Suatu hari di bulan Mei, di dalam kamar terkunci, aku sedang dimarahi oleh adik perempuanku.

"Tidak!"

"Tapi... Aku sudah menyetujuinya."

"Tidak tetap tidak!"

Tegasnya. Sagiri berdiri di depanku memakai baju favoritnya. Hari ini dia memakai headsetnya.

"Aku... sudah berjanji pada Elf..."

"... Kakak juga berjanji denganku..."

"Nii-san... Aku sudah bilang kalau kakak tidak boleh kencan dengan siapapun seumur hidupmu."

Sagiri cemberut, membuatku mengingat saat-saat itu.

Kebanyakan dari kalian mungkin sudah lupa, jadi izinkan aku menceritakan kembali situasi saat itu. Waktu itu saat aku pertama kalinya bertemu dengan Muramasa-senpai. Untuk mempublikasikan Adik Perempuan Paling Imut di Dunia, baik aku maupun Elf masih punya banyak waktu jadi kita berjalan-jalan dulu di sekitar. Elf pun men tweet "Aku sedang berkencan dengan Izumi Masamune-sensei ♥", yang membuat Sagiri mengatakan kalimat itu padaku.

"Aku sudah tidak peduli padamu lagi! Nii-san orang mesum!"

Saat itu, dia sembunyi dibalik selimut dan jadi centil, seperti dia adalah pacarku atau apalah. Dia juga -

"- Nii-san, kau tidak diperbolehkan berkencan dengan perempuan seumur hidupmu! Paham?"

"- Seumur hidupku?"

"- Iya! Seumur hidupmu. Karena..."

"-Karena?"

"-Bukan apa-apa!!!"

Hal itu juga terjadi.

"Er, bukan berarti aku lupa, tapi..."

"Kalau gitu... kenapa kakak menyetujui kencan dengan Elf-chan?"

"....Hey, waktu itu, apa kau benar-benar serius?"

"...Nii-san, kenapa kau pikir aku tidak serius?"

"Karena saat aku tanya mengapa, kau tidak mengatakan apapun dan merubah subjek pembicaraannya."

"...Ugh..."

Sagiri mundur beberapa langkah. Tepat sasaran! Aku bertanya lagi:

"Jadi kenapa kau jadi centil saat itu?"

Kecuali kau mengatakan alasannya, aku tidak bisa minta maaf.

"Itu...itu bukan urusanmu!"

Dia memalingkan kepalanya, kemudian melirikku:

"Bagaimanapun juga...Nii-san... kau tidak diperbolehkan mengencani siapapun seumur hidupmu."

"...Seumur hidupku..."

"Seumur hidupmu! Tidak! Tetap tidak!" Teriaknya,

Kalian mungkin sudah menyadarinya, akar permasalahan ini adalah "kencanku dengan Elf".



Saat itu hari White Valentine.

"- Sudah diputuskan. Aku akan mengambil ini."

"- Aku menantikannya ~ Onii ~ chan ♥"

Dan itu adalah akar permasalahannya. Setelah menyadari rencana Megumi, Elf juga memilih "kencan" sebagai hadiah White Valentine nya.

Aku berhutang banyak pada Elf, jadi aku tidak bisa menolaknya. Dengan begitu rencanaku adalah pergi kencan di bulan Mei.

Kemudian, Sagiri mengetahuinya, jadi aku dimarahi.

"Tapi Elf sudah sangat menolongku sebelumnya... Aku harus membalasnya..."

"Kau tidak perlu berkencan hanya karena itu! Beri saja dia permen atau sesuatu!"

"Dia membencinya! Itulah kenapa aku menyetujui kencan ini - selain itu, bukan berarti aku berkencan sebagai sepasang kekasih, ini cuman kencan pertemanan! Apa yang salah dengan itu, hal itu sangat sepele!"

"Tidak! Tetap! Tidak!"

Sialan, kenapa aku harus menjelaskan ini seperti seorang pacar yang tidak setia?

"Taman bermain... Aku tidak pernah pegi ke taman bermain sebelumnya...."

Ucapnya, kemudian dia berdiri dan mengeluarkan kartu asnya:

"Nii-san...di matamu, antara aku dan Elf, siapa yang lebih penting?"

"Tentu saja kamu."

Jawabku dengan cepat. Sagiri tampaknya tidak menduga jawaban itu.

"Ini....Itu....~~~~~~~~~~~~~~~ serius!!!"

Matanya berubah jadi >.<, dia mulai meninju perutku.

"Nii-san! Aku membencimu! Idiot!"

"Apa...Aw! Baiklah baiklah, aku mengerti!"

Aku mendorong sedikit kening Sagiri, lalu dia melambai-lambaikan tangannya tanpa menyentuhku. Terlihat sedikit lucu.

"Jika kamu menolaknya maka aku akan menurut. Aku akan mengatakannya padanya."

"...Sungguh?"

"Um."

Memang berat melanggar janji dengan Elf, tapi aku pun mempunyai prioritas. Sebagai seorang kakak, aku tidak bisa membuat adik perempuanku membenciku.

Aku merendahkan tanganku.

"Tidak apa."

Dia pun mengangguk, emosinya sudah hilang sepenuhnya, dan bergumam:

"...Elf-chan tidak akan marah...kan?"

"Dia akan marah. Aku akan meminta maaf, kemudian memikirkan sesuatu untuk berbaikan dengannya nanti."

"....Kalau begitu...biar ku bantu...aku akan berusaha..."

"Yeah, aku akan beritahu dia itu juga."

Setelah itu, aku pergi ke Cystal Palace (rumah Elf). Hari ini bukan akhir pekan, jadi dia harusnya ada di rumah saat sore.

Aku membunyikan bel nya. Dengan cepat dia datang:

"Ah, Masamune! Fufufu, biar ku tebak...kau sudah memutuskan akan kemana saat kencan kita?"

"Tidak. Bukan itu."

"?"

Elf memiringkan kepalanya kebingungan. Aku pun membungkuk:

"Maaf! Bisakah kita membatalkan janji tentang kencannya!"

"............. Masuklah kedalam dan ceritakan padaku." Kata Elf denga nada sedingin es.

"Waduh...."



Di dalam ruang tamu yang rapih, aku berlutut di hadapan Elf (yang sedang menanigs), berusaha sekuat tenaga untuk menenangkannya.

"*Hiks*Hiks*... Aku sudah menantikannya..."

"Aku sangat minta maaf! Ini semua salahku!"

Sudah tidak diragukan lagi, ini MEMANG salahku. Yang bisa kulakukan hanyalah membungkuk lebih rendah lagi.

"Maaf! Aku akan...membalasnya. Pasti!"

"Balas...*hiks*...sungguh?" Tanya Elf dengan matanya yang berair.

"Iya. Selama itu sesuatu yang bisa kulakukan, aku akan melakukannya!"

"...Tapi...bukan kencan, ya kan?"

Kata Elf, seperti dia sudah mengetahui pembicaraanku dengan Sagiri saja, meskipun aku belum memberitahukannya apa-apa.

"Uhm.... selain kencan, apapun tidak masalah..."

"Kalau begitu... lusa nanti... datanglah ke rumahku dan ayo kita main, gimana?"

"Disini?"

"Iya."

"Bukankah itu sama saja dengan kegiatan kita sehari-hari? Apa ini benar-benar yang kau inginkan?"

"Iya." Elf mengangguk dengan senang seperti seorang anak kecil.

"...Karena... seharusnya aku bersiap-siap untuk kencan, aku punya banyak waktu... awalnya aku bermaksud untuk mendapatkan referensi saat kita kencan... apa itu tidak masalah?"

"Tidak masalah."

Biasanya, dia selalu riang, tapi melihatnya lemah lembut seperti ini membuat hatiku berdebar-debar sedikit.

"Tidak masalah... kita hanya bermain bersama."

Itu masih bisa disebut kencan, tapi di tempat yang berbeda - pikiran itu tiba-tiba muncul di pikiranku.

"Baiklah!"

Tapi setelah melihat wajah Elf, pikiran itu tiba-tiba menghilang.

"Jadi ini kencan kita! Berdua! Tidak ada yang bisa mengganggu kita!" Elf tersenyum bahagia.

"Wa, wajahmu! Terlalu dekat!"

Aku reflek mundur beberapa langkah. Kebetulan - mataku melihat tangan Elf dan aku melihat dia sedang memegang - air mata buatan.

"Kau menipuku lagi!"

"Oh, ketahuan!" Elf menjulurkan lidahnya.

"Jadi kau hanya berpura-pura menangis?"

Kau membuatku jadi seperti orang jahat!

"Tentu saja! Aku bisa menebak kemungkinan besar kau akan seperti ini. Jika dia tahu, Princess mu akan marah, kemudian ada seseorang yang super ultra siscon akan panik dan berkata 「Aku tidak akan pergi lagi!」"

Apa kau sungguh harus mengatakannya seperti itu.

Tapi...menakutkan...dia memang benar. Apa dia sungguh tidak mendengar pembicaraanku dengan Sagiri?

"Bagaimanapun juga, dibandingkan dengan cahaya fajar Elf-chan, adik perempuanmu pasti lebih berharga, Masamune-nii-san!"

Elf pun berbalik, merasa tidak senang. Aku membalas:

"Iya. Apa kau membencinya?"

"Enggak, seperti inilah dirimu."

"Huh?"

Masih misterius seperti biasanya.

Elf berbalik padaku, kemudian menunjuk dadaku dengan tangannya yang membentuk sebuah pistol:

"Fufufu, tunggu saja. Siapkan dirmu... aku akan serius kali ini."

"Bagaimana yah...apa sebenarnya maksudmu..."



Hari itu.

Minggu pagi, aku sampai di rumah tetanggaku. Tentu saja, aku telah melaporkan ini pada Sagiri.

".... Hmmm... aku mengerti... tidak masalah."

Dia menyetujuinya, tapi wajahnya tidak bilang begitu.

Sebenarnya dia ingin aku melakukan apa? Aku tidak bisa tenang!

Aku menghembuskan nafas dan membunyikan bel nya. Setelah beberapa saat, pintunya terbuka, Elf muncul sambil tersenyum.

"Pagi! Selamat datang!"

"Er...baju...baju ini...."

"Fufufu, bagaimana menurutmu?"

Ikat pinggang yang pendek, atasan tanpa lengan, celana legging panjang, kacamata hitam bermerek yang ada diatas kepalanya dan gaya rambut baru - semua itu membuatnya bahkan tampak lebih hidup dari biasanya.

