seperti itulah bagaimana aku menyutujui melakukan pekerjaannya.



Hari selanjutnya, aku sedang di jalan menuju rumah Muramasa-senpai.

Sekarang hari Minggu pagi, jadi tidak ada terlalu banyak orang-orang. Cahaya pagi menembus jendela dan menyinari kita.

"Aku penasaran seperti apa rumah Muramasa-chan...."

Itu Sagiri, suaranya datang dari tablet yang sedang kubawa.

Meskipun kita bisa berbicara langsung, tapi tidak terlalu sopan melakukannya di dalam kereta. Jadi kita berkomunikasi lewat pesan text.

"Hm.... berdasarkan betapa kikuk-nya dia, aku pikir rumahnya akan terlihat mirip seperti rumah Samurai."

Itu adalah tetangga sebelah rumahku, Elf.

Saat aku bilang aku ingin pergi menemui Muramasa-senpai, dia bilang "Sepertinya menyenangkan, aku juga ikut." dan pergi bersamaku.

Ngomong-ngomong, tidak satupun dari kita yang menghubungi Muramasa-senpai sebelumnya. Dia tidak mengangkat teleponnya, jadi untuk apa juga kita melakukannya dari awal? Dia juga tidak punya smartphone, jadi kita tidak punya cara lagi untuk menghubunginya meskipun kita ingin.

Meminta bantuan Kagurazaka-san bahkan lebih mustahil. Dia terus memberitahu kami lagi dan lagi, untuk "mencuri" ( <= Dia memang mengatakannya persis seperti itu ) naskahnya.

Akan tetapi, aku ragu dia menganggap dirinya sendiri sebagai seorang penulis.

Dan kemudian Elf, Sagiri, dan aku mulai membayangkan rumah Muramasa-senpai akan seperti apa.

"Aku yakin pasti akan ada banyak jebakan. Satu langkah saja melewati koridor akan ada hujan panah!"

"Seperi rumah ninja! Mengagumkan!" Teriaknya.

"Elf-sensei, karena kau ada di luar negeri cukup lama, aku bisa bilang kalau cerita itu hanyalah lelucon. Baik ninja maupun samurai sudah tidak ada di masyarakat Jepang modern."

"Eh?" * 2

Kenapa Sagiri juga ikut terkejut?

"Jadi semua yang ada di ceritamu itu bohong, Nii-san?"

"Aku memang menulis tentang ninja perempuan yang cantik, tapi itu cuman cerita, paham?"

"Aku pikir semua orang Jepang punya skill spesial, seperti bagaimana mereka tetap bertarung meskipun tubuhnya sudah terluka parah?"

"Itu hanyalah sebuah rumor belaka!"

"Tentu saja aku tahu."

"Kau sudah tinggal di Jepang lumayan lama!"

Dia sedang mengerjaiku...

"Tetap saja.... rumah ninja mungkin terlalu berlebihan, tapi aku pikir rumah Muramasa pasti akan terlihat seperti rumah kuno."

"Mungkin."

"Aku penasaran seperti apa rumah Muramasa-chan ya?"

"Dia terlihat seperti anggota keluarga dari garis keturunan yang panjang, aku tidak bisa membayangkan kehidupan sehari-harinya."

Kita mungkin hanya bisa melakukan pembicaraan yang singkat, tapi paling tidak topiknya adalah sesuatu yang membuat kita semua tertarik.

"Teman daring seperti kita terbiasa memanggil satu sama lain dengan nickname daripada nama asli. Faktanya, malahan ada beberapa kasus dimana hubungan daringnya lebih baik, aku ragu orang akan menanyakan tentang kehidupan aslinya."

"Yah, begitulah teman daring - tidak saling menggunakan nama asli, ataupun menanyakan informasi pribadi."

"Muramasa-senpai tidak pernah memberitahu namanya pada siapapun."

"Haha ~~ aku sudah memberitahumu nama asliku."

"...Ahahah...."

Tawa Elf mengguncangku sedikit.

Emily. Pastikan kau memanggilku dengan nama itu saat kau melamarku.

".........."

"................."

Mendadak, kita semua jadi diam.

"Nii-san."

"!? Iya?"

"Saat kakak pulang, bawakan aku oleh-oleh."

