Dan begitulah, liburan musim panasku dimulai.
Setelah sibuk mengerjakan projek anime Sekaimo, akhirnya aku bisa menikmati malam yang penuh damai.
Esok paginya.
Semua orang telah selesai memakan sarapan
yang dibuat oleh Elf.
Biasanya, aku yang akan mencuci piring setelah makan, tapi Elf bilang "Aku yang akan mencucinya" dan tidak membiarkanku. Aku masih bisa mendengar suara air mengalir dari dapur.
Di sofa di ruang tamu, Muramasa-senpai sedang menulis novel.
Kyouka-san baru saja pergi bekerja.
Sagiri sedang menggambar ilustrasi di kamarnya.
Makina-san masih tidur.
Dan aku, aku sedang menikmati "liburan yang kunanti-nanti" milikku -
"Ahhhhhhhh!!! Apa yang harus ku lakukan di hari liburku?" Aku berteriak sambil memeluk kepalaku.
- Aku tidak bisa melakukannya.
Masih membersihkan tangannya setelah mencuci piring, Elf berkata:
"Masamune berbicara omong kosong lagi...Kenapa kau tidak tidur siang saja? Lagipula ini hari liburmu."
Muramasa-senpai juga mengangkat kepalanya dan melihatku:
"Itu benar, Masamune-kun. Bukankah kemarin kau bilang kau ingin istirahat panjang dan bermalas-malasan sepanjang hari? Cepatlah kembali ke kamarmu."
"Aku memang mengatakannya. Tapi mempertimbangkan rutinitas ku sehari-hari, aku sama sekali tidak bisa tidur... Biasanya, saat aku sedang sibuk, aku sangat ingin tidur; tapi sekarang hari libur aku malah tidak bisa tidur walaupun aku ingin."
"Kenapa kau tidak tanya saja si tukang tidur yang profesional? Kau mau aku membangunkannya?"
Muramasa-senpai memberi Makina-san nama panggilan yang aneh lagi.
Elf juga tersenyum masam:
"Bagaimanapun, itu karena kebiasaanmu. Bangun pagi setiap hari, menyelesaikan pekerjaan rumah, bekerja setiap hari - hari libur yang mendadak bukanlah sesuatu yang bisa dengan cepatnya langsung terbiasa."
"Begitu. Kau juga butuh latihan untuk bisa jadi orang malas."
Muramasa-senpai mengangguk dan menerima penjelasan itu. Aku pun mulai merasa tanganku gemetaran.
"Hanya duduk saja tanpa melakukan apapun selama beberapa menit setelah sarapan cukup untuk membuatku gelisah. Kepalaku secara otomatis menyusun daftar pekerjaan rumah yang harus aku lakukan."
"Aku sudah menyelesaikan semuanya, dari mencuci pakaian hingga mencuci piring hingga membersihkan rumah."
"Itu bukan masalah jika kau tidak melakukan apapun."
"Wahh!!! Kalau begini terus aku tidak bisa tenang ~!!!!"
Aku mengerti mereka berdua melakukan ini karena mereka mengkhawatirkanku. Tapi mencoba menghentikan kebiasaanku sangat membuatku gelisah. Rasanya seperti seseorang tiba-tiba memaksaku untuk "jangan menyentuh hp ku selama sehari."
"Ah ~~ berisik! Kau terdengar seperti bapak-bapak yang baru saja pensiun."
"Tapi...apa yang harus kulakukan? Haruskan aku melihat projek game sosial yang seharusnya ku supervisi di bulan September?"
"Berhentilah, idiot."
"Kau hanya akan membuat masalah menjadi runyam."
Baik Elf maupun Muramasa-senpai mengomeliku.
"Tapi...."
"Untuk memastikan kau bisa fokus bekerja besok, hari ini kau harus beristirahat."
Elf benar.
"Aku mengerti, tapi..."
"Bagaimana kalau bermain game Civilization 6 denganku? Map ukuran kecil, dan aku akan bermain sebagai Aztec atau America."
"Aku tidak tahu banyak tentang game itu, tapi aku tahu kalau kita bermain dengan setting seperti itu hanya akan menguntungkanmu."
"Ahaha, Masamune, kelihatannya sekarang kau jauh lebih mengerti diriku! Memang hebat suami masa depanku."
"Ini hari libur yang langka buatku, kenapa aku harus menghabiskan hari liburku hanya untuk dikalahkan olehmu?"
"Lalu bagaimana kalau sesuatu yang lain? Um - jika kita bermain game fighting, aku juga pasti akan mengalahkanmu. Punya ide, Muramasa?"
"Hm...bagaimana kalau menulis novel? Seperti saat itu."
Mungkin maksudnya game novel berantai yang kita mainkan saat di rumahnya waktu itu.
"Terdengar menarik -"
Muramasa-senpai tersipu: dia terlihat senang. Di sisi lain, Elf mengerutkan alisnya: dia terlihat kesal:
"Sial, aku ingat saat itu aku dipaksa menulis ending untuk novel yang sangat gila. Selain itu, meskipun hal itu menarik, aku tidak yakin menulis novel berantai bisa membuat Masamune istirahat dengan benar. Lagipula, beberapa hari ini dia selalu banyak menulis."
"Begitukah? Tapi aku pikir menulis novel favoritmu merupakan cara yang bagus untuk bersantai."
Elf dan Muramasa-senpai mempunyai sudut pandang yang sangat berbeda.
"Tapi aku ingin melakukan sesuatu selain dari『 menulis 』 untuk menghabiskan waktu."
Aku setuju kalau menulis sesuatu yang kau sukai itu menarik. Tapi.. jika aku bersantai seperti itu, Sagiri dan Elf akan marah padaku.
Jadi, itu bukanlah pilihan yang bagus.
"Ngomong-ngomong, kau biasanya melakukan apa di akhir pekan, Masamune-kun?"
"Yah - di hari Minggu, aku bekerja di pagi hari, kemudian membersihkan rumah dan mencuci pakaian..."
"Maksudku sesuatu yang tidak berhubungan dengan pekerjaan."
"Karena aku jarang dapat kesempatan untuk beristirahat, aku tidak bisa ingat apa yang aku lakukan selama hari liburku sebelumnya."
Apa yang biasa kulakukan saat akhir pekan? Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya.
"Situasimu.... tidak bagus."
Muramasa-senpai kehabisan kata-kata.
Mendengar percakapan kita, Elf tertawa dan menyela:
"Saat kau sedang istirahat, kau mulai melakukan pelecehan seksual pada kita."
"Eh?" *2
Baik aku maupun Muramasa-senpai terkejut. Aku berbalik dan melihat Elf sudah membuka tabletnya. Di layar ada Sagiri, tanpa topengnya. Elf meminta konfirmasi padanya:
"Benar kan, Eromanga-sensei?"
"Iya...Elf-chan mengatakan yang sebenarnya."
"Bahkan Eromanga-sensei juga?"
"Aku tidak tahu siapapun dengan nama itu...tapi kalau kau lupa, biarku ceritakan kembali pada kalian."
"Benar benar. Aku juga akan menceritakannya - saat itu ketika Masamune sedang tidak terlalu sibuk..."
Dan begitulah, Sagiri dan Elf mulai menceritakan cerita tentang "diriku di masa lalu".
...Itu terjadi di musim gugur kemarin. Saat itu, Izumi Masamune baru saja memulai menulis novel komedi romantis "Adik perempuan paling imut di dunia".
Di sore hari. Di dalam kamar adik perempuanku - yang juga dikenal sebagai Kamar terkunci - aku duduk di depan Sagiri. Aku berkata dengan nada depresi sambil memegang wajahku.
"Bagaimana ini, bagaimana ini, bagaimana ini ~"
"...Nii-san, ada apa denganmu hari ini?"
Kata Sagiri sambil menatapku dengan dingin. Suaranya sangat kecil aku hanya bisa mendengarnya dengan bantuan mikrofon.
"Apa kau.... punya sesuatu...yang ingin dibicarakan denganku?"
Itulah kenapa aku disini. Biasanya, dia tidak mengizinkanku masuk ke kamarnya - kecuali aku bilang untuk "diskusi pekerjaan" - kalau sudah seperti itu, dia tidak punya pilihan lain selain membiarkanku masuk ke dalam kamar terkunci.
Sebagai seorang penulis, aku punya hubungan pekerjaan dengan Sagiri - dengan Eromanga-sensei. Meskipun Sagiri cuek terhadap kakaknya sendiri, dia tidak akan mengabaikanku jika itu menyangkut pekerjaan.
Setidaknya dia akan mendengarkanku.
"Iya... Diskusi. Ada sesuatu yang sangat penting yang ingin kubicarakan dengan Eromanga-sensei."
"A, aku tidak tahu siapapun dengan nama itu!"
Sagiri langsung tersipu.
Jika kau malu dengan julukan itu, kenapa kau menggunakannya?
Jika ini novel maka misteri julukan Eromanga-sensei akan menjadi rahasianya yang paling dijaga.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan? Cepatlah."
"Sebenarnya -"
Aku berkata dengan serius:
"Izinkan aku mengelus kepalamu."
".......... Huh?" Mata Sagiri terbuka lebar "Ke...kepalaku? Ini...ini diskusi pentingmu?"
"Iya."
"...Mwu...kenapa...kenapa kau ingin melakukannya..."
Wajah Sagiri sangat merah: dia terlihat sangat gelisah.
"Belakangan ini, aku mulai menulis novel komedi romantis, ya kan?"
"Iya."
"Karena aku biasanya menulis novel genre pertarungan, aku masih kesusahan dengan genre komedi romantis. Sehingga aku tidak bisa memikirkan ide-ide yang menarik."
"...Ini.... memang masalah yang penting."
Ya, kan?
"Jadi, izinkan aku mengelus kepalamu."
"Ya kenapa! Kenapa kau tiba-tiba membuat permintaan itu? Aku sungguh tidak mengerti."
Sepertinya aku harus menjelaskannya lebih detail.
"...Se, se se se selama kau mengelus kepalaku...kau bisa memikirkan ide yang menarik?"
"Mungkin. Paling tidak itu akan memberiku gambaran yang jelas."
"...."
Sagiri melindungi kepalanya sambil malu-malu.
".... Kenapa?"