"Bagaimana penampilanku? Cantik, bukan? Apa kau menyukaiku sekarang?"

"Iya....iya......"

Perasaanku yang sebenarnya adalah "sangat imut", tapi aku tidak bisa mengatakannya. Malahan, aku berbicara dengan suara netral:

"Kenapa kau merubah penampilanmu?"

Mendengar itu, Elf menutup matanya.

"Aku berencana untuk mengejutkanmu, tapi ada seorang siscon yang menggagalkan rencanaku, jadi aku harus mengenakan ini di rumah."

"Aku sungguh minta maaf."

"Lupakan saja, aku tidak ingin mengingat hal itu lagi. Kau akan membalasnya hari ini bukan?" Dengan senang Elf memegang tanganku.

"Ui."

Kelembutan ini membuatku tidak tahu harus melakukan apa. Dia melihatku seperti dia bisa melihat langsung ke dalam hatiku:

"Rencanaku adalah mendapatkan referensi saat kita kencan, kau harus membalas yang itu juga."

Begitu.... kencan di rumah...membalas, kah...

Tapi jika seperti itu jadinya -

"Ayo, Masamune!"

Bersamaan dengan katanya, keraguan terakhir dalam hatiku pun menghilang.

"Lewat sini!"

"Mau kemana kita?"

Elf menarikku melewati pintu masuk, seperti seorang kekasih.

Biasanya kita akan ke ruang keluarga, tapi hari ini dia melewatinya, dan menunjuk ke depan:

"Pertama - di sebelah sini: Ruang Foto Fantastis milikku."

"...Apa yang kau katakan?"

Mengapa itu terdengar seperti sesuatu yang hanya muncul di dalam light novel?

Elf menunjuk ke ruang foto itu, berbicara padaku dengan nada gembira:

"Sebelum kencan, kita harus pergi ke suatu tempat untuk bersenang-senang dulu, kan?"

"...Terus?"

"Aku telah menyiapkan banyak tempat yang menyenangkan di rumahku hari ini." Elf mengangguk, sangat percaya diri. "Kencan kita - maksudku, kencan bohongan kita hari ini dimulai dengan sepasang kekasih berjalan melewati itu semua."

"Maksudmu... kamu menyiapkan semua ini hanya untuk hari ini?"

"Tidak, contohnya, ruang foto ini baru saja selesai kemarin."

"...Bukankah itu sulit?"

"Iya, tapi jarang-jarang kau ingin membalasku." Jawab Elf dengan tenang.

"Tapi bukankah hal ini adalah sesuatu yang harus aku lakukan daripada dirimu?"

"Tidak masalah, siapa peduli. Aku mempersiapkan banyak hal untuk hari ini, contohnya kotak bentou."

"Begitu."

Gaya yang sangat keperempuanan. Atau lebih tepatnya, gaya Elf.

"Tapi aku tidak ingin kau hanya membalasku untuk White Valentine, aku juga ingin kamu membalasku untuk hal-hal yang lain, jadi -"

"Jadi kamu harus membuatku bersenang-senang sebanyak mungkin, oke!?"

Elf memegang tanganku lagi.

Karena ini cuman kencan bohongan, seharusnya kalau ini saja tidak masalah, bukan? Tapi hal ini bahkan mengharuskanku berkonsentrasi sekuat tenaga supaya aku bisa menjawabnya:

"Jika ini adalah sesuatu yang bisa kulakukan untukmu, aku akan melakukannya."

Menyadari rencananya berjalan sesuai rencana, Elf pun tertawa:

"Fufufu, kau harus memegang kata-katamu."

Di pintu, ada papan kecil yang bertuliskan "Ruang Foto Fantastis". Pintunya sendiri terlihat tua, bukan "Elf membuat pintunya terlihat tua" tapi "pintunya benar-benar tua".

Aku pernah masuk ke ruangan ini beberapa kali sebelumnya, tapi hanya dipenuhi dengan kardus-kardus. Saat itu, Elf masih memindah-mindahkan barangnya.

"Tunggu saja dan lihatlah!"

Elf membanggakannya dan membuka pintu dengan lebar. Di hadapanku terdapat ruangan yang benar-benar berbeda.

"Wah...apa ini?"

Aku terkejut. Ini... memang ruang foto yang fantastis.

Bagaimana mengatakannya...hmmm, kita mulai dengan dinding nya dulu. Banyak judul-judul produk yang menempel di dinding, kebanyakannya dari maha karya Yamada Elf-sensei, "The Flame of Dark Elf". Kebanyakan dari itu terlihat jelas buatan sendiri, tidak seperti yang dijual di toko, produk itu terlihat lebih berharga.

Hadiah Sega, figur, tanah liat... ada pula meja kerja di bagian sudut. Aku bisa tahu setidaknya ada lusinan lebih karya yang akan selesai.

Melihat reaksiku, Elf tertawa, merasa puas.

"Fufufufu! Bagaimana?"

"...Mengagumkan. Figur ini, ilustrator ini, model ini - ada berapa jumlahnya?"

"Semuanya? Totalnya ada 43."

"Sebanyak itu?"

"Yup! Dark Elf ku sangat cocok untuk dijadikan figur, ada banyak orang yang melakukan itu. Karena permintaannya sangat tinggi - seperti inilah hasilnya."

Elf terlihat malu, seperti anak yang sedang dipuji ibunya.

"Ha ~~~~~"

Sangat jarang bagi anime yang sudah selesai tayang bisa menjual produk sampingan sebanyak ini. Memang hebat anime of the year.

Aku tidak akan memberi tahu judul dari novelnya, tapi ada banyak kejadian dimana "jumlah figur karakternya luar biasa banyak". Meskipun yang membuatnya tidak kenal dengan pengarang, dia masih membantu dalam penjualan novelnya. Aku sudah banyak kepikiran ini, seperti "Kenapa perempuan ini sangat spesial, padahal ceritanya sudah berakhir tapi figurnya masih laris terjual", "Novel ini awalnya dari web novel sudah lama sekali" atau "Kampret, yang ini punya banyak sekali merchandise!!"

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu ada di depanku.

Seseorang yang membuat merchandise-merchandise itu mempunyai sudut pandang yang berbeda dengan kita seorang pengarang. Ketika mereka bertemu karakter yang sreg dengan hatinya, mereka akan memilih karakter itu untuk dijadikan merchandise.

Bagaimanapun, semua ini hanyalah pendapatku semata.

Dada. Onee-chan. Baju renang. Baju gothic loli. Armor yang sangat terbuka. Pakaian dalam setipis kertas. Pantat yang menggoda. Cosplay erotis -- dan lain-lain...

Tampaknya para pembuat merchandise hanya tertarik dengan hal yang kusebutkan diatas. Sekali lagi, ini hanyalah pendapatku semata.

Ketika dia menggambar untuk The Flame of Dark Elf, Army-sensei juga mengikuti permintaan dari para pembuat merchandise.

Selain figur karakter utama dengan banyak pilihan gaya, mulai dari seperti malaikat sampai iblis, elf, gothic loli - ada merchandise ksatria sihir dari Dark Elf, karakter utama laki-laki memakai baju besi yang biasa dipakai... Semua detailnya, tidak peduli seberapa kecil itu, harus sempurna dengan teliti. Karena pembuatnya harus membuat model tiga dimensi.

"Army-chan sangat baik dalam membuat ksatria sihir! Dia bahkan tidak melupakan detail kecil apapun!"

Aku pernah mengatakan itu pada Eromanga-sensei, yang membuatnya kesal:

"Dia lagi dia lagi! Dia ya dia, aku ya aku! Kalau kakak sangat menyukainya, pergi saja sana ke rumahnya! Beritahu dia untuk membuatkan ksatria sihirmu atau Noble Phantasm untukmu!"

"Fufufu, ngomong-ngomong, aku menyukai ini daripada merchandise Dark Elf yang lainnya."

Elf menunjuk ke .... seorang perempuan cantik yang mempunyai dua belas sayap, tampak memancarkan sinar matahari?

"Figur ukuran asli, Emily!"

"Kau memakai namamu sendiri!? Dan dia bahkan terlihat persis sepertimu!"

"Tentu saja. Aku modelnya!"

"Aku tahu itu! Aku tahu itu! Aku sudah melihatnya sebelumnya, tapi aku terlalu malu untuk bertanya, pokoknya aku sudah tidak tahan lagi! Aku hampir terbahak-bahak saat kau memperkenalkan itu!"

Mendengar itu, Elf membusungkan dadanya:

"Tapi aku pikir ini bagus melihat dirimu yang sangat tersentuh."

"Bukan itu maksudku!"

"... Lihatlah tangan putih yang suci ini! Lihatlah sayap yang hampir tembus pandang ini! Fufufu - tunggu apa lagi, cepatlah berlutut di hadapanku!"

Dia mengabaikanku. Lagi.

Aku menghembuskan nafas:

"...Dengarkan aku... Aku pikir ada batasan bagi seorang penulis untuk membuat dirinya sendiri jadi dewi di novel miliknya sendiri." (note: disini dewi maksudnya tuhan)

Ini aneh. Tidak biasa. Setidaknya aku tidak bisa melakukannya.

Alasannya sederhana, sungguh. Biasanya, tidak ada yang bisa menahan malu untuk melakukan itu. Diantara semua pengarang yang aku tahu, hanya satu atau dua pengarang dapat melakukannya. Itulah kenapa aku pikir Yamada Elf-sensei luar biasa.

"Jika Dark Elf dapat anime season dua, tentu saja aku akan jadi pengisi suara untuk dewi ini!"

"Aku pikir ini pertama kalinya bagi karakter yang penting disuarakan oleh penulis orisinilnya sendiri."

"Iya kan! Aku bahkan sudah mulai latihan!"

Elf sangat senang, sementara aku tidak punya hal lain untuk dikatakan.

Bagaimana bisa ada orang yang sangat naif tapi juga sangat tulus sepertinya! Hanya berbicara dengannya membuat hatiku berdebar tak karuan.

"Figur ini dibuat berdasarkan dari dirimu, kah..."

Aku merendahkan kepalaku hingga sejajar dengan dada, dengan hati-hati mengamati.

"Pasti susah membuat ini..."

Tiba-tiba dia memukul kepalaku.

"Aw?"

"Me...mesum! Jangan turunkan kepalamu seperti itu!"

"Kamu yang membuat ini, atas dasar apa kau mengatakan hal itu?"

Keluhku. Elf tersipu, dan berteriak:

"Karena tatapan mesummu membuatku malu! Mesum!"