"...Er...permen cukup?"

Phew...tunggu, kenapa aku tadi terkejut?

Setelah sampai di Chiba, kita keluar dari kereta dan menaiki bis sampai menuju stasiun paling dekat dengan rumah Muramasa-senpai. Hanya dalam selang satu jam, pemandangannya berubah drastis, semuanya terlihat seperti daerah pedesaan.

Di belakang, ada seorang nenek-nenek di stasiun bis sedang tersenyum kearah kita.

"Lihat! Gunung! Sawah! Ini memang daerah pedesaan Jepang!"

"Tolong tenang."

Perempuan ini! Dia merebut kesempatanku mengatakan itu!

Sagiri juga mengatakan pendapatnya lewat tablet.

"Apa Muramasa-chan datang jauh-jauh dari sini ke Tokyo...?"

"Ohohoho, kenapa dia tidak pindah ke distrik kota Arakawa? Dia pasti punya uang yang cukup."

"Dia terbiasa hidup disini, aku ragu dia bisa bertahan di Arakawa."

Meskipun aku tidak berpikir situasi di daerahku tidak terlalu buruk...

Aku melihat ke sekeliling:

"Baiklah, dimana rumahnya?"

"Kalau kamu punya alamatnya, pesen Grab."

"Elf, kamu sudah setengah jalan menuju hikikomori, seharusnya kau lebih membiasakan diri untuk berjalan."

“!Eh ~~?”

"Bener bener! Elf-chan, kegiatan di tempat terbuka itu sangatlah penting!"

"Sagiri! Hikikomori akut sepertimu tidak berhak mengatakan itu!"

"Baiklah baiklah, kalau begitu lewat sini...."

Kita akhirnya sampai.

"Masamune! Masamune! Apa itu? Itu kaya gardu pompa!"

"Oh? Ah, itu pilok."

"Wow, pilok? Aku tidak tahu pilok terlihat seperti ini!"

Semakin kita berjalan, semakin pemandangannya menjadi kuno. Rasanya seperti kita berjelajah ke masa lalu. Faktanya, adakalanya kita berjalan selama 20 menit tanpa melihat satu rumah pun. Semuanya sangatlah sederhana dan alami, dengan suara kicauan burung yang tiada hentinya.

Itulah saat dimana kita menemukan rumah Muramasa-senpai.



"Umenozo."



Ada beberapa kata yang tertulis di papan nama kayu. Seperti yang Elf bayangkan, rumah ini terlihat seperti rumah samurai di masa lalu. Di belakang dinding, ada dedalu menjulang tinggi, rantingnya hampir menyentuh tanah diluar rumah.

"Lihat! Masamune! Sagiri! Ini benar-benar rumah ninja! Ketika Muramasa sedang marah, kita semua bisa merasakan niat membunuhnya! Ini adalah sesuatu yang hanya bisa dimiliki oleh seorang ninja perempuan!"

"Tidak, bukan...ini bukan rumah ninja...bagaimana mengatakannya...rasanya seperti..."

"Rumah seorang penulis yang hebat?"

"Rumah seorang penulis yang hebat?"

Kata Sagiri. Aku mengangguk setuju.

"Iya, rasanya seperti itu."

Rasanya seperti sedang melihat foto kuno, seperti daerah di sekitarnya membeku selama 50 tahun.

"Pokoknya, ini memang cocok dengan dirinya."

"Wow ~ kalau aku tinggal disini, mungkin aku bisa menjadi penulis yang hebat juga!"

"Gak, gak akan."

Kata adik perempuanku dengan dingin.

Dengan gembira Elf pergi menuju pintu, kemudian berbalik padaku:

"Masamune! Tidak ada lonceng pintunya!"

"Serius?"

Iya...rumah ini...tidak punya lonceng...

"...Sekarang apa?"

Aku ingin menanyakan hal ini juga. Tanpa ada lonceng, bagaimana bisa kita memberitahu orang yang ada di dalam?

Sebelum aku dapat memikirkan sesuatu, Elf sudah mulai memukul-mukul pintunya, berteriak:

"Ada ~~~~ orang ~~~~ didalam ~~~!!!"

"Woi!!!!!"

"Apa? Aku memanggil mereka."