"Aku butuh cewek imut untuk cerita komedi romantisku. Supaya bisa menggambarkan seorang cewek yang imut, aku harus melihat tingkah laku yang imut atau penampilan yang imut."
".... Itu...itu.... Aku mengerti...tapi kenapa kau memintaku..."
"Bukankah kau sendiri yang mengatakannya? Ketika kau menggambar ilustrasi -"
Aku tidak ingin menggambar sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
" - Itu juga sama bagi penulis. Kita lebih baik dalam menggambarkan suatu hal yang sudah pernah kita lihat. Jadi - aku ingin melihat adik perempuan yang sangat imut."
"Oh ~~~"
Wajah Sagiri memerah dengan sangat cepat.
"Nii -"
Dia tiba-tiba berdiri!
"Nii-san mesum!"
"Eh? Tunggu, tunggu?"
"Mesum! Hentai! Bagaimana bisa kau mengatakan itu tanpa malu..... Kuh...!"
Dia mengepalkan tangannya dan melihatku dengan mata yang berair. Dengan cepat aku membalas perkataannya:
"Tunggu...tunggu sebentar! Apa kau memang harus mencelaku segitunya? Aku cuma bilang kalau aku ingin melihat tingkah laku yang imut dari adik perempuanku!"
Kenapa kau bertingkah seperti aku memintamu untuk menyentuh bokongmu? Sungguh tak masuk akal!
"Karena...karena!!!"
Sagiri berbicara sambil malu-malu, seperti ia baru saja bertemu dengan orang yang sangat mesum.
"Ka...kau baru saja bilang...bilang...bilang aku...imut."
"Sangat imut. Yup."
".... Bo...bodoh!"
Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, tapi reaksi Sagiri terlalu berlebihan.
"Ah...oh...selain itu...selain itu.....! Nii-san..."
Perlahan ia berdiri
"Setelah kau mengelus kepalaku saat itu, kau jadi kegirangan, bukan?"
"Enggak! Jangan katakan sesuatu yang mudah membuat salah paham!"
"Kau kegirangan! Sangat jelas terlihat!"
"Sejujurnya aku bisa mengatakan padamu ini: aku memang merasa kau sangat imut, tapi setidaknya aku tidak punya perasaan kotor seperti yang kau bayangkan! Sama sekali tidak!"
".... Bohong!"
Sagiri menatapku.
"Kau mengelus kepalaku.... untuk melampiaskan hasrat binatangmu.... dasar rendahan."
Yah, sekarangpun aku masih bilang kalau wajahnya itu imut, tapi - dasar, aku jadi marah sekarang. Bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak ada pikiran kotor satupun?
"...Jika kita membahas tentang orang mesum, maka kau lah yang paling mesum." Aku memalingkan kepalaku dan menggerutu.
"...Eh? Apa? Nii-san? Ka...kau, apa yang...baru saja kau katakan?"
"Sagiri itu mesum."
"!"
"Eromanga-sensei itu mesum."
Ketika aku meniru nada adik perempuanku, dia menjadi terkejut dan matanya terbuka lebar.
"A...a...apa...."
Dia menggelengkan kepalanya, berkedip-kedip beberapa kali -
"AKU BUKAN ORANG MESUM!!!!!"
~~~~~~~~~~
Karena dia berteriak saat memakai mikropon, suara yang terdengar memiliki volume yang sangat tinggi. Kita berdua menutupi kedua telinga kita sambil kesakitan.
Setelah rasa sakitnya menghilang, Sagiri berkata sambil terengah-engah:
"Aku...kenapa aku... mesum?"
"Nama pena mu Eromanga-sensei."
Aku langsung menyerang kelemahan adik perempuanku.
"Kuh -~"
Sagiri menutup matanya.
"Pe, nama pena ku tidak dihitung."
"Kenapa enggak?"
"Karena aku bilang begitu! Jangan anggap aku mesum karena nama pena ku."
"Aku tidak menyimpulkan itu hanya karena nama pena mu. Ada alasan yang lainnya."
"Kaya apa?"
"Contohnya, saat kau sedang mencari perempuan untuk jadi model mu."
"...A, aku tidak terlalu mengingat itu..."
Bohong. Aku menyadari nadamu berubah. Mencurigakan.
"Jangan berbicara seperti seorang politikus. Kau pasti ingat, ya kan? Tingkah laku mesum seperti apa yang kau lakukan pada perempuan-perempuan itu!"
Kau mengangkat gaun tetangga yang cantik -
Kau menelanjangi teman sekelasmu -
Dan kau banyak melakukan hal yang lebih dari itu.
Tepat ketika aku mengarahkan jariku ke wajahnya, Sagiri dengan cepat berbalik, mencibir:
"Tidak, aku tidak tahu siapapun yang seperti itu."
Berhenti berpura-pura!
"Dengan mengatasnamakan menggambar sebuah ilustrasi, kau melakukan semua itu. Itu semua adalah kebenaran yang tak terbantahkan!"
"Itu.... tidak cukup untuk membuktikan apapun! Topiknya berhenti disini! Kubilang, berhenti disini!"
Teriak Sagiri, memaksa menghentikan pembicaraan.
"Pokoknya, aku tidak akan membiarkanmu mengelus kepalaku! Tidak akan pernah! Karena Nii-san orang mesum! Pembicaraan kita berakhir! Keluar! Cepat keluar!"
Aku diusir oleh adik perempuanku yang sedang tersipu.
"Sialan...aku hanya ingin berbicara tentang pekerjaan...kau tidak perlu bersikap seperti aku melecehkanmu."
Aku menuruni tangga dengan depresi.
"Tapi...apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Aku sedang kesal karena aku tidak dapat menulis apapun. Jika aku menulis novel genre pertarungan, idenya pasti akan mudah muncul padaku, tapi merubah medan perangnya membuat itu semakin sulit dari yang kukira.
Aku berencana ingin membuat terobosan dengan bantuan adik perempuanku, tapi itu tidak berhasil seperti yang kukira.
Meskipun aku memang melihat betapa imutnya dia ketika dia tersipu - itu karena dia "berusaha mencegahku melakukan hal mesum padanya". Aku tidak yakin ide ini akan berhasil di novelku.
"...Aku harus memikirkan sebuah cara..."
Aku pun sampai di ruang tamu.
Mungkin aku harus memasak sesuatu untuknya. Mungkin setelah itu aku bisa memintanya untuk mengizinkanku mengelus kepalanya sebagai bayarannya. Aku kakak yang sangat berbakti pada adiknya.
Dengan sebuah suara yang nyaring, aku membuka pintu menuju ruang tamu.
"Ara, Masamune. Maaf mengganggu."
Aku melihat perempuan cantik berambut blonde, yang sedang duduk di ruang tamuku dan meminum teh.
"Kau...kau adalah..."
Aku sangat terkejut sampai-sampai aku tidak bisa bicara.
Perempuan yang mengenakan pakaian lolita itu adalah Yamada Elf. Dia tetangga sebelahku; seorang penulis terkenal yang berumur 14 tahun.
Ngomong-ngomong, Elf bukanlah nama aslinya, tapi nama pena nya.
"Kau harusnya bilang sesuatu seperti Maaf telah menyelinap ke dalam rumahmu. Apa yang kau lakukan di rumahku?"
"Seperti yang kau lihat, aku sedang menikmati teh ku! Selain itu, aku sudah menyelesaikan pekerjaanku!"
"Tidak, bukan itu yang aku tanyakan...ah, lupakan saja."
Melihat senyuman cemerlangnya membuatku merasa tidak peduli dengan hal lain.
"Masamune! Berhenti berdiri disana dan datanglah kesini! Lihat, aku bawa kue untukmu!"
"Tapi ini rumahku..."
Sungguh.... dia menganggap kediaman Izumi sebagai rumahnya sendiri dan datang kesini setiap hari.
Melihat ekspresi penuh bangganya itu, aku hanya bisa menghela nafas.
"Apa kau juga membuatnya untuk Sagiri?"
"Tentu saja. Belakangan ini, Eromanga-sensei sudah banyak menolongku!"
Seperti yang kalian tahu, Elf adalah seseorang dari sedikit orang yang mengetahui kebenaran tentang "Eromanga-sensei."
Dia adalah penulis yang juga umurnya di sekitaran kita. Sama seperti Sagiri, dia tidak pergi ke sekolah - dan yang lebih penting, dia merupakan penggemar Eromanga-sensei - sejujurnya, dia adalah salah satu orang yang paling dapat ku percaya.
"Ngomong-ngomong, jika editorku datang mencariku, tolong beritahu kalau aku tidak ada disini."
Ngomong-ngomong, dia itu semacam tipe orang yang...plin-plan.
Aku duduk di depannya dan berkata "aku tidak keberatan...tapi, Elf...bukannya deadline mu sudah dekat?"
Karena dia sudah punya projek anime yang harus diawasi, dia sangat sibuk selama musim panas. Saat perjalanan kita ke sebuah pulau di Selatan, dia harus men-supervisi pekerjaannya...itu sangat kejam.
Aku tidak ingin berakhir sepertinya, jadi aku berusaha menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin.
Elf - penulis-yang-sangat-sibuk - sedang berbaring di sofaku, dan berkata:
"Yah.... lagipula aku tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu, jadi aku memutuskan untuk tidak bekerja."
"Tolong jangan! Tidakkah kau merasa kasihan kepada penggemarmu?"
"Apa yang tidak bisa dilakukan dengan mudah tidak akan bisa dilakukan; ini salah orang yang membuat jadwalnya. Ahahaha, kalau fans ku...yah...jika mereka ada dendam, kirim mereka ke kantor departemen editorku."
Dia mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan.
"Setelah aku selesai memakan kue ku, aku pasti akan memaksamu untuk bekerja! Jika aku memperbolehkanmu malas-malasan, aku tidak yakin hati nuraniku akan menerimanya!"
Aku tidak ingin terpengaruh olehnya - aku tidak ingin sepertinya. Sebagai tetangga sebelahnya, aku harus meyakinkannya...entah bagaimana.
Sementara aku merasa tidak sabaran, Elf mencibir:
"Tunggu sebentar, Masamune. Ini kesempatan langka bagi kita untuk bisa duduk berdua; bisakah kau berhenti membicarakan tentang pekerjaan?"
"Kesempatan langka? Kau selalu datang ke rumahku hampir setiap hari."