"Kaulah yang mesum... kau pasti memikirkannya sebelum membuat figur ini kan!?"

Begitulah, Elf dan aku, sekali lagi, mulai berdebat. Seperti biasa.



Singkatnya - seperti itulah bagaimana Ruang Foto Fantastis dimulai. Tapi bukan bagaimana Ruang Foto Fantastis berakhir.

"Hmmm....Elf...sebenarnya...aku tidak sengaja melihatnya....di belah sana..."

"Ah? Yang itu? Ayo kita lihat, kalau begitu?"

"Ayo!" Kataku dengan semangat.

"Hm, laki-laki hanya tertarik pada hal seperti itu..."

Elf mengambil "itu" dan memberikannya padaku.

"Wow...berat.... ini dibuat dari metal?"

"Tentu saja. Berdasarkan pedang iblis Red Sword."

Pedang iblis Red Sword adalah senjata yang sangat terkenal di Flame of Dark Elf. Ini adalah pedang satu tangan, berwarna hitam, bergaya Flamberge.

Di dalam novel, ketika rival karakter utama Ksatria Hitam mengangkat ini, pedanya akan terbakar api hitam - tapi tentu saja hal itu tidak akan terjadi di dunia nyata. Meskipun bagitu pedang ini tetap keren.

"Aaaaaaaaaaahhhhhh ~ Luar biasa! Ini, ini...!!!!!!"

Aku mengambil pedangnya dan melihat pedang ini dengan gembira. Disebelahku, Elf tampaknya tidak terlalu mengerti.

"Huh? Kau menyukainya? Bagaimana bisa kau lebih menyukai ini daripada figur yang terlihat persis sepertiku? Aku tidak bisa menerimanya..."

"Tentu saja! Aku adalah laki-laki! Aku suka pedang dan pistol! Ngomong-ngomong, aku tidak mengerti alasanmu figur itu >>>>>>> pedang iblis. Pedang ini adalah impian bagi semua pengarang yang bergelut di genre fighting! Meskipun ini palsu, ini masih pedang di dunia nyata!"

"Jadi...pedang itu sangat membuatmu semangat?"

"Tidak bisakah kau merasakannya? Perasaan ini! Contohnya, jika novelku ada sesuatu seperti "Pedang Naga Raja Kajakt", "Nietono no Shana" atau "Tongkat Ainz Ooal Gown", mereka harus dibuat dengan sangat teliti! Aku sangat senang sampai-sampai aku ingin menangis! Aku bahkan loncat ke sungai Arakawa! ...er...ada apa dengan reaksimu? Apa yang sedang kau pikrkan?" (note: gatau apaan yang pertama, tapi yang kedua dari Shakugan no Shana, dan tongkat Ainz tentu saja dari SASUGA AINZ-SAMA)

"Apa yang kau pikirkan, mengabaikan perempuan saat sedang kencan dan malah fokus lihat senjata?"

".............. Aku minta maaf."

Aku tidak bisa mengatakan apapun selain minta maaf.

"Pokoknya... kau harus ingat kalau pedang ini sangat keren."

".... Masih harus menyelesaikan pembicaraan, kah. Lupakan saja. Jika kau sangat menginginkan itu, aku bisa memberikannya padamu."

"... Aku sungguh ingin pedang ini, tapi ga, makasih."

"Kenapa?"

"Karena pedang ini seharusnya ada disini."

Jawabku dengan jujur. Berada di sekitarku, pedang ini tidak ada artinya. Tidak ada yang bisa melihatnya.

Tapi Elf tidak tertawa.

"Aku mengerti. Maaf telah mengatakan itu."

"Oke."

Elf tidak tertawa, tapi aku yang tertawa.

"Suatu hari, aku ingin menulis pedang keren di novelku juga."

"Karena kau menulis novel komedi romantis, aku sangat ragu kau bisa menulisnya."

"Yah, itu juga benar -"

Mendengar perkataan Elf yang sangat tepat, aku hanya bisa menghembuskan nafas dalam-dalam.

"Sialan ~~ Sekaimo bukan novel aksi! Tidak mungkin aku menambahkan pedang atau senjata keren, bahkan robot perang super juga!"

".... Jafi robot pernah muncul di novelmu sebelumnya?"

"Ahhhh, aku ingin berbicara dengan karakterku sendiri. Jika itu dibuat anime, aku harap ada adegan perang yang bagus di opening nya! Aku ingin berbicara ketika animeku sudah tayang! Aku ingin mengabaikan komentar orang-orang yang tidak membaca novelku! Aku ingin menjelaskan dengan perlahan segala hal didalam adegan pertarunganku!"

Jiwaku menangis.

"Kau bisa terus mencoba. Seperti itulah penulis pendatang baru bertarung."

"Kau benar... kau sangat benar."

Bukan berarti aku akan berhenti menulis setelah Sekaimo. Setelah itu, aku bisa tetap menulis novel aksi.

"Selain itu, membuat novel romantis bukan berarti kau otomatis tidak bisa menulis adegan pertarungan. Genre romantis sekarang punya lebih banyak novelnya daripada genre aksi. Kesampingkan Dark Elf ku, ketika seseorang ingin menulis seorang karakter, membuat novel romantis jauh lebih mudah..."

"Hm.... Aku tidak benar-benar setuju."

Dan aku pikir bukan aku saja yang berpikir seperti itu. Menurutku, tidak banyak orang yang ingin menjadi penulis light novel karena mereka ingin melihat perempuan yang mereka ciptakan menjadi nyata.

"Orang semacam itu sebenarnya menganggap remeh! Bayangkan saja! Ketika kau membuat pemeran utama perempuan super imut, ketika dia melangkahkan kakinya ke dunia 3D dan sampai di tangan pembaca..."

"Sudah tidak diragukan lagi mereka pasti akan senang."

Aku menyilangkan tangan didepan dadaku, membayangkan situasi yang baru saja dikatakan Elf.

"Contohnya, di arcade game, perempuang itu yang diciptakan Izumi Masamune ditempatkan ke dalam crane machine."

"Hm hm, kedengarannya bagus."

"Tentu saja, sebagai penulis originalnya, kau dapat beberapa merchandise. Tidak termasuk yang langka, dan barang limited."

"Wow...Itu bagus..."

"Ya kan? Sama sepertiku, bagaimana jika kau menaruh itu semuanya di satu ruangan - tidakkah kau pikir itu luar biasa?"

Aku melihat ke sekeliling ruangan. Bagaimana jika ruangan ini dipenuhi karakter Izumi Masamune?

Bukankah itu sama saja dengan jika aku membuat pedang yang keren?

"...Ini...rasanya bagus..."

"Tentu saja, kau harus menungggu sampai kau benar-benar menemuinya."

Ini bukanlah sesuatu dimana hanya membayangkannya saja bisa memberikan pengalaman yang nyata. Elf pun tersenyum lebar:

"Tunggu sampai Sekaimo mu punya perempuan seimut dewiku Emily-chan, kau bisa membuat ruangan seperti ini."

"Pastinya.... yah, bagaimana yah... Lebih baik tidak menyentuh kamar orangtuaku... Jika aku menyimpannya di kamar Sagiri, akan sulit untuk memasukinya..."

Elf bertanya:

"Bagaimana kalau menyimpannya tepat di pintu masuk?"

"Jika Kyouka-san melihatnya, dia pasti akan dengan segera mengadakan rapat keluarga!!!!"

Hanya memikirkannya saja sudah membuatku menangis!

"Kalau begitu kamarmu."

".... Aku tidak punya pendapat yang lebih baik lagi. Pokoknya, hal itu masih jauh di masa depan, aku harus berusaha lebih keras!"

"Semangatlah. Oke, tempat selanjutnya!"

Aku khawatir kalau kencan bohong-bohongan di rumah akan membuat kita malu, tapi semuanya ternyata berjalan baik. Itu pasti karena kita berdua sangat akrab.



Dari Ruang Foto Fantastis, kita menaiki tangga menuju lantai dua.

Di depan pintu selanjutnya, Elf mengangkat tangan, berkata:

"Ini Memoria Theather (Tempat seorang gadis cantik)."

"Ini tempat kerjamu, bukan?"

"Diamlah, hari ini ruangan ini adalah Memoria Theater. Cepat masuklah."

Dia memegang tanganku dan memasuki "Memoria Theater" ini.

Aku melihat sekeliling, kemudian berkomentar:

"...Ruangan ini kosong. Dimana komputer mu...? Apa kau menyimpannya?"

"Yup. Aku menyimpan penghalangnya."

Menyebut komputernya sendiri sebagai penghalang...sungguh, perempuan ini...

"Jadi... apa hubungannya antara tempa ini dan Memoria Theather? Dan apa yang kau rencanakan disini?"

Mendengarkan pertanyaanku, Elf menunjuk satu-satunya kursi di ruangan ini. Ada kamera diatasnya. Aku tahu tipe kamera ini, itu lumayan berharga.

"Menggunakan itu untuk mengambil foto seorang gadis cantik. Untuk membuat kenangan bagi kita harini."

"Aku mengerti."

"Tentu saja, kau yang memotonya. Kau mengerti?"

"Tentu saja."

Dengan senang aku mengambil kamera itu.

"Huh? Jarang melihatmu mematuhiku seperti itu. Apa kau tahu cara menggunakannya?"

"Tidak masalah. Aku punya yang mirip seperti ini di rumah, aku biasanya menggunakannya untuk mengambil referensi."

Aku tidak terlalu jago dalam hal ini, tapi aku masih bisa dengan cepat memfokuskan lensaku terhadap "gadis cantik".

"Ayo mulai."

Memencet tombol shutter nya. *klik klik*

"Tunggu."

"Bagus bagus ~ sekali lagi!"

*Klik klik*

"Dengarkan aku!"

Mengikuti perkataan Elf, layarnya menjadi gelap. Dia menutup lensanya.

Karena aku sedang senang mengambil foto, aku pun menjawabnya, dengan sedikit nada jengkel didalam suaraku:

"Apa yang kau lakukan!"

"Apa yang kau lakukan? Foto apa yang kamu ambil?"

"Sagiri. Aku dapat melihatnya dari sini."

"Kau harusnya mengambil fotoku!"

"Tapi kamu bilang mengambil foto seorang gadis cantik...."

"Diamlah! Jangan lihat keluar, ada gadis super imut di hadapanmu sekarang!"

"...Elf imut."

Meskipun dia sedang jengkel, dia masih tetap imut.

"A...apa? Kenapa kau memujiku sekarang?"