"Aku tahu, tapi begitukah caramu memanggil orang? Gunakan sesuatu yang lain!"

"Begitukah? Kalau begitu ~~~ Mura ~~~~ masa ~~~~ chan!! Main yuk!!!"

Itu bahkan lebih buruk...!

Aku tidak bisa menghentikannya, karena Elf memukul pintunya sekeras mungkin. Mungkin karena dia terlalu berisik, pintunya dengan cepat terbuka.

Orang yang muncul di balik pintu adalah -

"....... Siapa kalian?"

Seorang pria kurus mengenakan kimono. Wajahnya penuh dengan kerutan, membuatnya jadi sulit untuk menebak umurnya. Matanya sangat tajam, aku hampir bisa merasakan tatapannya.

"!!!"

Dengan refleks aku mundur beberapa langkah. Tapi pada akhirnya, menghadapi pria menakutkan seperti ini adalah pekerjaan bagi seorang pria (aku).

"Senang bertemu denganmu. Aku Izumi Masamune. Kami temannya Senjyu Muramasa-sensei --"

Sebelum aku bisa menyelesaikan perkataanku -

"Pulanglah."

Pintunya dibanting.

"Ehhhhhhhhhhhhhhh???"

A..apa yang...baru saja terjadi?

"Tunggu! Kenapa pintunya ditutup! Buka pintunya!!!"

Sementara aku sedang diam membatu, sambil marah Elf memukul-mukul pintunya sampai pintunya terbuka kembali.

"Aku tidak akan membiarkan anakku bertemu dengan seseorang dari perusahaan penerbit lagi!"

Kemudian pintunya dibanting lagi.

“……………….”

“……………….”

“……………….”

Kita melihat satu sama lain. Apa lagi yang bisa kita lakukan?

Kagurazaka-san...kau sungguh hebat, membayangkan kau bisa meminta naskah dari rumah ini. Dia bahkan tidak membiarkanmu bicara sebelum membanting pintu ke wajahmu, bagaimana caranya kau bisa mendapatkan naskahnya? Luar biasa.

"Dia bilang anak, jadi dia pasti ayahnya Muramasa-chan, bukan?"

".... Kemungkinan."

"Mungkin."

Penampilan dan karakter mereka sangat mirip. Jika Muramasa-senpai adalah seorang laki-laki dan 20 tahun lebih tua, dia pasti akan terlihat seperti itu.

"Tapi kenapa aku merasa seperti pernah melihatnya sebelumnya di suatu tempat..."

"Nii-san, apa itu seseorang yang kau kenal?"

"Tidak...seseorang yang menyeramkan...harusnya aku.... tidak mengenalnya...."

Dimana aku pernah melihatnya?

"Bagaimanapun, lupakan saja itu. Apa yang bisa kita lakukan sekarang?" Aku bertanya pada Elf dan Sagiri.

"Kita sudah disini, tidak mungkin kita bisa pulang tangan kosong."

"Tapi.... dia tidak akan membukakan pintunya untuk kita."

"Ayo kita menyusup! Ini adalah misi pencurian! Buatlah jalan melewati segunung jebakan dan selamatkan putri mu!" Saran Elf.

".... Kau hanya mengada-ngada, pikirkanlah sesuatu yang lebih realistis."

"Aku serius!"

Jangan miringkan kepalamu dan berusaha bertingkah imut!

"...Tunggu sebentar. Aku akan tanya Kagurazaka-san dulu."

Aku mengiriminya pesan, yang menitikberatkan "ayah menyeramkan" dan "menakutkan".

Kurang dari 10 detik kemudian, aku mendapatkan balasan. Yang berkata -

"Masamune, apa yang editor mu katakan?"

"Biarku lihat...er.... 「Terima kasih, ini Kagurazaka. Mengenai itu, ada banyak pohon di sisi timur rumah ini, gunakan itu. Tolong berhati-hatilah. 」."

".................."

Hati-hati matamu!

"Hati-hati? Jadi dia punya ide yang sama dengan Elf!"

"Aku tidak membayangkan editormu mengetahui tentang seni ninja juga! Sekarang kau mengatakannya, namanya Ayame sungguh terdengar seperti seorang ninja perempuan!" (note: Ayame adalah nama dari seorang ninja perempuan di Tenchu series yang populer tahun 2004 di PS1.)