Sejujurnya, menghabiskan waktu terlalu banyak dengannya membuatku merasa sedikit lelah.
"Apa yang lebih penting bagimu? Aku, atau pekerjaan?"
"Aku pikir pekerjaanmu jauh lebih penting!"
"Baiklah, oke oke, aku mengerti. Kau sangat serius; itulah yang kusuka darimu."
"Kuh..."
Aku pikir dia sedang menggodaku.
Aku tidak bisa menahannya lagi...tapi hanya perempuan ini...
Aku pun batuk:
"Yah...tapi...pokoknya, aku pikir kau harus fokus untuk memenuhi deadline nya."
Elf berkedip:
"Hey, biasanya aku memang orang yang dapat dipercaya, tapi kali ini aku sudah bilang aku menyerah terhadap deadline nya -"
"Tapi kau tidak pernah melewati deadline mu sebelumnya!"
"--------------"
Mata Elf terbuka lebar. Aku meneruskan berbicara:
"Meskipun perusahaan penerbitmu Full Drive punya kebiasaan buruk membuat orang menunggu sangat lama untuk sebuah volume baru, semenjak debut mu, Yamada Elf-sensei selalu menyelesaikan buku baru setiap tiga bulan."
Banyak orang yang tidak peduli terhadap hal itu - tapi itu bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah.
Kecepatan menulis, angka penjualan, etos kerja. Jika kau tak punya salah satu dari itu, kau tidak bisa menyelesaikan pekerjaanmu secara reguler.
Ngomong-ngomong, aku - Izumi Masamune masih tidak bisa melakukannya. Karena penjualanku bukanlah sesuatu yang ku banggakan.
"Jadi aku tidak berpikir kau akan membuat pembacamu menunggu kali ini."
“……………..Tch.”
Elf memalingkan kepalanya.
"....... Kau, kau...kau sangat licik ya."
Wajahnya sedikit memerah. Dia berbalik padaku dan berbicara dengan cepat, seolah ia sedang menyembunyikan sesuatu.
"Lalu, bagaimana denganmu?"
"Aku?"
"Iya. Bukankah kau merasa kesal karena aku tidak bisa menulis novel rom-com ~ aku tidak bisa membuat kemajuan apapun ?"
"...Hey, apa-apaan nada suara itu? Kau mengejekku? Lupakan; memang benar kalau aku sedang tidak punya ide untuk menulis. Aku baru saja berdiskusi dengan Eromanga-sensei, tapi -"
Aku memberitahunya tentang percakapan ku tadi. Dia mendengarkan sampai akhir, kemudian berkata dengan nada terkejut:
".... Masamune, kau --
Memang suka melakukan pelecehan seksual pada adikmu sendiri"
"Ehhhhhh!?"
Tunggu tunggu, aku hanya memintanya untuk mengizinkanku mengusap kepalanya sehingga aku bisa menggambarkan protagonis perempuan yang sangat imut! Bagaimana itu bisa dianggap sebagai pelecehan seksual?
"Hadeh…."
Lalu dia memegang dahinya, seolah sedang mencari cara untuk mengucapkan kalimat selanjutnya. Setelah beberapa saat, dia menatapku:
“Kamarku juga punya jendela yang menghadap ke ruang terkunci! Setelah aku keluar di balkon, jika tirai jendela kamar itu terbuka, aku bisa melihat semua yang terjadi di dalam. "
"Jadi...apa, jadi?"
"Adikmu...diskusi...Apa artinya itu?"
"…Apa maksudmu?"
"Hanya melihatnya saja dari jauh aku sangat malu!"
"Apa!?"
"Pertama, itu suasana erotismu - aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku tidak ikut campur."
"Kau!? Kau sengaja melakukannya? "
Dia merujuk pada ketika Sagiri membiarkanku mengusap kepalanya.
“Selain, selain itu... Apa maksudmu, su, su, suasana erotis! Aku, kita tidak...."
"Hm hm - hm hm - hm ~~"
Elf menatapiku, lalu tersenyum dan berkata, “Oh, begitu. Kakak laki-laki tidak akan melakukan sesuatu yang sesat terhadap adik perempuannya - benar? ”
"Oh? Yah begitulah."
Bagaimana dia bisa tahu itu? Apa Sagiri memberitahunya?
“Ah, begitu. Jadi karena mengusap kepala itu hanya untuk referensi, niatmu sama sekali tidak erotis. Apa itu yang ingin kamu katakan? "
"Benar."
"Tapi karena adik perempuanmu curiga dengan niatmu, dia tidak memperbolehkanmu melakukannya hari ini. Meskipun yang kamu inginkan hanyalah mendapatkan referensi, kan?”
"Iya! Terus kenapa!?”
"Kalau begitu usap kepalaku."
"Apa?"
Dia menyerang dari sisi butaku. Aku merasa sangat bingung.
Elf mengangkat satu jari dan mengulangi apa yang dia katakan sebelumnya:
"...Karena itu untuk referensi, tidak ada yang menyimpang dalam niatmu, benar?"
Dia berdiri dan menepuk dadanya yang menyedihkan:
"Kalau begitu cepatlah! Izumi Masamune! Usaplah kepalaku! "
*Dug dug ting*
"...Barusan, kau mendengar sesuatu?"
Aku melihat ke langit-langit. Kamar terkunci berada tepat di atasku.
"Hmm? aku tidak mendengar apapun. Pokoknya - Masamune! Apa kau ingin mengusap kepalaku? Ya atau tidak?"
Aura Elf membuatku terpojok, sehingga yang bisa kulakukan hanyalah bergumam lemah:
"...Aku tidak ingin mengusap kepalamu."
"Kau ingin mengusap kepala cewek imut, kan? Maka aku juga bisa!"
"Ya - tapi Sagiri imut."
"Aku sangat imut!"
Itu bukan sesuatu yang harus dikatakan orang tentang diri mereka sendiri. Dia sangat percaya diri, tapi...yah.... Elf memang cantik.
Sagiri cuma spesial.
"Ya...ini kesempatan langka...bisakah kau membantuku kali ini?"
“...Aku pikir ada sesuatu yang salah. Kenapa kau terlihat sangat tidak termotivasi? Ini adalah sesuatu yang harus kau banggakan! Hanya orang istimewa saja yang diizinkan menyentuh tempat berhargaku! Apa kau tidak mengerti?"
Dia terdengar sangat kotor. Aku benar-benar berharap dia dapat memperbaiki cara dia berbicara.
"Ya ya, aku berterima kasih atas bantuanmu. Seorang senior yang menulis novel komedi romantis membantu seorang junior dalam mendapatkan referensi.”
"...Ahh.."
Mendengar kata-kataku, Elf menunduk kecewa.
"Eh? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?"
"Sekarang aku mengerti - kamu memang benar-benar layak disebut protagonis light novel."
"Apa artinya itu?"
"Bukan apa-apa." Tiba-tiba Elf menjadi tidak senang, "Cepatlah lakukan!"
Dia cemberut dan duduk di sofa... Kenapa dia marah - aku pikir meminta dia sekarang akan menuangkan minyak ke api.
Aku melakukan apa yang dia suruh dan duduk di depannya. Sungguh kebetulan, aku duduk dalam posisi yang sama dengan Sagiri beberapa saat lalu di ruang terkunci.
"Ack...Oke, aku melakukannya."
"Si, silahkan."
Mungkin dia gugup. Suaranya bergetar. Tangannya ada di atas lutut dan matanya tertutup...
"Hei….."
Kenapa dia membuat pose "menunggu ciuman sang pacar"? Ini bukan tentang memberiku referensi: Aku yakin dia punya motif tersembunyi -
"….*Gulp*."
Wajahku terasa sangat panas.
“……… ..”
Elf tidak mengatakan apa-apa. Wajahnya yang tak berdaya berada tepat di depanku.
Perlahan-lahan aku mengangkat tangan - dan dengan pelan menyentuh rambutnya yang cerah dan cemerlang.
"Um."
"Wow…"
Sangat nyaman.
Tidak seperti rambut lembut Sagiri, aku bisa merasakan setiap helai rambut di tanganku. Tanganku terasa seperti ditarik ke rambutnya. Aku ingin terus mengusapnya selamanya.
"Um...."
Bau badannya yang harum masuk ke hidungku.
"Tunggu...sebentar...Masamune...Oh..."
Elf berkata dengan lemah. Bahkan telinganya sudah memerah.
Dia memaksa menekan rasa malunya dan berteriak dengan keras:
"Kau kau kau!!! Caramu mengusapku terlalu mesum!!!”
"Apa? aku, niatku tidak seperti itu!"
“Di mana kamu belajar teknik itu? Mungkinkah caramu mengusap adik perempuanmu seperti itu juga? Maka tentu saja dia akan menyebutnya pelecehan seksual! Kau cabul! Hentai! Protagonis light novel!"
"Apa hanya aku atau memanggilku protagonis light novel itu terlalu sering?!"
Belakangan ini, semua perempuan yang aku kenal terus memanggilku itu ketika mereka marah padaku.
“Ah, jangan-jangan...! Ini niatmu dari awal...! Masamune, kau...karena kau menginginkan tubuh mudaku yang cantik, kau membujukku ke rumahmu!"
"Kaulah yang memutuskan untuk datang ke sini, bagaimana bisa kau mengatakan itu?"
Berhentilah mengarang ingatan palsu!
“Jangan berpura-pura bodoh! Aku sudah tahu semuanya! Dengan mengatasnamakan mendapatkan referensi— kau berencana memaksaku menjadi sesuatu yang mesum, bukan!?”
"Itulah yang kau lakukan selama liburan kita di pulau!"
“Ya, memang! Itu sangat efektif - tidak tunggu! Jangan coba membalaskan dendammu dengan melakukan hal yang sama padaku!"
"Ba, bagaimana bisa kau sehina itu?"
Kau membuatnya terdengar seperti aku sudah melakukan sesuatu padamu!
Lagipula orang yang memberi pelajaran menyakitkan pada Elf selama liburan di pulau bukan aku!
Jika ada orang lain di sini, kita akan terkena masalah besar.
"Baik! Baik! Kau mengatakannya! Maka aku akan melanjutkan sampai akhir! Kau harus bertanggung jawab!