"Tapi masih tidak seimut adik perempuanku, yang sedang berguling di kasur tanpa peduli dengan dunia ini !"

Ucapku dengan semangat. Elf tidak berkata apapun, kemudian dia menutup tirainya.

"Apa yang kau lakukan???"

"Aku tidak akan membiarkanmu mengamil foto orang lain hari ini. Berikan kamera itu padaku, aku akan menghapus semuanya."

".... Kuh...yah...kau benar.... meskipun ini kesempatan yang langka dapat melihat adik perempuanku...tapi kau benar...."

Aku mengusap air mataku, berkata:

"Sini. Hapuslah."

".... Kau sangat semangat sekali, bukan. Baiklah, sudah dihapus."

Semuanya...hilang.

"Baiklah...lagi."

Elf memberiku kameranya, berpose seperti model.

" - Fotolah. Pastikan kau ambil foto seorang pengarang terkenal - yang tidak lain dan tidak bukan adalah aku, oke."

"Hey."

"Huh?"

"Kau bilang ada suatu tempat yang ingin kau datangi saat kencan, bukan?"

"Iya."

Baru saja, jalan-jalan ke Ruang Foto Fantastis bisa juga disebut sebagai jalan-jalan ke taman. Jika hal serupa seperti tadi bisa diterapkan ke Memoria Theater....

"Bagaimana jika kita berfoto bersama?"

"Ehhhh!?"

Mata Elf terbuka lebar. Aku mengangkat kamera sampai sejajar dengan wakjahku, kemudian tersenyum, seperti yang ia lakukan beberapa kali sebelumnya.

"- Lagipula, ini foto kenangan."

".............."

Elf tertegun untuk sebentar, tapi dengan cepat ia tersenyum:

"Bahkan Masamune bisa mengatakan sesuatu yang benar. Baiklah! Kita harus mengambil foto kenangan selama kita berkencan!"

Dia tersipu malu, tapi dia tertawa dengan bahagia.

"Ha ~ jadi kau ingin berfoto denganku sampai segitunya?"

"Iya. Jika kau memperbolehkannya."

"Tidak ada pilihan lain ~~ jika kau sangat menginginkannya, kalau begitu ayo kita berfoto bersama ♪"

Elf hampir melompat kegirangan, kemudian dia mengaitkan tanganku dengan tangannya.

"Ter...terlalu dekat."

"Aku juga malu! Tahan saja."

"Tunggu, aku tidak bisa menahan kamera ini dengan satu tangan! Beri aku tri-pod atau sesuatu!"

"Sungguh, laki-laki macam apa kamu itu! Oh benar, jarang-jarang kita mendapatkan kesempatan seperti ini, jadi ayo kita cosplay!"

"C...c...cosplay?"

"Iya! Ada baju cosplay di Ruang Foto Fantastis!"

"Ah...yeah...tapi..."

"Kumohon! Kumohon! Ambil foto cosplay kita! Kumohon!"

Elf melihatku dengan tatapan seperti anak anjing.

"..............."

Aku tidak bisa menolaknya. Elf sedang memohon padaku, dan aku tidak bisa menolaknya!

"Baiklah. Kalau begitu ayo kita pergi."

"Iya!"



Dan begitulah -

Kita mulai mengambil "foto kenangan cosplay" kita. Tidak hanya kita duduk dengan sangat intim, kita bahkan me-reka ulang kejadian dari novelnya. Ada foto yang terlihat seperti Opening dari Flame of Dark Elf, ketika Elven Archer sedang bertarung melawan Ksatria Hitam yang mempunyai pedang sihir. Bahkan aku pun malu melihat itu.

"...Elf... apa kau akan... menunjukkan orang-orang foto ini?"

"Kenapa enggak? Tidakkah kau ingin menunjukkannya pada semua orang?"

"Jangannnnnnnnnnnnnnnn!! Aku akan mati karena malu!"

"Kenapa harus malu? Kau sangat senang di foto ini!"

"Tolong jangan lakukan itu...Aku...Aku tidak habis pikir bahkan setelah empat tahun setelah debut pertamaku, aku masih membuat sejarah yang kelam...!"

"- Tapi ini menyenangkan, bukan?"

"------"

Aku menyerah, kemudian menghembuskan nafas.

"Sangat menyenangkan."

"Aku juga!"

Kita berdua pun tertawa.



Dan begitulah - tempat kerja Elf - Memorial Theather - penuh dengan tawa.

"Selanjutnya makan!"

Setelah melakukan cosplay, kita tidak pergi ke ruang keluarga, melainkan kita pergi ke taman untuk makan siang. Elf sudah menyiapkan sandwich yang banyak.

"Rasanya enak! Aw, panas panas!"

Melihatku sedang berusaha memasukkan daging ayam ke dalam mulutku, Elf tertawa kecil:

"Aku menaburkan bumbu diluar dagingnya. Seharusnya itu membuat rasanya jadi lebih enak."

"Memang enak!"

Jika kita melakukan kencan betulan, aku tidak bisa memakan sandwich panas seperti ini.

"Apa ini bagian dari rencanamu juga?"

"Ini - yah, kau bisa bilang kita sedang berada di Taman Elf." Ucapnya setelah melihat ke sekeliling.

Saat ini, kita sedang dikelilingi oleh bunga-bunga musim semi.

"Baiklah, Masamine. Selanjutnya coba sandwich ini."

Setelah aku selesai memakan sandwich ayamku, Elf memberiku yang baru. Yang ini ada tomat dan ada cengkihnya.

"Terima kasih. Oh, cengkih ini, dibuat olehmu juga?"

"Yup." Kata Elf sambil melihat bunga di sekeliling kita "Bunga-bunga ini masih terlalu muda. Seharusnya bisa dipetik di bulan Juli nanti, silahkan menantikannya."

"Tentu saja."

"Masih ada banyak."

Dia melihat ke sekeliling, tersenyum bahagia.

.... Sungguh perempuan yang ceria.

"Ngomong-ngomong, apa kau sengaja tidak membiarkanku masuk ke dalam ruang keluargamu?"

Sejak pagi, Elf menarikku dua kali ke suatu tempat tapi tidak pergi ke ruang keluarga. Tentu saja sepertinya dia punya alasan untuk itu...

Mendengarku, bibir Elf sedikit terangkat:

"Tidak biasanya kau peka hari ini. Apa kau sudah memutuskan untuk membuang gelarmu sebagai pemeran utama light novel?"

"Aku tidak punya gelar semacam itu - jadi, ada apa di dalam ruangan itu?"

"Jika kau telah menyadarinya, maka aku akan memberitahumu. Ruangan keluarga Crystal Palace sudah diubah sedemikiran rupa kedalam bagian dari rencana kita."

"Dengan kata lain, sesuatu yang mirip seperti Ruang Foto Fantastis dan Memorita Theather?"

"Iya. Tapi aku belum bisa memberitahumu namanya."

"Aku menantikannya."



Setelah itu, kita pergi ke dua tempat lagi. Sudah jam tiga saat kita selesai.

"Ayo istirahat dulu."

Kata Elf dan membawaku ke ruangan keluarga.

Sama seperti yang kutebak, ruangan ini berubah menjadi "keda Café", tapi...

"A, apa ini?"

"Ini Kedai Izumi bergaya Jepang."

"Kenapa menggunakan namaku - tidak, bukan itu sekarang! Dimana ruangan keluargamu yang biasanya?"

Sofanya telah berubah menjadi alas duduk. Teko tehnya juga diubah jadi gaya tradisional. Ada tirai bambu di dindingnya juga.

Semuanya telah dirombak habis-habisan. Ruangan keluarga gaya barat yang seperti biasa telah menghilang.

"Butuh kerja keras mempersiapkan ini hanya untuk hari ini! Aku bahkan meminta bantuan Army-chan."

".... Kenapa kau memberitahuku itu - reaksi seperti apa yang kau harapkan dariku?"

"Hanya perasaan senang saja sudah cukup. Semua ini hanya untuk hari ini."

"..............."

Aku rasa aku disambut sedikit berleihan.

Elf memasuki ruangan keluarga, menunjuk ke alas duduk.

"Duduklah, Masamune."

"Disini?"

"Iya. Dimana saja tidak masalah."

Elf berjalan menuju dapur dan membawa nampan besar, kemudian dia menyimpan teh dan makanan ringan diatas meja.

Biasanya, dia suka manisan dan kue, bersama dengan teh merah, tapi hari ini bukanlah hari yang biasanya.

Bau harum tehnya memenuhi udara.

"Tidak terlihat seperti makanan ringan mu yang biasanya... apa ini? Kue telur? Bukan...bukan itu."

"Strawberry daifukumochi. Aku membuatnya sendiri. Lucu, bukan?"

"Wow....hebat."

Aku mengambil strawberry daifukumochi dan memasukannya kedalam mulutku.

Tentu saja, rasanya luar biasa. Aku pernah melakukan penelitian dalam memasak, jadi aku bisa tahu dengan cepat.

"Luar biasa. Jadi kau bisa buat makanan ringan juga?"

"Tentu saja. Karena sepertinya kau menyukai ini... Aku meminjam rekaman dari pelajaran memasak ibumu untuk berlatih... Bagaimanapun juga, kau terlihat menikmatinya."

Sungguh pekerja keras.

"Masamune, setelah melihat betapa pedulinya aku padamu, cepatlah puji aku."

"Terima kasih banyak."

Tapi sebenarnya tidak perlu juga mengatakan itu.

Ngomong-ngomong, "ibumu" yang dikatakan Elf bukanlah ibu Sagiri - Aku memanggilnya "ibu". Yang dimaksud Elf adalah ibu asliku, yang aku panggil "Ibu". (note: apa bedanya njir, sebenarnya TL inggrisnya itu Mom dan ibu sagiri mother, tapi karena 'Mama' gaenak juga jadinya Ibu tapi I nya gede.)

Aku pernah mengatakan ini sebelumnya. Saat dia masih hidup, Ibuku adalah guru memasak.

"...Tidak heran rasanya mirip...ternyata kau mempelajarinya dari Ibu."

Ini pertama kalinya aku memakan straberry daifukumochi.. tapi aku sudah tahu itu.

"Apa itu... mirip seperti yang ada di ingatanmu?"

"Ah...iya. Aku belum pernah memakan straberry daifukumochi buatan Ibu, tapi aku pikir... jika Ibu membuatnya, rasanya pasti akan sama seperti ini."

"...Begitu. Senang mendengarnya. Pokoknya, yah, kau tahu..."