"..... Seriusan, apa dia punya skill maling?" Tanya Sagiri. Aku pun menjawab:

"Yah, sekarang aku memang membutuhkan skill itu."

"Ahaha, aku dengar ada kasus dimana si penulis melarikan diri, memaksa editornya untuk investigasi dan mengikutinya sampai Las Vegas."

"Itu hanya sebuah rumor."

"Dibandingkan dengan para penulis itu yang melarikan diri dan bersembunyi di luar negeri, seorang penulis yang bermain Monster Hunter dengan editonya jauh lebih imut, kan?"

"Kau bermain game dengan kakakmu?"

"Bagaimana kau bisa tahu itu? Tidak, mau gimana lagi. Aku telah memutuskan, sebelum aku dapat item set warna ungu, aku tidak akan bekerja." (note: Antara epic gear set, yang secara khusus berwarna ungu, atau set armor Yian Garuga, yang berwarna ungu.)

"Tapi belakangan ini kau bilang padaku, kalau pembuatan anime membuatmu sibuk sampai-sampai tidak punya waktu untuk bermain?"

"Itu di masa lalu."

"Pulanglah dan mulai pekerjaanmu sekarang!"

"Kalau aku menyerah setengah jalan, pasti tidak ada mood untuk bekerja."

Dia sungguh tidak tahu malu.

"Selain itu...." Elf berbalik kearahku, berbicara dengan nada misterius, "Aku tidak merasa tenang...jika aku meninggalkanmu disini sendiri."

"Apa maksudmu? Ayahnya Muramasa-senpai memang menakutkan, tapi bukan berarti aku akan menghadapinya."

"Tidak tidak ~ maksudku ~ sesuatu yang lain~"

Elf tersenyum dan melihat tablet yang ada di tanganku.

"Ya kan?"

Sebuah percakapan yang hanya bisa dimengerti oleh perempuan...aku sedikit bergerak kesamping sementara masih berdiri disini...

Aku batuk dengan keras, mengembalikan topik utama ke jalur yang seharusnya:

"Apa sekarang? Kita tidak bisa melakukan apapun kalau terus begini -"

"Huh? Lakukan saja seperti yang aku katakan."

Elf menirukan seorang ninja dan membuat segel tangan seperti N*ruto, seperti ingin mengeluarkan jurus ninja.

"................. Berhenti bercanda."

Aku merasa tidak berdaya. Memanjat dinding? Apa kau bercanda, jika polisi datang maka aku lebih baik mati.

Pada akhirnya, kita pergi sisi timur rumah ini yang dibicarakan Kagurazaka-san. Benar saja, disini ada banyak pohon, tapi kebanyakannya tidak terlalu tinggi.

".... Jadi Kagurazaka-san mengatakan yang sebenarnya."

"Dia pasti punya skill maling. Panggil dia Ayame si Mata Kucing mulai dari sekarang!"

Dia lahir diluar negeri, dan menghabiskan masa kecilnya juga diluar negeri. Dan ternyata dia bahkan tahu nama itu, tampaknya dia sudah sangat terpengaruh dengan budaya Jepang.

"Baiklah, ayo kita lakukan!"

Elf melipat lengan bajunya dan berjalan menuju pohon. Aku pun menghentikannya.

"Tunggu sebentar."

"Huh? Kau tidak bisa menghentikanku."

"Biarkan aku melakukannya. Ambil saja ini dan tunggu di tempat yang aman."

"Nii-san, apa kau akan memanjat pohon?" Tanya Sagiri lewat tablet.

Aku mengangguk, tapi Elf bilang "enggak" dan tidak mengambil tabletnya dariku.

"Biarkan aku melakukannya. Jika ketahuan, seseorang yang seimut diriku pasti akan lebih mudah dimaafkan daripada dirimu."

Yah, itu mungkin benar.

"Apa kau akan memanjat pohon dengan baju seperti itu?"

"Sialan..."

Gaun berendanya imut, tapi tidak cocok dengan kegiatan seperti ini.

"Kan?"

"..........Grr"

Elf terlihat tidak senang, tapi dia menghembuskan nafas, menyerah.