"Sudah ku bilang, kau -"
Sebelum aku bisa mengatakan lebih jauh -
*Dug dug dug dug dug dug dug dug dug dug dug dug dug dug dug*
*Bip bip bip bip bip bip bip bip bip bip bip*
Adik perempuanku membentur langit-langit seolah-olah ingin menghancurkannya.
Di saat yang sama, ponselku juga menerima emosi Sagiri.
“Sialannnnn!! Kenapa Sagiri mendengar itu? Elf! Ini semua salahmu!"
“Tidak peduli seberapa berisik kita, tidak mungkin dia bisa mendengarnya dari kamarnya! Harusnya kau sudah tahu itu! Gadis itu pasti punya alat pendengar tersembunyi atau sesuatu di sini!”
“Sagiri tidak akan melakukan itu! Dia mendengar kita karena kau terlalu berisik!”
Bagaimanapun -
Belakangan ini, begitulah cara hidup Izumi bersaudara dan tetangga kita.
Apakah kita semakin dekat menjadi "saudara kandung"?
*Dug dug dug* Suara itu masih semakin keras.
"Aku, aku perlu memeriksanya."
Aku bergegas menuju tangga sambil mencoba memikirkan cara untuk menenangkan adik perempuanku.
"Sialan ~ Waduh waduh waduh!!!"
Begitulah hari liburku. Sebelum aku bertemu Sagiri dan Elf, aku bahkan tidak bisa membayangkan bahwa keadaan akan menjadi seperti itu.
"Nii-san, ingat?"
"Eto...Ack, ya, aku ingat."
Ya, hal seperti itu memang terjadi. Aku harus berusaha keras untuk menghindari kemarahan Sagiri.
“Lihat, seperti yang aku bilang! Kalau enggak melakukan pelecehan seksual pada adik perempuannya ya main mata sama tetangga cantiknya - sungguh cara yang luar biasa menghabiskan hari liburnya. Bahkan seorang jutawan tidak bisa melakukan itu."
"Jangan mengatakannya dengan cara yang menyesatkan! Aku berbicara dengan Sagiri untuk mendapatkan referensi, dan tetanggaku hanya menerobos masuk tanpa izin."
Berapa kali aku harus mengatakan ini padanya?
"Jadi sudah diputuskan - lakukan saja hal yang biasa kau lakukan seperti disaat hari liburmu - cepat sini main mata denganku! Sekarang juga!"
Dengan *sambaran*, Elf memelukku.
*Dug dug dug* Kemudian langit-langit bergetar.
“Nii-san kau cabul! Idiot! Berapa kali aku harus mengatakan padamu untuk tidak melakukan itu?"
“Dia benar, Masamune-kun! Buang si setengah-manusia ini dan mari kita bicarakan novel!"
“Agrhh, dasar! Aku ingat sekarang! aku tidak bisa beristirahat di rumah!"
Jadi pada dasarnya aku melarikan diri dari rumahku sendiri.
Aku berkeliaran tanpa tujuan, mencoba menemukan kedamaian - sebelum akhirnya tiba di toko buku Takasago.
Benar benar, seperti inilah aku menghabiskan akhir pekan.
Kupikir akhirnya aku menemukan cara untuk menghabiskan hari. Saat itu, jika aku tidak ada kerjaan, aku akan pergi ke toko buku dan membeli light novel.
Aku dapat belajar dari membaca light novel dan aku bisa mengistirahatkan hatiku dengan membaca sesuatu yang ku sukai. Toko buku adalah ruang harta karunku.
Dan toko buku ini adalah tempat di mana aku menyembuhkan hatiku yang terluka.
"Mune-kun, selamat datang."
Seorang gadis dengan celemek menyambutku.
Dia adalah Takasago Tomoe, teman sekelasku dan bekerja di toko buku ini. Hobinya membaca dan mengoleksi sepatu, dan dia adalah siswi SMA yang menyukai manga romantis dan light novel.
Sebagai seorang penulis light novel dan siswa SMA, aku senang mengobrol dengannya.
Dia memiliki rambut hitam pekat, mata lembut dan payudara yang mengembang.
Ngomong-ngomong, sekilas dia terlihat seperti murid teladan yang kalem...tapi bukan itu masalahnya.
"Sudah lama sekali."
“Belakangan ini aku sangat sibuk. Sebelumnya aku tidak bisa istirahat. "
“Pasti sulit. Tapi kau seorang penulis terkenal sekarang."
Terdengar seperti dia sedang mengusilku.
"Gak juga, kau terlalu memujiku. Masih banyak jalan yang harus ditempuh. Ngomong-ngomong, karena aku sudah lama tidak ke sini - sepertinya ada sesuatu yang berubah?"
"Oh, jadi kau sadar?" Tomoe tertawa
"Tentu saja. Aku pikir ini lebih modern sekarang. "
Di depan mesin kasir sekarang ada kafe dan ruang baca.
"Selama kau sibuk - toko buku Takasago di renovasi."
"Wow!!"
Itu seperti ilustrasi novel yang diubah agar sesuai dengan gambar anime.
Toko buku Takasago yang baru - sekarang memiliki maskot imut dan stand light novel sebagai fitur yang paling menarik perhatian.
“Selanjutnya, tempat ini akan lebih fokus pada penjualan light novel, jadi Mune-kun, maukah kau bergabung dengan kami kapan-kapan? Untuk meningkatkan penjualan toko buku ku."
“Aku akan berusaha - apa kau punya saran light novel?"
"Tentu saja. Sudah setengah tahun sejak kau terakhir kali membaca light novel, bukan?”
Karena aku hanya membeli light novel dari sini, Tomoe sangat menyadari apa yang aku baca dan kapan.
"Apa kau punya permintaan? Kau suka yang seperti apa?”
"Aku ingin light novel yang bisa dinikmati seseorang yang sangat lelah, yang hampir tidak pernah memenuhi deadline, yang hanya mendapat satu hari libur setelah waktu yang lama,"
"Apa kau bekerja untuk perusahaan gelap?"
Sshh, kau tidak perlu tahu itu.
Tomoe tersenyum kecut, mengambil buku dari stand, dan memberikannya kepadaku.
"Bagaimana kalau yang ini? Kau belum membacanya, bukan?"
Tomoe memilih seri “Seishun Buta Yarō”.
Ini adalah seri Dengeki Bunko, tetapi memiliki nama yang cukup memalukan.
Omong-omong, ilustrasinya juga bagus.
"Dan - yang satu ini. Yang satu ini juga!"
Selanjutnya, dia memilih "The Faraway Paladin" dari Overlap, "Re:Zero - Kara Hajimeru no Isekai Seikatsu" dari Dengeki Bunko, "Ryuuou no Oshigoto!" Dari GA.
"Itu saran dariku."
"Tolong beri aku semuanya."
"Terima kasih sudah membeli."
Begitulah biasanya percakapan kami.
Percakapan dengan Tomoe adalah simbol normalitas bagiku.
"Bagaimana aku mengatakannya...sekarang setelah aku melihatmu, akhirnya aku merasa seperti sedang istirahat."
"Oh? Benarkah? Terima kasih…jadi malu.”
Tiba-tiba, Tomoe tertawa, seolah dia ingat sesuatu yang lucu.
"Hei, dalam istilah light novel komedi, itu berarti aku teman masa kecilmu - orang yang memperbaiki protagonis?"
"Tapi kau bukan teman masa kecilku?"
“Kenapa kau harus menyangkalnya secepat itu? Tapi kita sudah saling kenal sejak lama, jadi aku bisa dihitung sebagai teman masa kecilmu, ya kan?”
Dia mengatakan itu dengan nada ceria.
"Tapi sebenarnya aku tidak terlalu peduli tentang itu."
"Kau sama sekali tidak menyenangkan! Baru saja kau mematahkan flag pergi ke sekolah bersama dengan teman masa kecilku!”
"Apa artinya?"
"Aku bilang ~ bukannya kamu itu super sibuk? Kau belum mengerjakan PR musim panasmu, bukan?"
Tomoe melipat tangan di dada mengembangnya.
“Ini saatnya aku membantumu mengerjakan PR! Sama seperti saat kita pergi ke perpustakaan berdua! Tidakkah kau ingat?"
"Aku sama sekali tidak ingat kau mengajariku!"
"Bohong ~! Aku memang mengajarimu! ”
"Kau tidak mengajariku! Tunggu sebentar, aku pikir - “
- Itu benar.
Selama liburan musim panasku sebelumnya, ketika Tomoe dan aku masih kelas satu SMA. Itu adalah waktu ketika istilah "liburan musim panas" akhirnya menjadi nyata bagi kami.
Saat aku ingin pulang, Tomoe memanggilku:
"Mune-kun ~ bisa minta waktunya sebentar?"
Dengan senyuman yang aneh dan pose melengkung, dia mendatangiku. Payudaranya tepat setinggi mataku, sungguh pose yang imut.
"....Aku punya firasat buruk tentang ini...tapi ada apa?"
"Bisa tolong ajari aku?"
Dia menatapku dengan mata berbinar.... kami saling memandang sejenak sebelum aku menjawab:
"...Maaf, belakangan ini aku sangat sibuk dengan pekerjaanku..."
Tomoe bertepuk tangan di hadapanku:
“Aku tahu kau punya masalah! Tapi aku ingin meminta murid peringkat kelima belas di sekolah, Izumi Masamune-sama, untuk mengajariku! Kalau tidak, aku tidak bisa lulus dan harus mengambil kelas menghafal! Jika itu terjadi, maka liburan musim panasku akan menjadi bencana!”
Begitu. Aku bisa mengerti alasannya.
"…Aku mengerti situasi mu…."
"Tentu saja aku tidak akan memintamu melakukannya secara gratis! "Dengeki Daiou" bulan ini adalah pembayarannya!"
Wow...Tomoe dermawan sekali.
Dia mungkin akan membelinya untukku. Pekerja toko buku ini jarang meminjamkan bukunya pada orang lain: Dia lebih suka kalau orang datang ke toko bukunya dan membeli sendiri buku-buku itu. Sepertinya permintaannya sebanding dengan ia melanggar peraturan itu.
Menghadapi kegembiraan Tomoe, aku berkata:
“Tapi aku ingin baca manga. Aku dengar itu sudah punya seri manga nya."