Kata Elf berputar-putar. Mungkin topik pembicaraan sebelumnya tidak mudah baginya juga.

"Jangan khawatir, lanjutkan saja seperti biasa. Itu sudah lama sekali. Aku tidak apa-apa."

"Begitukah? Kalau begitu aku akan menanyamu langsung... apa ada kata "Rasa ibu" di bahasa Jepang?"

"Iya. Ada."

"Bagus... keluargaku...yah, tidak pernah memasak untukku, jadi aku tidak tahu apapun tentang rasa ibu. Aku hanya punya beberapa ingatan samar sedang memakan bersama ayahku sebelum ayah meninggal... Tapi kau tahu rasa itu, kan?"

"Uhm, iya. Sebenarnya, semua yang aku ingat tentang Ibuku adalah masakannya."

"Aku tahu , benar. Jadi..."

Ekspresi Elf seperti mengatakan "dia mungkin akan marah jika aku berkata seperti itu", kemudian melanjutkan:

"... Aku khawatir jika aku mengingat kembali masa lalumu ...apa kau akan...marah?"

Apa yang dia katakan? Kenapa aku harus marah karena itu?

".... Rasanya nostalgia. Ini membuatku mengingat banyak hal yang sudah aku lupakan."

Keluarga kita berkumpul bersama di meja makan dan memakan masakan Ibu.

Saat Ibu sedang libur, Ibu selalu berbicara denganku tentang skill memasaknya.

Dan setelah Ibu meninggal, Ayah dan aku berlatih berdasarkan ajaran Ibuku.

"Jika kau senang, maka itu yang terbaik."

"Yeah. Terima kasih."

Entah kenapa, aku ingin berterima kasih pada Elf.

"Sama-sama... Aku berencana memasak sepiring penuh untukmu daripada membuat makanan ringan seperti ini."

"Jika kau membuat sepiring penuh, aku tidak berpikir aku bisa merasakan Rasa Ibu itu."

"Sebenarnya aku pernah mencobanya. Tapi karena aku tidak pernah punya kesempatan untuk memakannya, jadi aku tidak melakukannya. Ibumu bilang kalau masakan rumahannya sedikit berbeda, jadi aku pikir Ibumu memasak berdasarkan selera keluargamu."

Ini benar. Kau harus juga mempertimbangkan selera orang lain. Pelajaran Ibuku cocok untuk semua orang, di setiap situasi, tidak seperti ketika Ibuku memasakan untuk keluarga Izumi.

"Jadi aku rasa mungkin aku tidak pernah merasakan masakan Ibuku lagi...dan kemudian aku menyerah."

"Jika kau belum pernah memakan masakan Ibumu, aku mungkin bisa membuat sesuatu yang cukup untuk menipu seleramu."

Karena selama pelajarannya berlangsung, Ibu sering membicarakanku, jadi Elf dapat mengira-ngira "Makanan apa yang Izumi Masamune sukai."

"Tidak perlu sampai sejauh itu, ini saja sudah lebih dari cukup. Aku rasa kemungkinan besar Ibu akan memasak sesuatu yang mirip seperti ini."

Apa yang kukatakan adalah perasaanku yang sesungguhnya tanpa ada maksud yang lain, tapi Elf sepertinya tidak bisa menerimanya. Dengan tatapan kosong, dia berkata:

"...Sejujurnya, aku tidak bisa menerimanya... Saat ini, memang benar aku tidak melakukannya, tapi tidak lama lagi, aku bisa membuat ulang rasa rumahan Izumi untukmu."

"Haha, apa yang kau katakan."

Ekspresinya mengatakan hal yang sama, oleh karena itu aku hanya bisa tertawa.

"Akan tetapi, jika kau benar-benar akan melakukannya... tolong lakukan yang terbaik."

Itu adalah rasa yang tidak akan pernah bisa kurasakan lagi. Rasa Ibuku.

"Serahkan saja padaku! Aku akan membuat merasakanny lagi!"

Kata Elf, penuh keyakinan.

"Wow...kenapa kau sangat bersemangat?"

Apa yang sedang terjadi?

"Hm, aku akan selalu menghadapi tantangan dengan seluruh kekuatanku. Meskip harus sampai mati aku tidak akan berhenti."

Aku tidak sepenuhnya mengerti, tapi itu sungguh luar biasa. Dia mempersiapkan dirinya untuk sebuah pertarungan.

Elf batuk, meminum teh, dan berkata:

".... Sebenarnya, saat ini aku tidak terlalu percaya diri dengan makanan ringan ini, tapi hari ini aku sudah berusaha... Pokoknya, ayo kita makan bersama."

"Tentu saja."

Aku mengangguk.

Tetapi...hari ini, harusnya aku membalas Elf untuk hari White Valentine, tapi sepertinya malah aku yang disambut baik. Ini tidak bagus.

Aku harus membalasnya entah bagaimana!

".... Sebenarnya, aku punya sesuatu untukmu, Elf."

"Eh? Apa itu?"

"ini."

Aku mengambil software game dari kantong.

" - Ini! Bulan lalu! Ini..."

"Aku tanya sebelumnya... apa kau sudah membelinya?"

"Enggak! Karena anime membuatku sangat sibuk, aku hanya ada waktu sejak kemarin - pokoknya, bagaimana kau bisa tahu aku menginginkannya?"

"Kau sudah memberitahuku berulang kali, kalaukau akan membeli game setelah pekerjaanmu selesali. Jadi aku pikir... hadian ini harusnya cocok."

Suaraku jadi semakin mengecil, karena Elf tidak mengatakan apapun dan hanya terus melihatku.

Huh? Apa aku salah beli?

"......................"

"................. E...Elf?"

".............. Ini.... ini - untukku?"

"Tentu saja. Untukmu, Elf. Hadiah dariku."

Aku mengangkat tangaku dan memberikannya padanya.

"Terima kasih telah berteman denganku sampai sekarang."

"Um, bagus!"

Elf mengambil sambil ragu-ragu.

Aku melanjutkan:

"Terima kasih atas kerja kerasmu di anime."

"Uh...terima kasih."

Akhirnya, Elf pun tersenyum. Semunyan nakal, seperti sedang menjahiliku.

"Hey, apa kau melihatku sepanjang hari? Ahaha ~ kau sangat baik ~"

"Yeah, tentu saja. Game itu sangat mahal."

Melihatku tersipu, Elf berkata dengan jujur.

"Aku senang."

"Senang mendengarnya." Aku batuk, berusaha menyembunyikan rasa maluku. "Aku juga punya satu."

Aku memperlihatkannya konsol genggamku sendiri.

"Aku juga membelinya untukku sendiri. Suatu hari kita bisa bermain bersama."

"Ayo main sekarang!"

"Eh?"

"Ayo main sekarang! Aku akan membawa konsolku kesini."

Elf kembali ke sifat ceria yang biasanya. Sepertinya hadiahku berhasil melakukan pekerjaannya.



Kita bermain bersama di kedai teh (tadinya ruangan keluarga). Setelah beberapa saat, kita memutuskan untuk beristirahat.

Elf duduk di sebelahku. Dia berkata:

"Hei...Masamune."

"...Iya? Elf?"

"Ano..."

Dia duduk diatas alas dudukan, menegakkan punggungnya.

"Iya?"

"Jika kau menikahiku, aku akan melakukan apapun yang kau pinta setiap hari."

"-Iya?"

Kau adalah kandidat untuk menjadi suamiku.

Aku mengingat dia berbicar seperti itu sebelumnya.

"Tunggu...tunggu..."

Melihat mataku, Elf berbisik langsung ke telingaku:

"Aku bisa mengenakan pakaian apapun yang kau inginkan setiap hari. Sebagai kepala rumah tangga, aku bisa memberimu uang saku bulanan ....biar kupikir...bagaimana kalau sekitar ¥1.." (note: kurang lebih 1.. Rupiah Lebih tinggi dari gaji kebanyakan orang 3-5 tahun kerja)

Wow, sangat banyak! Tunggu, sekarang bukan waktunya untuk itu!

"A, apa yang kau bicarakan?"

"Aku akan memberitahumu semuanya. Tentu saja, aku akan jadi ibu rumah tangga juga. Jika ada sesuatu yang kau sukai, aku akan membelikannya untukmu, kau tidak perlu menggunakan uang sakumu. Aku akan menghargai waktu pribadimu, jika kau ingin melakukan sesuatu sendirian, aku akan mengizinkannya."

"Ini bukan sesuatu yang perempuan harus katakan!"

Biasanya, bukankah suami yang harus memberitahu istrinya tentang ini?

"Kalau begitu...bagaimana kalau..."

"...Tunggu tunggu...terlalu dekat...."

Wajah Elf sangat dekat. Sangat dekat. Aku hampir bisa merasakan nafasnya.

"Jika kita menikah.... Aku, kamu dan Sagiri - bisa hidup bersama... Kita bisa pergi bersama kemanapun. Suatu hari, jika hikikomori anak itu sudah sembuh, kita bisa pergi berjalan-jalan bersama. Pemandian air panas, laut, bermain ski.... tidakkah kau pikir itu akan jadi mengagumkan? Kita juga bisa tinggal disini. Sedikit modifikasi dan Crystal Palace bisa jadi rumah kita, ruang foto kita. Dimana-mana, dari ruangan dekat pintu masuk akan dipajang semua pencapaianmu."

Pidato Elf tentang kehidupan kita setelah menikah sangatlah detail. Sudah termasuk semua yang bisa aku pikirkan, membuatku menantikannya.

"Bagaimana?"

".... Setiap hari seperti itu.... mungkin tidak terlalu buruk."

"Aku tahu, kan! Apa itu membuat hatimu berdebar-debar?"

"...Iya."

"Begitu..."

Dia mendekatkan wajahnya padaku. Mata biru nya melihat langsung kedalam mataku.

"........"

Ada apa dengannya hari ini...lebih agresif dari biasanya. Dia membuat hatiku semakin tak karuan...

"Hey, apa kau diam-diam sedang mencoba memegang pahaku?"

"Oh, terlihat sangat efektif."

"Apa ada seseorang yang mengajarimu trik aneh itu!? Megumi, ya kan?"

"Walaupun begitu.... hm hm, Masamune, wajahmu merah."

"Tentu saja! Aku adalah seorang murid SMA yang sehat dan normal!"

Melihat reaksiku, Elf menatap padaku:

"Hoho, kau berlebihan kah? Yah, aku juga merasa malu, itu tidak diduga. Kupikir trik itu tidak akan berhasil, tapi hasilnya lebih baik dari yang kukira."