"Jika orang tua itu tahu, kau bisa menyalahkan semuanya pada Ayame si Mata Kucing."

Tentu saja -

Tapi, aku tidak berencana untuk melewati dindingnya. Hanya saja jika aku tidak melakukan apapun, Elf akan melakukannya, jadi aku berencana memanjat pohon, melihat ke sekeliling, kemudian turun.



"Phew...phew..."

Terengah-engah, aku memanjat dengan pose paling bodoh di dunia ini. Butuh beberapa waktu bagiku menemukan tempat untuk mendaratkan kakiku.

"Masamune ~~~ apa kau baik-baik saja ~~~" Teriak Elf dari bawah.

"Shhhhhhhhh! Aku baik-baik saja! Diamlah! Bagaimana jika dia menemukanku!"

Melihat Elf sedang menutup mulutnya, aku pun menenangkan diri dan melihat-lihat. Di belakang dinding, ada kolam kaca kecil dengan pohon di sekitarnya. Lebih jauh lagi, ada sebuah kamar kecil, dengan seorang perempuan di dalamnya.

“………….Ah…..uuuuuuuuu……….um……….”

Ada seseorang yang cantik berambut hitam sedang melenturkan bahunya. Hari ini, dia mengenakan baju tidur berwarna hijau; dadanya terlihat seperti akan mendorong bajunya yang terbuka!

“ —– Uuughhh.”

Aku bersumpah kalau aku baru saja menelan ludah karena penampilannya hari ini berbeda dengan yang biasanya, bukan karena berpikir mesum.

Iya. Perempuan yang baru saja bangun, yang lemah tidak berdaya itu adalah Senjyu Muramasa-senpai.

Sekarang...apa? Aku sudah menemukannya....

Haruskah kupanggil? Jika aku melakukannya di situasi seperti ini, bukankah orang-orang akan menganggapku seperti seorang stalker? Apa ada cara untuk menjelaskan situasi seperti ini?

Aku pun ragu, tapi waktu terus berputar.

"Aku ingin tidur lagi...tapi aku harus bangun...."

Biasanya, bagaimana bisa aku melihat Muramasa-senpai bermalas-malasan seperti itu?

"Um ~~"

Dia menepuk pipinya, kemudian memanggil seseorang dengan nada yang luar biasa imut:

"Papaaaaaaaaaa ~~"

Papa???

Apa? Sen, senpai? Apa yang baru saja kau katakan? Papa?

Aku merasakan seluruh tubuhku membeku.

"Papa, sarapan ~~~~"

Dia memanggil lagi, masih dengan nadanya yang imut. Kali ini, seseorang menjawab. Suara yang pernah aku dengar.

"Ini dia ~~ ♥"

Jika ini manga, akan ada "!" diatas kepalaku sekarang.

Siapa sangka kalau ayahnya Muramasa-senpai punya ekspresi kaku kaya tadi.

Dan.... nada suaranya... sangat manis! Bahkan ada bentuk hati di akhirnya....!!

".... Waduh...waduh..."

Sambil aku sedang berusaha turun, telingaku masih mendengar pembicaraan mereka. Sepertinya Muramasa-senpai sedang berbicara dengan ayahnya.

"Papa, berisik banget daritadi. Ada siapa?"

"Ah, seseorang dari perusahaan penerbit ~~ Papa telah mengusir mereka semua!"

Hey!!

Jika ini manga, aku yakin pembuluh darah akan muncul di keningku.

Dia melanjutkan:

"Hana-chan, sarapannya siap, cepatlah ganti baju."

"Ya ~~"

Balas peremuan yang dipanggil Hana dengan ceria, kemudian dia mulai membuka baju.

Jadi ini kamarnya - tidak, fak, fak, fak!!!

Jika hal ini berlanjut, dia akan sepenuhnya telanjang...meskipun aku punya barisan duduk paling depan untuk melihatnya.

Muramasa-senpai! Kau sangat lengah! Jendela! Tutup jendelanya, tolong!!!

"I.... ini.... ini..... tidak ....bagus..."

*Creekkkkkkkkkkk*

Karena aku gemetaran di pohon, rantingnya membuat suara dengan keras. Elf bertanya, prihatin dengan kesejahteraanku:

"Ma, Masamune, kau baik-baik saja?"