“Itu benar, seri manga! Tapi ada banyak manga yang lebih menarik! Baru-baru ini, ada beberapa seri baru yang hebat, jadi sekarang adalah waktu terbaik bagi pembaca baru untuk bergabung! Ah, jika kau menganggapnya menarik, bagaimana kalau kau mulai membelinya mulai bulan depan dan seterusnya?”
"Jadi, daripada seperti pembayaranku itu lebih seperti promosimu?"
"Kuh...kalau itu masih belum cukup...!"
Entah kenapa, Tomoe tiba-tiba menutup matanya, wajahnya memerah.
"Kalau begitu.... Aku hanya bisa membayarmu dengan tubuhku....!"
"Ngomong apa kamu di sekolah!?"
Jangan katakan sesuatu yang menyeramkan! Aku sudah bisa merasakan tatapan dari gadis-gadis lain.
"...Karena Mune-kun sedang mencari celana dalam gadis imut untuk Eromanga-sensei, kan? Jadi secara sukarela aku akan menjadi tumbal Eromanga-sensei, selama kau setuju mengajariku."
"Aku sudah menyelesaikan masalah itu, jadi tidak perlu."
Atau lebih tepatnya, haruskah aku bilang kalau aku sudah menemukan tumbalnya? Bahkan aku sendiri tidak yakin.
Pokoknya, itu cerita untuk lain waktu. Ngomong-ngomong, Eromanga-sensei adalah ilustrator novelku, bukan sesuatu yang mesum.
Yah...Dia memang cabul, tidak diragukan lagi. Tapi dia bukan seseorang yang secara khusus membuat gambar erotis.
Tetapi jika teman-teman sekelasku hanya mendengar percakapan ini, mereka akan berpikir bahwa agar aku mengajar Tomoe, aku akan menuntut sesuatu yang erotis darinya.
"Kuh...kurasa akan bahaya bagi kita melanjutkan percakapan di sini." Aku berdiri, "Tomoe, bagaimana kalau kita pergi ke perpustakaan? Aku akan mengajarimu cara untuk lulus di ujian."
"Jadi, apa itu artinya kau setuju?"
“Tidak, aku akan mengajarimu secara gratis. Biasanya kau yang sering memberiku saran menarik, anggap ini sebagai ucapan terima kasih.”
"Sungguh!? Wow, terima kasih banyak!"
Tomoe menghela nafas lega, tersenyum.
Senyum itu saja sudah cukup bagiku. Aku menggaruk pipiku karena malu:
"Oh, jika kau ingin mengucapkan terima kasih, bisakah kau meletakkan novelku di rak paling atas ketika diterbitkan?"
"Tentu ~ tapi hanya jika aku merasa itu menarik setelah membacanya!"
Menyedihkan, sepertinya dia tidak akan membengkokkan aturannya itu.
Kami tiba di perpustakaan dan duduk saling menghadap satu sama lain, dipisahkan oleh sebuah meja.
Aku membuka buku catatan dan mengajarinya materi yang bisa jadi muncul di ujian. Setelah kami selesai, Tomoe menatapku dan berkata.
“Mune-kun, terima kasih banyak. Aku sangat beruntung punya teman yang baik sepertimu."
"Jika kau ingin berterima kasih padaku, berterima kasihlah padaku pakai hasil ujianmu."
"Tentu. Tapi tetap saja, aku cukup terkejut dengan hasil ujian sebelumnya. Nilaimu sangat bagus, mengingat kau sangat sibuk dengan pekerjaan. Bagaimana bisa kau masih punya waktu untuk belajar?"
"Sebenarnya aku nyaris tidak berhasil. Ada alasan bagiku untuk tidak membiarkan nilaiku turun."
Meskipun itu tidak ada hubungannya dengan subjek kami saat ini, karena alasan itu, aku harus memastikan baik pekerjaanku dan belajarku tidak menderita.
"Bagaimana denganmu, kau terlihat seperti siswa teladan..."
Tapi sebenarnya tidak pandai belajar.
"Um? Kau mengatakan sesuatu? Bisa diulang?”
Tomoe sadar kalau aku tidak menyelesaikan kalimatku dan bertanya dengan nada yang menakutkan:
Aku buru-buru menjawab:
"Itu, bukan apa-apa. Tapi... . Tomoe kau punya kelebihanmu sendiri.”
"Oh? Misalnya?” Dia menyipitkan matanya.
Aku tidak bisa mengatakan omong kosong tentang ini...sialan...kelebihan Tomoe... mari kita lihat....
“Tomoe tahu banyak tentang buku, game, dan anime. Kau juga sangat pandai mendekorasi toko buku dan menganalisis tren buku saat ini. Misalnya, kau bahkan dapat mengatur novel Fujimi Fantasia Bunko dengan benar, yang tidak memiliki nomor seri. Itu sederhana, tapi aku pikir itu luar biasa!"
Dalam bahasa chuunibyou Yamada Elf-sensei, ia menyebut keterampilan ini "Sword of Fantasia - Super Arrange."
"Aku tidak berpikir itu adalah sesuatu yang bisa dilakukan oleh seorang gadis SMA biasa."
Aku jujur memujinya, tapi Tomoe tampak agak sedih.
"...Tapi sekolah tidak menilaiku berdasarkan pengetahuan itu."
"Jadi, kau adalah siswa rendah mutu di sekolah menengah biasa."
"Jadi maksudmu aku cuma idiot!!" Dia berdiri, berteriak.
"Jangan tinggikan suaramu di perpustakaan...Orang-orang melihat."
"Ah...itu tidak baik...."
Tomoe menutup mulutnya dengan tangannya dan duduk dengan malu.
"...Ngomong-ngomong, Masamune."
Tiba-tiba, dia berkata:
"Apa jadi penulis light novel gajinya besar?"
“…………….”
Karena topik ini terlalu pribadi, aku melirik temanku yang beda jenis kelamin ini dengan sedikit penilaian.
"Tahan dulu! Aku hanya bertanya karena aku penasaran! Kau tahu, ketika seorang penggemar light novel duduk bersama dengan seorang penulis light novel, mereka akan jadi penasaran, bukan!?”
Ya - teman yang menanyakan sesuatu yang mengganggu memang ada. Dia bahkan tidak mengerti kalau dia menyentuh informasi pribadiku.
Dalam kehidupan, setiap profesional mungkin akan bertemu situasi ini setidaknya sekali.
"Jadi? Bagaimana?"
“...Setiap orang memiliki situasi mereka sendiri. Misalnya, Yamada Elf-sensei berpenghasilan cukup untuk membeli rumah besar buat dirinya sendiri. ”
Aku memberi tahunya contoh pertama.
"Bagaimana denganmu, Izumi-sensei?"
Dia sangat tidak sopan!
"...Itu, sulit dikatakan. Tahun lalu, aku tidak berhasil menerbitkan satu buku pun sehingga penghasilanku hampir nihil. Tapi jika kita berbicara tentang pendapatan tahunan rata-rata...maka aku bisa bilang penghasilanku...bervariasi. "
“Hm hm. Ada desas-desus di internet yang bilang karena penulis light novel sulit ditemukan, editor akan berusaha untuk tidak memecat mereka dan mencegah mereka berhenti."
"Itu bohong. Aku sumber yang lebih baik." Jawabku dengan percaya diri "Ketika novelku The Silver Wolf's Reincarnation meningkat lagi, editorku Kagurazaka-san memanggilku dan berkata -"
"Izumi-sensei, kau masih murid, bukan?"
"Ya, itu benar."
"Penjualan novel baru nya menjanjikan ~ apa kau ingin berhenti?"
"Apa?"
"Maksudku apa kau ingin berhenti pergi ke sekolah dan jadi penulis profesional?"
"Kau, kau bercanda lagi."
"Eh?"
"Apa?"
"Eh?"
"...Tunggu, kau serius?"
" - Itu terjadi."
"Itu seperti sebuah guild suram di dalam game online."
"Tapi tentu saja, aku hanya bisa sampai sejauh ini karena aku tidak berhenti sekolah. Mungkin di masa depan, aku akan bertemu editor yang baik hati yang benar-benar peduli dengan perkembangan penulis. Mungkin orang itu benar-benar ada di suatu tempat di dunia ini."
"...Aku punya firasat kau punya maksud tersembunyi yaitu orang itu tidak mungkin ada!"
"Itu hanya imajinasimu...jadi; apa ada yang ingin kau katakan tentang hal ini, Tomoe?
"Yah...Sebenarnya, ada."
"Begitukah?"
Itu tidak terduga.
Tomoe berkata dengan serius:
"Aku pikir gini ~ jika Mune-kun bisa menulis novel menarik yang bisa dijadikan anime, dan kemudian jika kau menghasilkan sebanyak Yamada Elf-sensei..."
"Jika aku mendapatkan uang sebanyak Yamada Elf?"
Tomoe tersipu; kemudian diam-diam melirikku:
"...Aku bisa jadi pengantinmu...!"
"Jadi kau bahkan tidak berusaha menyembunyikan kalau tujuanmu adalah uang!"
Sangat lucu! Setidaknya coba sembunyikan!
Tentu saja dia bercanda - melihat amarahku, Tomoe tertawa terbahak-bahak.
"Ahahaha........ pokoknya, pikirkan saja itu."
Kembali ke masa sekarang:
"Lihat? Aku lah yang mengajarimu! "
"Ahaha, aku berutang budi padamu."
Mendengar kata-kataku, Tomoe tersenyum. Aku ragu dia benar-benar lupa apa yang terjadi.
"Ngomong-ngomong, aku sudah menyelesaikan PR musim panasku."
“Memang hebat siswa teladan...atau lebih tepatnya, anggota masyarakat yang terhormat. Kau selalu seperti ini. "
“Ah, Tomoe-san? Kenapa kau tiba-tiba menekankan bahwa kau adalah teman masa kecilku? Apa alasannya?"
"Baiklah, baiklah - itu tidak penting. Ngomong-ngomong, masih ada yang ingin kukatakan. Itu bagian yang penting. "
Tomoe tersenyum bahagia, dia melambaikan jarinya.
"Dulu - mendengar lamaran dari teman masa kecilmu yang cantik, apa tanggapanmu?"
"Aku ingin membalas, jadi..."
Jika ingatanku benar -
"Tidak. Aku sudah punya seseorang yang aku suka."