"Jadi jangan usap pahaku dengan erotis seperti itu!"

Masih duduk, aku berusaha menjauhkan diriku dari Elf. Tapi dia tersenyum nakal dan tetap mencondongkan badannya, menjebakku.

"Apa kau ingin pergi ke suatu tempat?"

"Aku tolak."

"Katamu kau akan membantuku dalam mendapatkan referensi."

"Apa situasi seperti ini bisa dihitung referensi?"

"Iya. Referensi."

Aku pikir sesuatu yang mirip pernah terjadi juga saat kita sedang ada di pantai. Jika ingatanku benar, Chris-aniki melihatku dan adik perempuannya bermain cairan pelumas.

"Dibawah langit yang luas, sang pemeran utama idiot sedang dimangsa oleh sang pemeran utama perempuan si predator. Fufufu, Masamune.... terima saja takdirmu sebagai buruanku."

"Bagaimana bisa kau mengatakan kalimat seperti di light novel disaat seperti in?"

Dengan cepat aku menghindar dari si predator Elf dan melarikan diri. Untuk menghilangkan perasaan erotis di pahaku, aku membersihkan bagian itu juga.

"Lagipula, melakukan kencan tidak akan memberikan referensi apapun untuk The Flame of Dark Elf!"

"Kau baru menyadarinya sekarang? Jika ini light novel, ketika pembaca membaca baris ke 14 dari halaman ke 171 dan melihat catatan Yamada Elf, mereka akan menyadari sesuatu."

"Sudah kubilang berhentilah dengan metafota konyo...Tunggu, jangan jangan -"

"Iya." Elf mengangguk, berkata: "Aku akan menulis novel romatis baru."

“Ehhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh???”

Aku berteriak:

"Bagaimana dengan The Flame of Dark Elf!? Jangan-jangan itu..."

"Aku tidak akan memberhentikannya. Dark Elf akan terus lanjut secara terpisah dengan yang baru."

"Ke, kenapa? Itu tidak seperti kau menulis dengan cepat. Ketika animemu akan berakhir tayang, meskipun kau tidak berencana melanjutkan animenya secepat mungkin, tapi dengan penjualan yang cukup, season kedua akan jadi pembicaraan yang hangat. Kau akan sangat sibuk. Kamu akan mati! Serius, kenapa kau memutuskan menulis novel baru disaat seperti ini?"

Karena aku tidak dapat mengerti, aku menanyakannya langsung. Elf membusungkan dadanya, menjawab:

"Karena aku ingin."

"................... Begitu."

Aku berpikir untuk sebentar, kemudian berkata:

"Jika kau ingin.... kalau begitu mau gimana lagi."

Meskipun situasi saat ini tidaklah bagus, itu tidak penting. Karena dia ingin melakukanya. Sama seperti Muramasa-senpai katakan:

"Jika aku harus memberi alasan bagiku menulis sebuah novel baru, itu karena aku ingin."

Diantara banyak sekali alasan dan satu alasan itu, aku rasa aku bisa memahami satu alasan itu. Kurasa jika melakukannya maka akan membuat novel yang bagus.

"Iya. Hanya itu."

Elf duduk lagi, dan memukul-mukul tempat disebelahnya. Yang artinya "Aku masih punya sesuatu untuk dikatakan, cepatlah duduk", bukan?

Aku melakukan sesuai apa yang ia suruh, berkata:

"Jadi latar belakangnya adalah saat ini?"

"Iya. Dunia modern. Tidak ada pertarungan. Genre romantis."

"Hah... apa kau mempunyai alasan untuk menulis novel semacam ini?"

".............."

"Apa ada alasannya?"

"Tidak ada."

Dengan senyuman misterius di wajahnya, Elf merubah topik pembicaraan:

"Selain itu... hanya mendapatkan referensi untukku tidak terlalu baik... jadi selanjutnya adalah mendapatkan referensi untukmu."

"Untukku?"

Melihat aku masih tidak memahaminya, Elf menatap padaku:

"Kau menulis novel romantis bersama adik perempuanmu. Tentu saja, sebagai seorang super ultra siscon, kau mungkin ingin menulis sesuatu yang kau dan adik perempuanmu ingin lakukan. Tapi kau tidak bisa menulisnya jika hanya mengandalkan imajinasi saja, kau harus merasakannya sendiri di dunia nyata."

"Kau benar juga."

Pernyataan Elf membuatku malu.

Menggunakan adik perempuanku sendiri sebagai bahan untuk menulis novel, kemudian memintanya untuk menggambar ilustrasi. Kemungkinan hal itu adalah yang ingin Elf kritik padaku.

Tapi mau gimana lagi! Seperti yang dia katakan, yang bisa kulakukan hanyalah menulis tentang cerita kita! Aku bersumpah kalau aku meminta pertolongan adik perempuanku karena (kadang-kadang berakhir jadi sesuatu yang erotis) adegan di dalam novelku.

"Fufufu.... Aku sudah dengar banyak dari Sagiri."

"A...apa yang kau dengar?"

Elf tidak menjawab, dia malah berbicara dengan nada jahil:

"Contohnya, diam-diam mencoba mengintip saat sedang mandi dengan alasan referensi."

"Tunggu sebentar! Sagiri! Dialah yang tukang intip!"

Kenapa kau terdengar seperti aku mengintip adik perempuanku saat dia sedang mandi?

Sagiri, ini salahmu, bukan?

Aku mencoba menjelaskan kesalahpahaman ini, tapi...

"Begitukah? Yah, aku juga berpikir begitu."

Kelihatannya Elf sudah tahu yang sebenarnya.

"Jika kau tahu, kenapa kau berbicara seperti itu...."

Mendengar pertanyaanku, Elf pun tertawa "Aku ingin melihat wajahmu memerah."

Sungguh...

Aku tidak bisa menerima adik perempuanku berbohong padadu. Tapi aku senang dia tanpa sepengetahuanku, membuat teman baru.

"Dengar baik-baik, Masamune. Aku akan mengatakan sesuatu yang penting."

".... Ini pertama kalinya aku bertemu seseorang kalau dia akan mengatakan 'mengatakan sesuatu yang penting'. Silahkan saja."

Elf memegang pinggulnya, dan berkata:

"Mulai sekarang, aku akan mengambil peran adik perempuanmu!"

"Huh? Elf? Jadi adik perempuanku?"

Mendengar perkataannya, aku hanya bisa berpikir untuk sebentar.

"Onii-sama! Onii-sama! Ayo main Onii-sama! Peluk aku! Main denganku! Ayo kita nonton anime bersama! Ayo kita pergi kencan berdua, Onii-sama! ~~ Onii-sama ♥"

Sialan, dia sangat imut.

"Ara ara! Ketiga novel Onii-sama paling baru jika digabungkan hanya terjual 2.? Bahkan lebih rendah dari satu novelku! Fufufu ~!"

Wah asu, sekarang aku tidak mau jadi kakaknya lagi.

"Masamune, apa kau tadi baru saja menganggapku sebagai adik perempuanmu dan membayangkan sesuatu yang erotis?"

"Tidak. Aku yakin tidak adik perempuan yang lebih baik dari Sagiri di dunia ini."

"Ah begitu? Aku membencimu~"

"Terserah! Katakan padaku, kenapa kau tiba-tiba menyarankan hal ini?"

Elf tersenyum jahat, berkata:

"Ada beberapa hal yang kau ingin lakukan tapi Sagiri tolak. Apa kau ingin mendapatkan referensi untuk itu juga?"

Topiknya kembali ke referensi lagi.

"Tentu saja aku mau."

"Kalau begitu kita lakukan sekarang, dengan diriku sebagai adik perempuanmu!"

"Eh...Elf, akan merepotkan menjadi adik perempuanku."

"Tidak masalah! Karena aku seorang adik perempuan yang super imut ~"

"Beneran?"

"Yup. Solusi yang sempurna, bukan? Seharusnya ini bisa membuatmu tambah senang."

"Aku tidak begitu mengerti pemikiranmu... tapi jika kau ingin menggantikan Sagiri untuk membantuku mendapatkan referensi... terima kasih."

"Ya kan, ya kan?"

"Kalau begitu sekarang...hmm...hal yang ingin aku lakukan bersama adik perempuanku kah...ini terlalu mendadak jadi aku tidak bisa memikirkan apapun..."

Atau lebih tepatnya, ada terlalu banyak, jadi aku tidak bisa memutuskannya sesegera mungkin. Aku menyilangkan tanganku, berpikir.

"Hey...Masamune...Tidak, Onii-sama."

"Iya?"

Kelihatannya acting Elf sudah dimulai.

Adik perempuan (palsu) ku Elf...tersipu, dan berkata:

"Ka...kalau boleh.... bisakah aku mandi bersamamu, Onii-sama?"

"A...apa?"

Apa yang kau bicarakan? Aku sangat ketakutan, tapi mulutku menolak berbicara.

Elf sepertinya tahu apa yang sedang kupikirkan, dan berkata:

"Kamu gak mau ...karena Sagiri?"

Janga beritahu dia INI, Sagiri! Sungguh, dia tidak memikirkan image ku sama sekali!

"Kamu gak mau ...dapet referensi?"

"Yah..."

Yah... Bukan berarti aku tidak mau referensi....! Tidak tidak tidak tidak tidak tidak!!! Aku setengah bercanda saat aku memberitahu Sagiri ini, jika dia setuju memakai baju renang, maka aku harus meminta Elf untuk memakai baju renang - tunggu tunggu, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal itu!

"Ja, jangan bercanda! Ini tidak baik untuk hatiku!"

"Ini...bukanlah sesuatu yang bisa aku bercandakan...."

Wajah Elf semakin memerah, tangannya bergetar.

"Tapi...."

Tidak ada yang bisa kulakukan selain mundur sejauh mungkin. Kemudian... ini berakhir dengan Elf berada diatasku -

"Baiklah, ayo kita lakukan, Onii-sama!"

"Bahkan Shiba Miyuki-chan tidak akan mengatakan sesuatu seperti ini!!!!" (note: shiba miyuki dari mahouka. super brocon)

Dia jelas-jelas tidak ada niatan memakai baju renang! Dia berencana ingin langsung mandi telanjang!

Elf mencoba melepaskan kancing bajuku, sementara aku sedang berusaha sekuat tenaga menolaknya!

"Fufufufufufu!!! Semua kancingnya sudah lepas!!! ~~~~~~"

"Aghhhhhhhhhh!!! Hentai! Mesum! Selamatkan aku Sagiri! Sagiri -!!!"