"Sh!!! Diam! Bukan apa-apa! Sama sekali bukan apa-apa!"

Aku mati jika aku ketahuan sekarang. Tidak mungkin aku bisa menjelaskan situasi ini.

"Sungguh? Kau terlihat sangat serius, apa yang kau lihat?"

".... Aku tidak bisa mengatakannya. Lebih baik jika kamu dan Sagiri tidak mengetahuinya."

Jawabku dengan serius, kemudian melihat kembali ke kamar.

"Ah."

Mataku bertemu dengan mata perempuan itu.

“………………………..”

Tangannya sedang memegang kancing bajunya. Harta karun paling keramat akan terlihat. Rasanya seperti mimpi.



“…………….”

“……………..”

Tentu saja, bagiku, ini seperti neraka. Aku pun berkeringat dingin.

"Ke...ke...kenapa...."

Akhirnya, dia menunjukkan reaksi:

"Ke.... ke.... kenapa kamu ada disiniiiiiiii!!!"

Puff! Seketika wajahnya memerah.

"Tidak, tidak, jangan lihaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaatttttttttttttttt!!!"

Muramasa-senpai mengambil bantal terdekat dan melemparkannya tepat mengenai wajahku.



Dan kemudian -

"Po, pokoknya, a...aku mengerti."

Dua menit kemudian, kita akhirnya tiba di ruang keluarga rumah Umenozo untuk menjelaskannya pada Muramasa-senpai. Kita memberitahu semua hal padanya, dari mengapa kita datang kemari sampai mengapa aku memanjat pohon. Tentu saja, aku juga menyebutkan naskah untuk Demon Fantasy Blade Legend, tapi itu nanti saja.

Muramasa-senpai telah ganti baju jadi kimono yang biasa ia pakai. Dia sedang duduk didepanku, dipisahkan oleh tablet. Elf sedang duduk disebelahku.

Ayahnya tidak ada dsini, Tentu saja dia ingin tetap disini, tapi Muramasa-senpai bilang, "Papa, pergi" dan mendorongnya.

Dia sungguh menyayangi putrinya.

"Uuuuu....."

Rintih Muramasa-senpai, wajahnya masih merah.

"Aku mengerti.... Aku tidak percaya.... kalian.... pada siapa aku harus marah...."

"Pokoknya, aku tidak kesini untuk mengintipmu. Kau harus tahu itu!"

"Tidak tidak, jangan katakan itu lagi!"

Muramasa-senpai menutupi wajahnya dengan tangannya. Elf dengan dingin berkata:

"...Jadi, ayo kita ingat kembali ke saat Masamune memanjat pohon -- Sh!!! Diam! Bukan apa-apa! Sama sekali bukan apa-apa!"

"Jangan katakan sesuatu yang menyesatkan!"

"Ma, Masamune!"

"Tidak senpai, tolong dengarkan aku! Aku hanya kehilangan fokus untuk sebentar, tidak mungkin terus melihatmu ketika kau mulai membuka baju!"

"Mwuuuuuuuu..... tolong lupakan...lupakan."

"........Nii-san..... jelek."

"Ah ~ kau membuat seorang perempuan menangis ~ sungguh pria yang mengerikan."

"Ugh."

Menerima serangan kombinasi dari tiga perempuan (satunya di tablet) membuatku jadi ingin menangis.

"Maaf!"

Aku pun berdiri dan membungkuk secara mendalam.

"Tidak, tidak, aku...tidak terlalu begitu...aku tidak semarah itu, jadi tidak perlu minta maaf...Hanya saja... itu memalukan!"

Senpai menggelengkan kepalanya malu-malu, masih bersembunyi dibalik tangannya. Menurutku pribadi dia terlihat sangat imut seperti itu.

"Ah.... apa yang kulakukan..."

Kemungkinan sudah puas melihat terpuruknya diriku, Elf dan Sagiri merubah target mereka ke Muramasa-senpai.

"Ne, ne, Muramasa-chan, Muramasa-chan."

"Kita punya banyak hal yang ingin dikatakan."

"Pertama, bisakah kau menjelaskan sesuatu yang sangat sederhan untuk kita?"

"...A, apa?"