“!! Ack! - siapa itu? Siapa? Apa dia di kelas kita?”
"Rahasia."
"Kau ingat? Bukannya kau itu terlalu dingin padaku? Kenapa kau membuangku begitu saja tanpa ragu-ragu?”
"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Kau pasti menjahiliku lagi.”
Tapi jawabanku membuat Tomoe menaikkan suaranya lagi:
“Kamu seorang penulis! Pikirkan cara yang lebih berwarna untuk menolakku!”
“Setelah mempertimbangkan rekomendasi mu dengan hati-hati, dengan berat hati aku memberi tahu mu bahwa aku tidak dapat memenuhi permintaan mu. Namun, aku masih sangat berterima kasih atas kenyataan bahwa kau memilihku untuk menjawab pertanyaan mu. Semoga keberuntungan tersenyum padamu, Takasago-san, sehingga masa depanmu cerah."
"Aku tidak butuh berwarna yang semacam itu -- !!"
Dia tidak seperti teman masa kecil protagonis perempuan dan lebih seperti penjahat yang berteriak ketika seseorang mengenai kelemahannya.
"Aku tidak yakin ada protagonis perempuan yang ditolak dengan begitu dinginnya di dalam sejarah light novel!"
“Tunggu saja; kau pasti bisa menemukan penolakan yang lebih dingin dan lebih keras.”
Untuk menghindari perang api, izinkan aku untuk tidak menyebutkan novel itu.
"Ah, setiap kali kita mengobrol berakhir seperti ini."
"Ahaha, kau benar."
Mengobrol seperti ini - sama sekali berbeda ketimbang mengobrol dengan Muramasa-senpai atau Elf. Kita seperti dua gigi roda yang pas satu sama lain.
“...Lupakan saja. Kita masih SMA.”
Tomoe menurunkan bahunya depresi, tetapi dengan cepat pulih:
"Setidaknya katakan padaku siapa yang kau sukai."
"Nggak."
Jika aku memberitahumu, aku juga harus memberitahumu kebenaran tentang Eromanga-sensei.
"Apa ~ salah ~ nya ~ Kita punya hubungan yang baik, bukan Mune-kun?"
"Hubungan baik? Maksudmu kau melamarku hanya karena uangku?”
"Tidak, tidak, tidak, aku tidak berbicara tentang cinta. Paling tidak, kita bersahabat, ya kan?”
……… ..
"... Ada apa, Mune-kun? Kau terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi berubah pikiran di detik terakhir.”
"Kenapa kita jadi teman?"
"Hei! Bukannya kamu terlalu jahat? Apa kau sudah lupa?"
Tomoe tampak malu-malu. Dia berhenti, mendekatkan wajahnya, dan berteriak:
"Hei, hei, hei ~ kau harus ingat! Hari ini adalah hari jadi kita! ”
“? Maksudmu hari ketika kita menjadi teman?”
"Iya! Pikirkan itu! Itu terjadi ketika kita masih SMP!”
Ya...bertahun-tahun lalu. Aku pikir itu hari Sabtu atau Minggu.
"….Aku sangat gugup…."
Sekitar jam 10 pagi. Di keluarga Tomoe - toko buku Takasago, di bagian light novel, aku gemetar seperti karakter yang sangat mencurigakan. Alasannya adalah: saat itu hari ketika novelku - Izumi Masamune, pertama kali dijual ke publik.
Di rak di depanku, ada novel debutku yang terbaru "The Black Sword".
"Kuh.... novelku.... ada di sini... tapi kata Eromanga nya...."
Nama ilustratorku, yaitu "Eromanga-sensei", juga terlihat di sampulnya. Aku takut ada beberapa pembaca akan mengira itu nama penulis... Kenapa orang itu menggunakan nama samaran yang mesum seperti itu?
Aku berterima kasih padanya karena dia membantuku dengan menggambar banyak ilustrasi imut... tapi aku masih berharap dia bisa memperbaiki masalah ini.
"Rasanya sakit...sangat sakit..."
Karena “anakku” ternyata sangat luar biasa, perutku jadi mual.
...Aku seorang penulis sekarang.
Akankah seseorang datang dan membeli buku ku?
Perasaanku campur aduk antara berharap, bersemangat dan gugup. Aku sama sekali tidak bisa tenang.
"………"
Tentu saja, meskipun penulis pergi langsung ke toko buku, dia tidak akan mengetahui penjualan bukunya. Aku pun mengerti itu. Meski begitu - meski begitu, aku tidak mau pulang.
Jika kalian bertanya-tanya apa yang aku lakukan...
"…..Gulp"
Aku bersembunyi di balik rak lain dan mengawasi penjualan novelku. Persis seperti kakak perempuan Hoshi Hyuma.
[note: Hoshi Hyuma adalah karakter dari Star of The Giant (yang tayang tahun 1966-1971)]
".... Ha ... ha .... ~"
Aku terengah-engah, wajahku pucat dan aku berkeringat. Mataku mungkin berwarna merah.
Aku pikir semua mangaka atau penulis pernah melakukan hal serupa sebelumnya.
Karena hari ini adalah hari novel baru dirilis, sudah ada beberapa pelanggan di sini bahkan dari pagi.
Aku melirik rak novel terbaru lagi -
"Yang disana!"
Akhirnya, seseorang mengambil novelku! Dia tampak seperti anak SMA. Dia menatap tajam ke sampulnya, mungkin bertanya-tanya apakah dia harus membelinya atau tidak.
- Bagus! Beli itu! Beli itu! Kumohon! Bukunya sangat menarik!!!
“...Apa maksudnya Eromanga ini? Siapa yang mau menulis sesuatu yang sangat memalukan?”
Dia menyimpan novelku kembali ke rak.
“Kuh, dasar ~~~~~~! Itu bukan manga erotis!!! Jelas-jelas bukan sesuatu yang mesum!!! "
Aku melihat semuanya dari tempat persembunyian dan menggertakkan gigi dengan frustrasi.
"Ha..... ha…"
Setelah beberapa menit, seseorang mengambil novelku.
- Bagus! Kali ini! Tolong beli! Memang ada kata Eromanga-sensei, tapi itu sama sekali bukan cerita erotis! Ayolah! Kumpulkan keberanianmu!
"...Penulis baru ya...aku akan menunggu review orang lain dulu."
Dia menyimpan novelku kembali ke rak.
"Kuh, sialan ~~~~ !! Kau pikir kau siapa HAH!?!"
Aku melotot padanya. Sekarang aku mengerti perasaan orang tua monster.
[note: Orang tua monster (mungkin) hanya ada di Cina, Jepang, Korea - itu adalah orang tua yang membesarkan anak mereka dengan perpaduan yang aneh antara otoriterisme dan protektif berlebihan]
"Ha.... ha…"
Meskipun aku terus memperhatikan, tidak ada yang membeli novelku.
"Kuh...!"
Ini buruk...ini buruk...jika ini terus berlanjut, mungkin aku bahkan tidak bisa menjual satu buku pun.
Apa yang harus aku lakukan jika mereka memutuskan untuk membatalkan ceritaku setelah satu volume...
Masa depan yang menyedihkan seperti ini menghantuiku seperti hantu.
Dengan langkah yang goyah, aku berjalan menuju bagian light novel, perlahan-lahan mengambil novelku sendiri dan berkata dengan suara keras agar semua orang di dekat sini mendengar:
"Hei! Sepertinya mereka menjual light novel yang sangat menarik! ”
Kalau dipikir-pikir, kalimat itu sangat kuno.
"Ilustrasinya super imut, nama Izumi Masamune terdengar keren, ringkasan pendeknya terlihat menarik - ini bisa saja jadi novel terlaris!"
Aku melihat ke sekeliling.
- Teman-teman! Cepat beli! Beli!!
Di bagian light novel, penulis Izumi-sensei berusaha untuk mengiklankan novelnya kepada pelanggan lain.
Aku terus seperti ini selama beberapa menit - sampai seseorang menepuk pundakku dari belakang.
"Apa?"
Aku berbalik, terkejut. Di belakangku adalah...
"... Pelanggan, bisa tolong ikut aku sebentar?"
Di belakangku ada seorang lelaki besar yang badannya seperti lemari es. Dia tampak seperti Zangief
[note: Zangief adalah karakter di Street Fighter]
Karena aku meninggikan suaraku di toko buku, manajer toko buku - seorang pria besar botak ber-janggut - mengantarku ke gudang toko buku.
Dengan *Dug*, aku membanting tanganku ke meja dan mengulangi lagi apa yang aku katakan sebelumnya:
"Sudah kubilang! Akulah penulisnya! Penulis novel ini!"
“...Bagaimana mungkin ada seorang penulis seusiamu? Kau seumuran dengan putriku. "
"Tapi itu kenyataannya! Belakangan ini, sudah jadi hal biasa bagi siswa SMA membuat debut! Bagaimana kalau - lihat, ini kartu pelajarku! Tertulis Izumi Masamune di sini! Itu sama dengan nama penulis! Ini buktiku!”
"Kuh...tapi..."
Pada saat itu, suara seorang gadis muncul dari belakangku:
"Ayah, toko ramennya ditinggalin? Apa ada seseorang mencuri sesuatu?"
“Tidak, ada seseorang berisik di toko. Agar tidak mengganggu pelanggan lain, aku memanggilnya ke sini... "
"Hah? Siapa? Eh, bukannya kamu Izumi-san? Izumi-san dari kelasku.”
"Eh?"
Aku berbalik dan melihat seorang gadis seusiaku. Dia punya rambut hitam panjang yang indah, dan memiliki penampilan yang jujur dan penurut.
"Kamu…"
“Takasago Tomoe. Kau tidak ingat? Kita di kelas yang sama saat kelas tiga SD.”
"…Maaf."
"Kamu lupa ya? Tidak apa-apa."
"...Bocah, berani-beraninya kau melupakan gadis cantik seperti itu?"
Zangief...tidak, manajer toko buku berkata dengan nada rendah yang berbahaya.
Aku gemetar lagi dan dengan cepat meminta maaf.
Tapi Takasago - sang anak - tiba-tiba tersipu
"Tunggu sebentar, ayah! Jangan katakan sesuatu yang memalukan! Jadi apa yang terjadi?"