Ada seorang kakak laki-laki meminta pertolongan pada adik perempuannya. Entah kenapa, ketika Elf sedang melepas kancing bajuku --- handphonenya berdering seperti sebuah penolakan.

*Beep beep beep beep beep beep beep*

“…………………”

“…………………”

Baik aku maupun Elf berhenti, melihat kearah handphonenya. Dengan espresi kurang senang, Elf pun mengangkatnya, dan berkata dengan nada kesal:

"Halo?"

"Ini aku, Sagiri."

Aku bisa mendengarnya juga, karena wajahku dengan Elf sangat dekat.

"...Sagiri? Ada apa? Kenapa kau meneleponku sekarang?"

"Nii-san ada di tempatmu, kan?"

".... Iya. Terus?"

".... Elf-chan, ke-plin-planan-ku mengacaukan kencanmu, Aku minta maaf."

"Oke gak masalah. Jadi, ada apa?"

"Balas budi"

"Huh?"

"Aku akan melakukannya sekarang."

"... Apa hanya karena itu kau menelepon?"

"Iya."

"..... Kau bisa melihat apa yang baru saja kita lakukan darisana?"

"Tidak, tentu saja tidak."

"Begitu? Sungguh? Kenapa aku merasa kau terdengar marah?"

"Itu benar. Aku tidak marah...eh...apa tidak masalah jika aku menemuimu sekarang?"

"Gak, bukan masalah. Hanya dengan kau ingat untuk membalasku sudah lebih dari cukup."

"Aku mengerti. Kalau begitu sampai nanti."

"Sampai nanti."

*Klik*

"...................."

Dengan ekspresi yang muram, Elf melihat handphonenya cukup lama sebelum akhirnya melihatku:

".... Masamune, apa di tubuhmu ada perangkat rekaman atau sesuatu yang mirip? Baru saja timing nya terlalu pas."

"Itu adalah kekuatan cinta."

"Keh ~ dia mengancurkan suasana lagi bagus-bagusnya."

Suasana bagus apa yang sedang kau bicarakan?

Elf melepasku, meregankan tubuhnya, dan berkata:

"Jadi, Onii-sama? Apa ada referensi yang ingin kamu lakukan? Melakukan sesuatu bersama adik perempuanmu?"

Aku mengancingkan kembali bajuku, berkata:

"Karenamu, semua yang bisa aku pikirkan hanyalah hal-hal erotis."

"Yang erotis juga tidak masalah."

Bisik Elf, tapi dia terlihat sangat malu.

......... Kenyataannya melihat dia seperti itu membuat hatiku berdebar lebih cepat daripada dia menyerangku secara agresif. Tapi aku tidak akan mengatakan ini padanya.

Untuk menyembunyikan perasaanku, aku berbicara dengan nada dingin:

"Aku sudah punya seseorang yang disukai. Aku tidak akan melakukannya."

"Maksudmu Sagiri? Bukankah dia menolakmu?"

"... Walaupun begitu tetap tidak akan merubah perasaanku."

"Bukankah perasaanmu terhadap Sagiri adalah perasaan cinta biasa antara saudara?"

"..............."

"Jadi itu yang mengganggumu."

"Tidak, aku....."

Aku terkejut melihat Elf menebak dengan sangat benar...tapi aku punya solusi untuk masalah ini, jadi hal ini tidak terlalu menggangguku.

"Iya. Aku menyukai Sagiri sebagai adik perempuanku."

"Bahkan sekarang?"

"Iya. Aku memang merasa sedik sakit saat dia menolakku...Tapi aku pikir hal itu merupakan kesempatan yang bagus, jadi aku bisa fokus menjadi kakak yang baik untuknya. Meskipun kita tidak ada hubungan darah."



"Aku ingin keluarga."



Aku mengatakannya lagi. Ini adalah perasaanku yang sesungguhnya.

Elf melihatku dengan mata penuh perhitungan, kemudian hanya mengatakan satu kata:

"Sungguh?"

Dia berhenti sebentar, sebelum melanjutkan:

"Biarku pikir sebentar. Saat ini, kau menyukai Sagiri sebagai adik perempuanmu. Karena hal itulah, sekarang, kamu tidak akan mendorong hubunganmu dengannya, atau melakukan sesuatu yang erotis. Karena kau ingin keluarga, kau ingin hubungan saudara yang normal. Seperti itu?"

"Iya."

"Sungguh?"

"Apa maksudmu? Sepertinya kau meragukanku. Semua yang aku katakan itu benar."

"Aku tahu kamu mengatakan yang sebenarnya...dan itulah masalahnya. Kenyataan selalu lebih menakjubkan dari light novel...Aku selesai jika aku menembakmu. Hal yang sama akan terjadi jika aku berusaha menekan perasahaanku sendiri dan tidak mengatakannya. Mencoba menggunakan hubunganmu tidak berhasil juga. Bertingkah malu-malu dan memberitahumu perasaanku yang sesungguhnya adalah pilihan yang terbaik, tapi ternyata itu juga tidak berhasil... Aku pikir rute Masamune itu terlalu sulit...Aku merasa seperti aku bermain visual novel yang tidak memperbolehkanku untuk men-save gamenya."

"Apa yang sebenarnya sedang kau bicarakan?"

"Jika semua yang kamu katakan itu benar, maka sederhana saja."

Elf menunjuk wajahku dengan jarinya:

"Cepatlah sukai aku."

".................."

"Jika kau lebih menyukaiku daripada Sagiri, maka kamu bisa jadi saudara yang normal dengannya." Elf merubah taktiknya.

"Ba, bagaimana bisa hal itu masuk akal?"

"Bukankah kau bilang tadi Kakak laki-laki tidak akan punya perasaan romantis apapun pada adik perempuannya? Tapi bukan itu masalahnya sekarang. Karena hal itu, kau tidak bisa menjadi saudara yang normal, dan hal itulah yang mengganggumu. Sebenarnya, aku bisa memperbaiki itu. Kau ingin jadi saudara yang normal dengan Sagiri, sementara aku ingin kamu menyukaiku dan menembakku. Kita berdua bertujuan mendapatkan kebahagiaan kita di kehidupan ini."

"..............."

"Tidakkah kau pikir tujuan akhir kita sama?"

Sangat meyakinkan. Mungkin itu benar - aku sebenarnya memikirkan itu.

"Aku punya satu hal lagi untuk dikatakan. Kebenaran yang sederhana: Aku yakin jika kau menyukaiku, hubungan antara kamu, aku dan Sagiri tidak akan menjadi buruk."

"Ba, bagaimana bisa kau seyakin itu?"

Sagiri menyukaiku sebagai adik perempuan.

Tapi dia pasti akan bilang kalau dia tidak ingin aku berpacaran dengan perempuan lain.... mungkin! Jika aku berpacaran dengan Elf, bukankah akan sangat tidak nyaman untuk kita? Aku juga tidak sepenuhnya yakin...

"Karena..."

Mendengar pertanyaanku, Elf menjawab dengan serius:

"Karena anak itu menyukaimu juga. Tidak peduli kamu berpacaran dengan siapa, dia tidak akan membencimu, dia akan berusaha demi dirimu - sebagai seorang adik perempuan.... sama seperti bagaimana kamu mendukung cintanya."

"....."

Entah kenapa, hatiku merasa sakit.

"Ditambah...Aku juga menyukai Sagiri. Aku tidak akan marah padanya. Kita pasti akan cepat akrab."

.... Aku pikir hal yang sebaliknya mungkin akan terjadi.

"Serahkan saja padaku. Biarku urus kebahagiaan kalian berdua."

Dia terlihat tersipu malu, Elf mengangkat jarinya, dan berkata dengan nada gembira:

"Ngomong-ngomong, itu adalah alasan pertama dan kedua dari Sepuluh alasan mengapa Izumi Masamune dan Yamada Elf harus menikah."

"Jangan bicara sesuatu seperti karena itu sudah takdirnya."

"Pengarang terkadang menggunakan takdir sebagai alasan untuk menuntun jalannya cerita jika mereka tidak bisa menemukan alasan yang masuk akal. Tapi aku tidak akan menggunakannya."

"Pikirkan dulu sebelum bicara..."

"Fufufu, pertandingan yang adil adalah rute terpendek menuju kemenangan."

Di tengah tawaan kami, kita punya pembicaraan yang menyenangkan. Tapi... aku bisa melihat kebaikan tersembunyi dibalik dirinya.

"Aku ingin memberitahumu semua alasan mengapa kamu dan aku harus menikah, tapi jika terlalu lama hanya akan menjadi bumerang, jadi aku akan memberitahumu alasan utamanya."

Tiba-tiba Elf mendekatkan dirinya padaku, mengatakan kalimat yang paling penting:

"Karena kau menyukaiku."

"!Hey...ap..."

"Aku memang mendorongmu, tapi kau tidak membenciku karena itu, kan?"

"...................."

Aku tidak membencinya. Malahan, hatiku berdebar-debar, aku merasa sangat senang. Ada banyak sekali waktu dimana aku tidak bisa menenangkan diri semenjak aku memasuki rumahnya.

"Bagus kalau begitu. Jika kau bilang kamu tidak menyukainya, aku akan menangis."

Elf menghembuskan nafas lega dan menepuk-nepuk dadanya sekali lagi.

Dia menyerangku tanpa henti, tapi dia masih berusaha melindungiku. Tanpa mengucapkan satu kata pun, tapi masih sangat efektif.

Aku berusaha menjauhkan diri sebisa mungkin darinya, dan berkata:

"Kamu...yah, ada banyak hal tentangmu yang tidak aku sukai, ada banyak hal yang membuatku marah...tapi kamu teman yang baik, kamu imut dan dapat dindalkan...aku tidak akan pernah membencimu, apapun yang terjadi."

Untuk menjawab perasaannya, aku juga harus membuat ini jelas.

"Jika seseorang sepertimu menyukaiku, tentu saja aku akan menyukaimu juga."

Jika... jika situasinya berbeda, aku pasti sudah menembaknya.

Aku akan melakukan apa yang dia minta, aku akan memanggil namanya, melamarnya.

Jika. Jika saja.

Elf yang ada di depanku sedikit gemear. Dia memegang dadanya, dan bergumam lemah:

"Begitu...terima kasih."

"Ah...sama-sama.."

Apa yang harus aku katakan?

“…………………”

“…………………..”

Sialan, aku harus mengendalikan situasi ini. Jika hal ini berlanjut, atmosfer nya akan hancur, tapi aku tidak bisa memikirkan apapun.