Mereka berdua berbicara serempak:

"Apa maksudnya Papa" *2

"Ohhhhhhhhhhhhhhhhhh"

Muramasa-senpai berteriak (imut) kemudian jatuh ke belakang, matanya berubah jadi > <. Mulutnya juga berubah jadi bentuk ã„Ÿ , dia tidak mengatakan apapun.

".............."

Seperti seorang kriminal yang sudah terpojok, aku dapat melihat dia mengeluarkan keringat dingin.

“…………………”

Dia tetap diam untuk beberapa menit, kemudian akhirnya.....

"Huh, apa yang kalian bicarakan?"

"Berpura-pura bodoh?"

Bahkan Elf pun speechless terhadap betapa tidak tahu malunya dia. Aku juga sudah tidak tahan lagi.

"Sen, senpai.... itu sangat jelas kau sedang berpura-pura..."

"Huh, apa yang kau bicarakan? Aku sama sekali tidak mengerti!"

"Papa, pergi! Aku akan menjelaskannya nanti! Pergilah keluar!"

Elf mengulangi perkataan senpai yang sebelumnya, dia bahkan meniru gaya bicaranya.

"Aku mendengarnya sendiri."

"Kau salah dengar."

"Aku juga melihatnya. Senpai, kau sedang mengenakan baju tidur, kau bilang Papa, sarapan ~~~~ ."

"Itu hanya sebuah sihir."

Sama seperti ending dari novel aksi, dia terus berusaha mengabaikan kita.

"Jadi kau tidak ingin menjawabnya kah...kalau begitu..."

Elf terlihat sedikit marah, dia memegang di sekitaran mulutnya seperti speaker, berteriak:

"Papa! Datang kesini sebentarrrr ~~~~~~~"

Dia...dia....

Aku hanya bisa menatap terkejut. Di saat yang bersamaan, pintunya terbuka -

"Apa ada yang memanggilku?"

.... Dia beneran datang.

Ngomong-ngomong, ayahnya Muramasa-senpai masih ber-ekspresi kaku.... sambil mengenakan apron bergambar beruang.

Sungguh pemandangan yang tidak biasa....

Senpai lah yang pertama kali sadar akan pemandangan ini, kemudian berkata:

"Pa - ayah! Kenapa ayah disini!"

"Karena...seseorang memanggilku? Perempuan ini..."

"Iya. Aku memanggil bapak."

Elf melambaikan tangannya dengan gembira, kemudian bertanya:

"Aku punya pertanyaan untuk bapak. Panggilan apa yang putri bapak katakan pada bapak saat di rumah?"

"Papa."

"Wahhhhhhhhhhhh"

Muramasa-senpai melompat ke tengah-tengah kita dan melambai-lambaikan tangannya, berusaha menghapus apa yang baru saja terjadi. Tentu saja itu tidak berhasil.

"Kan?"

"Kalau ada di rumah! Ada masalah dengan itu?"

"Gak juga, tapi apa kau jadi malu?"

"Aku pikir itu imut. Kukira kau akan memanggil ayahmu Ayah , tapi ini juga tidak masalah."

Sagiri menyetujuinya. Tentu saja pendapat mereka berdua tidak dapat menghibur senpai.

"Uuuuuuuuuuu."

Muramasa-senpai berjongkok kebawah, masih menyembunyikan wajahnya. Elf tidak berhenti menyerangnya.

"Oke, sekarang pertanyaan kedua."

"Apa?"

Senpai melihat menengadah. Elf melihat ke ayahnya Murasama-senpai, bertanya:

"Bapak yang memasak makanannya, kan?"

"Iya."

"Cu, cuma di hari Minggu. Biasanya aku juga membantu! Bukan berarti ayahku memasak setiap hari!"

Jadi itulah kenapa dia yang membukakan pintunya tadi?

"Masamune, kau harus mempercayaiku!"

"Iya iya, aku mempercayaimu! Oke?"

Berhenti menggoyang-goyangkan leherku! Kenapa kau hanya bertanya padaku saja?

Sementara Muramasa-senpai sedang mencekikku, ayahnya melihat galak pada kita, berkata:

"...Karena anakku yang memintanya, aku pun pergi keluar. Tapi ...apa hubungan kalian dengan anakku?"