"Yah, bocah ini suaranya terlalu berisik di toko buku dan terus bilang kalau dia adalah penulis novel ini."
Sang ayah menjawab. Dia juga memberikan novelku pada putrinya.
"Ah, ini yang baru - tunggu?"
Sepertinya dia menyadari nama Izumi Masamune.
“Izumi Masamune? Izumi Masamune? Tunggu tunggu? Ja, jangan-jangan...? ”
Aku melihat Takasago-san:
"Ya, aku penulis novel ini - Izumi Masamune."
"..Serius?"
"Serius."
"...Kebetulan seperti ini memang ada?"
Manajer toko buku masih menatapku dengan keraguan di matanya.
"Ya, ada."
Aku tidak berencana mengungkapkan identitasku sebagai penulis hari ini, tapi tidak ada cara lain untuk menjelaskan tindakan mencurigakanku.
Itu sebabnya aku ngaku kalau aku adalah penulis Izumi Masamune.
Tetapi manajer toko buku tampaknya tidak yakin. Di sisi lain, Takasago-san melipat tangannya, berpikir keras.
"Hm... hm... Izumi-san."
"Iya?"
"Antara Black Rod, Blood Jacket dan Bright Lights Holy Land, mana yang paling kamu sukai?"
[Catatan: Semuanya berasal dari penulis Furuhashi Hideyuki]
Semua itu adalah best seller nya Dengeki Bunko. Walaupun aku tidak mengerti alasannya menanyakan itu, dengan cepat aku menjawab:
"Blood Jacket"
"Hm ~"
Takasago-san mengangguk. Dia mengangkat jari:
"Dalam light novel itu, menurutmu karakter mana yang paling keren?"
"Sarimanagi"
"Oh? Selanjutnya di seri Boogie Pop, apa buku favorit mu?"
"Takasago-san, apa maksudnya pertanyaan-pertanyaan ini?"
“Ini untuk menganalisis karakteristik light novel mu. Oke, jawab aku.”
"VS Imaginator - tidak .." aku berpikir sejenak, "Seharusnya Embryo Erosion"
"Begitukah? Begitu - aku mengerti. Ngomong-ngomong, favoritku adalah Pandora dan Peppermint magician”
"Ah, aku juga suka Pandora!"
"Kau mengerti! Um... aku tidak habis pikir Izumi-san bisa membicarakan tentang light novel berusia sepuluh tahun!"
"Kau juga, Takasago-san."
"Ehehe, kau seharusnya memberitahuku lebih cepat ~ aku tidak tahu ada seseorang yang bisa berbicara denganku seperti ini di sekolah... Oh benar, apa kau pikir ayahku mirip Inazuma?"
"Eh ~ a, kurasa tidak..."
Bagiku, dia tidak mirip Inazuma dan lebih seperti Red Comet atau Mr. Brown.
[note: saya gatau siapa Inazuma atau Mr. Brown, tapi Red Comet adalah nickname nya Char di Mobile Suit Gundam.]
“Hei, apa yang kalian bicarakan? Aku tidak mengerti apa-apa!"
Zangief terabaikan, jadi dia... tidak, manajer toko buku memandang putrinya dengan cara yang tidak nyaman. Takasago-san berkata dengan jelas:
"Ayah, Izumi-san mengatakan yang sebenarnya. Dia tidak berbohong ketika dia mengaku sebagai penulis."
"Bagaimana kamu bisa tahu itu?"
“Yah, karena obrolan kita barusan. Seseorang yang membaca light novel tidak bisa jadi orang jahat - apa ayah tidak bisa menerima alasan itu?"
"Tidak, tidak bisa."
Takasago-san memperlihatkan novel baruku yang sedang dipegangnya:
"Um...aku tidak bisa mengatakannya...tapi kemarin, ketika kami menerima buku-buku ini, aku diam-diam membacanya."
"Eh.. jadi itu artinya kau membaca bukuku?"
"Ehehe, ya. Aku kaget - Izumi-san, kau cocok dengan imej yang aku miliki tentang penulis ketika aku membaca bukumu. Itu sebabnya aku pikir kau adalah Izumi Masamune-sensei yang asli. Selain itu - kita telah menghabiskan satu tahun bersama di sekolah; aku tahu kau bukan tipe pembohong."
“…… ..”
Baik manajer toko buku dan aku menatap Takasago-san.
"Hari ini adalah hari novel Izumi Masamune memulai debutnya, apa itu sebabnya kau datang ke sini?"
....Dia membacaku seperti buku.
"Kuh ...!"
Dengan tatapan sinis, manajer toko buku melipat tangannya:
"Baiklah. He bocah. Jangan buat kegaduhan di toko buku lagi. "
"Baik pak. Maafkan aku."
"...."
Dia berdiri dan pergi. Mungkin dia tidak seburuk penampilannya...pokoknya, aku aman sekarang.
"...Fiuh, selamat."
Ketika suasana tegang akhirnya menghilang, aku menghela napas lega
Kemudian Takasago-san dengan senang hati pergi ke sisiku:
"Jadi, Izumi-sensei - situasinya terlihat menarik: bisakah kau memberitahuku lebih banyak?"
Kembali ke masa sekarang:
"Ah! Maksudmu hari ketika aku memulai debut. Hari ketika kita mengobrol pertama kalinya!"
"Benar, benar! Jadi kau ingat! Setelah itu, kau bilang kau ingin menyembunyikan identitasmu di sekolah dan memintaku untuk menyimpan rahasiamu.”
"Kau selalu membantuku menjaga rahasiaku."
"Tentu saja. Itu janji kita."
"Aku pikir kau akan segera membocorkannya."
"Hei ~ kau terlalu kejam! Mungkin tidak terlihat seperti itu, tapi aku tahu bagaimana caranya menyimpan rahasia."
"Aku tahu. Bagaimanapun, kita teman.”
"Ya, aku satu-satunya teman di sekolah yang dapat berbicara dengan Mune-kun tentang light novel. Sama sepertiku."
Tidak sepertiku, Tomoe punya banyak teman di sekolah. Tapi tidak ada dari mereka yang bisa ngobrol tentang light novel dengan karyawan toko buku sepertinya.
Jadi - persahabatan ini sangat berharga bagi kita berdua.
"Tomoe."
Aku melihat mata temanku dan berterima kasih padanya:
"Mohon bantuannya dari sekarang."
Aku senang bertemu denganmu - itulah yang ingin aku sampaikan padanya. Tapi aku tidak tahu apakah dia akan mengerti itu.
"...Um."
Tomoe tersipu malu, benar-benar tidak seperti dirinya.
"Apa yang membuatmu malu?"
"Eh? Eto...itu karena kau tiba-tiba mengatakan itu!"
Mungkin yang aku katakan agak terlalu blak-blakan. Jadi dengan cepat aku mencoba menyembunyikan rasa maluku dan mengangkat tangan:
"Sampai jumpa lagi. Aku harus membaca buku-buku itu. "
"Pastikan istirahat dengan benar."
"Tentu."
Aku berbalik dan pergi.
"M, Mune-kun -"
"Iya?"
Aku melihat ke belakang. Tomoe memberiku senyuman yang mempesona:
"Setelah membaca rekomendasiku, pastikan beri tahu aku apa yang kau pikirkan!"
"———–"
Pesona Tomoe mencapai puncaknya ketika dia merekomendasikan novel pada orang lain. Protagonis perempuan light novel biasa tidak mungkin melakukan itu.
- Tapi mengatakannya langsung itu memalukan, jadi aku tidak bisa melakukan itu.
Setelah aku kembali dari toko buku Takasago, Muramasa-senpai menyambutku di pintu:
"Selamat datang, Masamune-kun."
"Ah, eh...aku pulang, Muramasa-senpai."
Kenapa...dia terdengar seperti istriku? Seperti biasa, dia sangat dewasa bagi seusianya meskipun dia lebih muda dariku.
"Eh...di mana Elf dan Sagiri?"
Aku bertanya padanya karena sangat tidak biasa bagi Muramasa-senpai menyapaku sendirian seperti ini. Jika mereka semua datang dan menyambutku sambil bertengkar - itu bisa dianggap normal.
"Yah, karena..."
Muramasa-senpai tersenyum masam:
"Tepat setelah kau melarikan diri - kita intropeksi diri. Ini kesempatan langka bagimu untuk beristirahat: apa yang kita lakukan tidak dapat diterima...jadi.. Maaf. Aku minta maaf mewakili semuanya."
Melihat penyelamatku menundukkan kepalanya, aku segera menghentikannya:
"Tidak tidak Tidak! Ini bukan apa-apa, aku sama sekali tidak keberatan...tapi, kau sadar kalau aku melarikan diri kah?"
"Terima kasih telah mengatakan itu - pokoknya, kita tidak akan menghalangi istirahatmu lagi. Semoga kau menikmati hari liburmu."
"Ya, aku akan.... istirahat."
Aku mengikuti rencana awalku dan kembali ke kamar, berbaring, dan membaca light novel.
Tidak seperti keterampilan menulis cepatku, keterampilan membacaku tidak terlalu bagus. Butuh lebih dari dua jam untuk membaca satu novel. Ini adalah saat-saat yang damai dan membahagiakan bagiku.
- Aku sangat berterima kasih pada semuanya.
Jika mereka tidak membantuku - aku mungkin masih tenggelam dalam pekerjaan. Sekarang, aku merasa santai dan nyaman.
Dalam beberapa hari, liburanku akan berakhir. Aku akan kembali ke gaya hidupku yang biasa dengan lapang dada. Itulah yang aku yakini.
Ketika aku sedang membaca novel kedua - seseorang mengetuk pintu kamarku.
"Masuklah."
Aku pun bangun. Pintu terbuka dan Muramasa-senpai masuk. Dia tersenyum:
"Masamune-kun, makan malam akan siap dalam sepuluh menit, silakan datang ke ruang tamu."
"Tentu, segera kesana."
Aku meletakkan buku di kasur, di sebelah bantal. Muramasa-senpai bertanya:
"Kau suka buka ini?"
"Aku hanya membaca satu volume, tapi aku...mungkin menyukainya."
"Begitu."
“Saat aku pergi ke toko buku, mereka menyarankan buku ini untuk aku baca di hari libur. Saran mereka sangat sesuai denganku.”