"... Tidak seperti light novel, berusaha menjadi tsundere di dunia nyata itu terlalu naif."

Elf sangat tersipu dan mengatakan sesuatu yang tidak ada hubungannya:

"Memberitahu perasaanmu kepada pria yang kau sukai itu sangat memalukan...jadi beberapa orang akan bertingkah malu-malu dan mulai menjahilinya. Jika ini adalah sebuah cerita, pembaca mungkin akan berpikir itu lucu, tapi kenyataannya melakukan itu membuat dia tidak mungkin memahami perasaanmu yang sebenarnya. Aku pikir seseorang yang tidak dapat melakukan itu tidak akan pernah bisa menang dalam cinta. Aku tidak ingin dikalahkan oleh seorang pengecut yang tidak bisa mengatakan isi hatinya yang sebenarnya."

Jadi, aku akan mengatakannya.

Tiba-tiba Elf berdiri sambil gugup. Dia melihat langsung padaku dengan senyuman jutaan watt.





"Aku mencintamu, Masamune."



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku rasa seseorang baru saja memukul kepalaku dengan keras. Seperti seseorang baru saja membunuhku.

Tapi aku memaksa otakku untuk bekerja, memaksakan pikiranku untuk menjawab.

"Ke, kenapa?"

Bahaya! Sangat bahaya! Aku hampir saja jatuh cinta padanya.

Aku memang berhasil tidak jatuh cinta padanya - tapi bukan berarti aku sudah terbebas dari marabahaya. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku, tanpa mempunyai keberanian untuk melihat mata Elf.

"Ke...kenapa kau menyukaiku? Apa aku melakuan sesuatu padamu?"

Kenapa aku? Aku tidak tahu. Jika ini light novel, mungkin hanya pembaca yang dapat menyadari sesuatu, tapi sayangnya ini kenyataan.

"Ah....."

Elf menghembuskan nafas.

"...A, ayo kita bicara sediit tentang masa lalu..."

Rasa malu Elf sudah mencapai level maksimum. Tentu saja, hatiku juga berdebar-debar dengan cepat.

"Ketika kita pertama kali bertemu...apa kamu ingat apa yang kau katakan saat itu?"

"Pertemuan pertama kita?"

Kalau tidak salah, itu seperti pertemuan kompetitor...apa kita mengejek satu sama lain?

"Kamu, katamu, dengan membaca novelku, kamu merasa kau telah terselamatkan...bukan?"

"...Iya, memang."

Itu ketika orangtuaku meninggal. Sagiri menjadi hikikomori, kita mulai tinggal bersama.

Setiap hari sangat sunyi, sulit sekali.

Karena...aku membaca novel Elf, itu pertama kalinya aku tersenyum dalam waktu yang sudah lama.

Disitu adegannya lucu, tapi aku menangis sambil tertawa. Aku tertawa, dan memperoleh kembali semangatku.

Aku sungguh berpikir...bahwa aku telah diselamatkan oleh light novel.

Aku memberitahu Elf betapa bersyukurnya diriku.

"Saat itu...ketika aku melihatmu."

"Karena...itu?"

"Kamu pasti punya pengalaman yang mirip, contohnya...selama acara tanda tangan, tiba-tiba kau merasa pertemanan dengan seseorang meningkat sampai level hampir berteman."

Benarkah?

Muramasa-senpai contoh terbaiknya. Awalnya, aku sangat membencinya, tapi ketika dia bilang bahwa dia adalah penggemarku - aku menyukainya dalam sekejap.

"Semenjak saat itu, kesanmu di hatiku berubah dari seseorang yang tidak aku kenal menjadi seseorang yang aku perhatikan. Awalnya, aku mengira kamu sebagai penggemarku yang tinggal di sebelahku ...tapi kemudian setelah itu, ketika kita bermain bersama, berbicara, setelah aku mengetahuimu lebih baik lagi...aku mulai memikirkan tentangmu."

"...."

"Berbicara denganmu, menjahilimu...itu menyenangkan, aku tidak pernah sedekat itu dengan laki-laki seperti itu...Aniki, um, dia terlalu besar untukku, dan kau tahu siapa dia...jadi kamu adalah orang pertama yang seumuran denganku yang dekat denganku...Pokonya, entah bagaimana.... hal itu berubah jadi seperti ini! Bahkan aku sendiri tidak yakin!"

Perempuan super imut sedang memberitahuku mengapa dia menyukaiku. Bagian mana dariku yang ia sukai. Seberapa besar dia menyukaiku.

Air mata mulai turun dari matanya. Wajahnya sangat merah sampai aku bisa melihat sebuah lapisan tipis kabut.

Ini adalah momen paling membahagiakan dalam hidupku!

"Tapi jika aku harus menyebut nama dan tempat...saat aku mulai menyukaimu -"

Bibir Elf yang kecil dan lembut sedikit naik.

"Saat aku kalah dari Sagiri."

"Sagiri? Kapan itu terjadi? Aku memang pernah bersaing denganmu -"

Dulu, aku dan Elf membuat pertandingan, siapapun yang menang akan mendapatkan Eromanga-sensei. Di akhir, dia menerima kekalahannya.

"Ya memang itu. Saat itu, aku tidak dikalahkan olehmu, aku dikalahkan oleh Sagiri. Kamu, ingatlah hal yang kamu perbuat..."

Elf menutup matanya, tubuhnya sedikit bergetar.

"Uuuuuuuuuuuu...hanya memikirkannya saja membuatku marah. Aku sudah mulai menyukaimu, tapi kamu.... membuatku membaca surat cinta untuk adik perempuanmu."

"............"

Aku mengerti.... itulah kenapa dia menerima kekalahannya.

"Kupikir aku akan pingsan! Kau menulis begitu banyak, dengan perasaan yang sangat mendalam! Aku tidak bisa menang melawan itu! Itu pertama kalinya aku menghadapi kekalahan telak!"

Elf membiarkan perasaan dan frustasinya terlimpahkan.

"Um, bagaimana mengatakannya. Maaf."

"Tidak masalah! Kemudian aku memutuskan untuk serius! AKu ingin menang! Selanjutnya, aku tidak akan kalah - aku akan menaruh semua motivasiku kedalamnya!"

"Dengan kata lain...kamu mempelajari semangat juang Sagiri?"

"Iya, tapi bukan itu masalah utamanya. Kau salah terhadap yang lainnya."

Elf menggelengkan kepalanya.

"Saat itu, aku mengerti kalau - kamu sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat menyukai Sagiri!! Tidak ada seseorang yang sepertimu, bahkan di light novel! Itulah kenapa...."

Dia menghembuskan nafas.

"Aku rasa jika aku ingin menikahimu, aku harus belajar banyak hal darimu."

Itulah mengapa...

"Kau adalah kandidat untuk menjadi suamiku."

Dia mengatakannya saat kita sedang liburan.

"Ayahku juga sama. Dia sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat sangat menyukai ibuku! Mereka berdua sangat bahagia. Aku selalu cemburu pada ibuku. Sebelum ayahku meninggal - ayah bilang kalau dia berharap aku akan menemukan kebahagiaan."



Sama sepertiku, ayah Elf sudah tidak lagi hidup.

Elf berbicara dengan penuh keyakinan.

"Aku harus menemukan kebahagiaanku."

"Aku juga."

Aku mengangguk.

Untuk keluargaku, yang telah lama tiada. Untuk bibiku, yang telah salah ku pahami. Untuk adik perempuanku. Untuk diriku.

Aku harus menemukan kebahagiaanku.

Elf berbicara dengan penuh percaya diri:

"Supaya aku bisa bahagia, kau dibutuhkan. Nikahi aku, dan saudaramu akan ikut bahagia juga."

"Aku setuju."

"Jadi, Masamune. Cintai aku."

"Aku tolak."

Tiba-tiba Elf berdiri.

"Kenapa?"

"Karena aku punya seseorang yang aku sukai."

Aku menatap matanya dengan respon yang sama seperti sebelumnya.

"Mwu..."

Elf cemberut menatap tajam padaku.

"Aku pikir aku berhasil."

"Karena sepasang kaus kaki."

"Huh?"

"Aku dapat sepasang kaus kaki."

Aku mengangkat kakiku. Aku sedang mengenakan kaus kaki favoritku.

Sagiri memberikannya padaku. Dia membuatnya sendiri, dengan beberapa ilustrasi kecil.

Saat ini, ketika aku melihat kebawah, aku melihatnya.

"Aku sangat menyukaimu. Aku banyak merepotkanmu. Aku sangat mengagumiu.... Aku merasa senang disukai oleh dirimu."



"Tapi ada seseorang yang lebih aku suka dari dirimu."



"................."

Elf mendengarku bicara dengan ekspresi tidak senang.

"Begitu."

Dia menggigit bagian bawahnya frustasi.

"Aku behasil mengalahkan bossnya sampai tersisa .1% HP, tapi aku tidak bisa terbebas dari sihir ini."

Kata-kata itu tidak sesuai dengan situasi sekarang, bukan?

"Hidup adalah permainan."

Elf berlagak kuat, membusungkan dadanya dan berkata:

"Tidak ada artinya tanpa ada kesulitan."

Beberapa detik kemudian.

Hanya beberapa detik kemudian dan dia tertawa lagi.

"Kau sungguh punya kehidupan yang bahagia."

"Hm, hey kamu. Pertama kali kita bertemu, kau pasti tidak bisa menebak kau akan menyukaiku, kan?"

"............."

"Jadi...ayo buat tebakan lainnya...hubungan kita akan menjadi seperti apa saat ini, dan tahun berikutnya?"

"Entahlah?"

Setidaknya, hubungan kita akan berbeda.

Sama seperti hubungan kita sangatlah berbeda dengan tahun kemarin.

"Aku menantikannya." Ucap Elf.

"Aku juga."

"...Ngomong-ngomong Masamune, ada berapa volume Sekaimo sekarang?"

"Huh? Well...volume 4 akan terbit bulan Juni."

"...Oh...jadi...mimpimu sebentar lagi akan terwujud, bukan?"

"Jika semuanya berjalan lancar. Tapi belum ada berita tentang animenya sampai saat ini - ngomong-ngomong, kau terdengar seperti akan lebih baik jika mimpiku tidak menjadi kenyataan."

Aku menatap padanya. Elf berbicara dengan tenang

"Baiklah, sudah diputuskan. Aku akan mewujudkan mimpiku sebelum mimpi Izumi bersaudara terwujud."