Bajunya sangat kontol, tapi auranya tidak berubah. Aku pun menjawab:

"Seperti yang kukatakan tadi, kita adalah rekan kerjanya Senjyu Muramasa-sensei...."

"Tidak, bukan itu yang aku tanyakan."

"Huh?"

"Maksudku adalah, seberapa dekat kalian?"

Elf pun menyadarinya, kemudian dia tertawa dan memegang bahu Muramasa-senpai.

"Kita adalah teman. Teman dekat. Ya kan, Muramasa-chan?"

"........ Iya, teman...setidaknya untuk sekarang." Jawab Muramasa-senpai kurang yakin.

Bahkan Sagiri menambahkan ".... Teman."

"...Begitu."

Ayahnya Muramasa-senpai mengangguk sebelum berbalik padaku:

"Dan kamu?"

"............"

Jika aku salah menjawab, apa dia akan membunuhku disini?

Jadi ini adalah "pilihan antara hidup dan mati" yang orang-orang bicarakan.

Apa yang harus kujawab...ayo jawab teman saja dulu cari amannya...

Aku mengambil nafas panjang -

Sebelum aku bisa mengatakan sesuatu, Muramasa-senpai menyela:

"Dia adalah Izumi Masamunse-sensei, penulis yang bukunya aku sukai, seseorang yang juga aku sukai."

Kampret!!!

"........."

Ayahnya Muramasa-senpai diam membeku. Elf dan Sagiri menambahkan:

"Ngomong-ngomong, dia itu pacarku."

"........ Tapi dia bilang dia sangat menyukaiku."

Hey!!! Jangan katakan sesuatu yang berbahaya!!!

Ini terdengar seperti aku seorang playboy!!! Jika aku adalah ayah dari perempuan manapun disini, maka laki-laki itu tidak akan dibiarkan untuk pergi dari sini hidup-hidup!!!

"Itu, itu cuman salah paham!!"

Aku ingin menjelaskan, tapi Muramasa-senpai menambahkan:

"Suatu hari nanti aku akan memberitahumu."

Sekarang aku tidak bisa kabur.

"............"

Ayahnya melihat kearahku dan Muramasa-senpai, kemudian berkata:

"Salah paham?"

"Iya! Ini semua cuman salah paham!"

Tentu saja selain Elf, pada dasarnya semuanya mengatakan yang sejujurnya. Tapi timing nya sangat buruk!

Selain itu, tidak seperti Elf, Muramasa-senpai mengatakannya dengan nada tidak berdosa. Jadi itu bahkan lebih buruk.

"...Aku mengerti."

Phew....

Untunglah tampaknya dia mengerti. Dia mengangguk pada kita:

"...... Biarkan aku menunjukkanmu koleksi pedang dan pisauku."

"Aku mengerti!!!"

Tidak, aku tarik perkataanku. Dia masih belum mengerti!!

"Oh, jangan khawatir. Semuanya 100% replika, bukan pedang sungguhan."

"Kalau begitu itu bukan pedang sungguhan!"

"Itu cuman bercanda."

Dia tidak terdengar sedang bercanda. Seperti ayah, seperti anak. Mereka bilang cuman bercanda, tapi wajahnya benar-benar serius.

Dia "Hmm" kemudian merubah topiknya:

"Kalian sudah makan sarapan?"

"Iya."

"Kita makan dulu sebelum kesini."

"Kita belum, karena hari ini akhir pekan. Tolong tunggu disini sebentar."

"Iya."

Bukanlah ide yang bagus membuat mereka kelaparan. Naskah yang Kagurazaka-san minta bisa ditunggu. Baik Elf maupun Sagiri menyetujuinya.

"Kalau begitu ayo makan, Hana-chan."

"Iya...Aku akan tidak ada untuk sebentar. Jangan ragu untuk membaca buku sambil menunggu."

Matanya berhenti di rak buku, yang penuh dengan novel bersampul tebal.

"Oh, Muramasa, kamu itu - Hana-chan?"

"Oh...um..."

Senpai melihat kebawah ragu-ragu, kemudian berbalik pada kita:

"Namaku Umenozo Hana...tolong berteman baik denganku mulai sekarang."

Senjyu Muramasa, nama asli Umenozo Hana.

Sungguh perkenalan yang memalukan.