“Dengan kata lain, kau biasa membaca di hari liburmu? Hm, menarik. Dari judul-judulnya, sepertinya ada macam-macam genre?”
"Um - bagaimana bilangnya... Ini bukan tentang genre... Apa yang aku suka baca di hari libur...adalah novel menarik dari genre yang berbeda dari apa yang aku tulis."
Jawabanku membingungkan senpai.
"Aku tidak mengerti?"
"Sulit untuk dikatakan... tapi setelah membaca novel semacam itu, aku tidak akan punya pikiran negatif seperti aku tidak dapat menulis seperti apa yang baru saja aku baca! Aku tidak suka atau aku tidak pernah tahu gaya penulisan seperti itu ada atau Wahhhhhhh - aku tidak bisa mengalahkan penulis ini! Sial! Aku harus lebih baik lagi. Ditambah, jika aku membaca sesuatu dari genre ku sendiri, maka akan mudah bagiku untuk mulai bertanya-tanya adakah yang bisa aku pelajari dari penulis ini, jadi aku tidak akan bisa beristirahat dengan baik...Jadi yang terbaik adalah jika aku hanya menikmati novel sama seperti seorang pembaca."
"Ah, begitu."
Senpai mengangguk. Dia sepertinya menerima alasan ini.
“Itu belum pernah terjadi padaku sebelumnya; aku rasa aku belum pernah mengalami hal seperti itu."
"Begitu."
"Dengan kata lain, ada novel yang tidak ingin kau baca di hari liburmu?"
"Tentu saja. "Dark Elf" dari Yamada Elf-sensei adalah salah satunya. "
"Salah satunya?"
“……………”
“Masamune-kun? Kenapa kau tiba-tiba diam?”
Muramasa-senpai menatapku.
Alasan aku berhenti adalah karena novel yang paling tidak ingin aku baca di hari libur adalah...
- Novelnya.
Itu benar.
Bagiku, penulis bernama Senjyu Muramasa adalah suatu keberadaan khusus.
Aku ingin memberi tahu kalian sedikit lebih banyak tentang "senpai" yang lebih muda dariku ini.
Senjyu Muramasa dulunya adalah musuh bebuyutan Izumi Masamune.
Nama pena nya mirip dengan milikku; gaya penulisannya mirip dengan gayaku. Tapi penjualannya enam puluh kali lipat lebih banyak dariku. Seorang penulis yang lebih muda dariku tetapi penjualan bukunya lebih dari 100.000.
Selama masa-masa awal karirku, aku dibanding-bandingkan dengannya dalam setiap aspek. Itu memberi tekanan besar padaku - aku sangat terluka. Beberapa novelku yang menjanjikan telah ditolak. Aku hampir menyerah menulis.
Aku malu mengakuinya, tetapi aku bahkan memiliki pemikiran seperti "Muramasa harusnya mati aja" atau "Kalau saja dia tidak ada"
Kemudian, pertemuan pertama kita terjadi selama "Turnamen Light Novel"
Pertemuan pertama kita - percakapan pertama kita - dan konflik pertama kita.
Karena akan terlalu panjang bagiku menceritakan semuanya, aku akan melewatkan detailnya. Tapi karena kejadian itu, ada perubahan besar di dalam hubunganku dengan Muramasa-senpai.
Musuhku, senpai ku yang lebih muda - Senjyu Muramasa.
Dia adalah seorang gadis berusia empat belas tahun yang suka mengenakan kimono.
Pribadi seperti apa Muramasa-senpai? Jika seseorang bertanya padaku, aku tidak bisa memberikan jawaban yang pasti.
Misalnya, ada saat ketika kami mengobrol di ruang tamu rumahku.
"Muramasa-senpai, kau ingin makan sesuatu?"
Aku bertanya padanya.
"………"
Tidak ada balasan. Dia benar-benar mengabaikanku; dia terus menatap ke ruang kosong.
"Senpai? Hei, Senpai? "
Aku melambaikan tangan beberapa kali di depan wajahnya; tidak ada respon. Matanya terbuka, tetapi tidak bergerak.
Karena dia memiliki kulit putih bersih dan penampilan yang lemah lembut, pada pandangan pertama orang mungkin akan mengira dia adalah patung lilin - singkatnya, tidak ada yang bisa menahan membiarkan imajinasi mereka menjadi sedikit liar.
"... Sen -"
"Baiklah!"
"Wow!!"
Cahaya kembali ke matanya - lalu dia tiba-tiba berteriak. Saking terkejutnya aku hampir jatuh. Dari "tidak bergerak" ke "bergerak" - setelah me-restart dirinya sendiri, dia akhirnya menyadariku.
"Huh? Masamune-kun? Ada apa?"
“Itu kalimatku? Apa yang terjadi denganmu? Tiba-tiba, kau berteriak..."
"Ah, benar. Masamune-kun, aku sudah memutuskan!”
“..Eto? Kau telah memutuskan apa yang ingin kau makan? Apa kau harus se dramatis itu?"
Senpai berkata dengan nada yang sangat bersemangat:
"Aku ingin membunuh pacarmu!"
"Senpai? Apa yang kau bicarakan?"
Kami berdua berteriak. Bunuh...dia bilang bunuh...pacarku?
Lihat!? Semua orang melihat kita!
Senpai memiringkan kepalanya kebingungan:
"Apa maksudmu? Tentu saja aku membicarakan tentang novel yang aku tulis."
"Aku mengerti! Maksudmu protagonis perempuannya! Sang kekasih protagonis laki-laki! Tapi orang lain tidak bisa mengerti itu!"
“Jangan hentikan aku! Ini kesimpulanku setelah berpikir sangat keras!”
Tidak, yang ingin aku hentikan adalah perilaku mu yang aneh...
Tiba-tiba, dia membuat ekspresi kejam yang pernah aku lihat saat pertemuan pertama kami: Yang seharusnya milik penjahat.
"Hm...kalau begitu, aku harus membunuhnya! Dan aku harus membuatnya sekejam mungkin! - Tidak, kupikir aku harus bertanya pada spesialis senjata sepertimu, Izumi-sensei! Pisau atau pedang macam apa yang harus aku gunakan jika aku ingin membelah seseorang menjadi potongan kecil?”
"Tolong hentikan! Tempat ini adalah rumahku!"
Nggak.
Aku ingin memberitahu kalian tentang pesonanya, tapi aku malah memberitahu kalian tentang sesuatu yang aneh.
Baiklah...kelebihan senpai...kelebihan... um....
Dia adalah gadis yang cantik. Kimono cocok untuknya. Dia punya kulit putih bersih dan leher yang sangat feminin...Ah, tapi karena dia agak kurus, saat dia mengenakan kimono, payudaranya akan - tunggu, apa yang aku bicarakan!
Aku hanya mengatakan itu karena adik perempuan di kepalaku terus mengatakan "Nii-san mesum", jadi aku tidak berpikir jernih.
Pokoknya - dia sangat pandai menulis novel. Kalian sudah tahu itu.
Bagaimanapun, begitulah adanya. Senjyu Muramasa adalah seseorang yang spesial.
Contohnya, ada sebuah insiden -
Itu terjadi di ruang tamu rumahku, ketika senpai dan aku menonton televisi bersama.
"Senpai, apa yang kau pikirkan tentang drama ini?"
"Biasa."
"…Begitu. Bagaimana dengan anime mahou shoujo yang baru saja kita tonton?”
"Biasa."
"Begitu...lalu bagaimana dengan pertunjukan spesial tadi?"
"Filmnya di rekam di dekat rumahku."
"………"
Izinkan aku menjelaskan.
Muramasa-senpai memiliki penyakit yang aneh. Ketika berbicara tentang membaca novel, ia sama sekali tidak tertarik; kecuali untuk beberapa kasus khusus.
Ketika aku menyadari hal itu, aku bertanya pada diri sendiri:
Bagaimana dengan sesuatu yang lain? Selain novel?
Aku menanyakan pertanyaan itu karena penulis sering dipengaruhi oleh media lain. Dan aku termasuk. Secara alami aku dipengaruhi oleh novel-novel yang aku sukai.
Karena senpai dapat menulis dengan sangat baik, aku tidak berpikir bahwa dia hanya akan terpengaruh oleh "apa yang dia sukai".
Saat aku menanyakannya tentang hal itu, dia memberi tahuku:
"Bukannya aku tidak bisa menemukan kebahagiaan di media lain. Namun, apakah aku bisa menemukan kebahagiaan atau tidak dan apakah aku dapat mempelajari sesuatu adalah dua hal yang sangat berbeda."
Jadi maksudnya adalah dia bisa belajar dari sesuatu yang tidak ia sukai.
Itu mengagumkan. Aku juga ingin bisa melakukan itu.
"- Namun, sebenarnya aku agak berprasangka buruk orangnya. Aku tidak ingin menonton anime atau film sebelum aku menulis."
Karena dia akan kehilangan kontak dengan dunia luar ketika dia mulai menulis, hal itu akan segera terlupakan.
Aku bahkan tidak perlu bertanya, Senjyu Muramasa bukanlah seseorang yang suka menonton televisi.
“Kalau begitu, kau ingin menonton TV di rumahku? Aku punya banyak kaset Blu-ray di rumah."
"- Jika nontonnya berdua denganku."
Aku tidak benar-benar memahami persyaratannya, tapi itulah yang terjadi.
Jadi, kita pergi ke ruang tamu dan menonton TV bersama.
Seperti yang kalian tahu, reaksi senpai tidak menjanjikan.
Setelah beberapa jam, aku berkata:
"Tidak berhasil kah? Dan aku pikir semuanya menarik.”
"Tidak, ada sesuatu yang menjanjikan!"
"Sungguh?"
Anime yang dikatakan senpai "menjanjikan?"
"Yang mana?"
"Anime yang sedang ditayangkan di televisi sekarang."
Dia menunjuk ke layar. Mataku mengikuti jarinya.
“…………… ..”
Aku menggosok mataku dan memeriksanya lagi.
Ya - Aku merekam yang itu.
Anime ini adalah -
“Ya, itu anime yang sangat bagus. Aku tidak pernah tahu ada yang seperti ini. Jika ini adalah light novel maka aku harus membacanya. Siapa penulisnya?"
"Kamu. Penulisnya kamu."
"Eh? Nama penulisnya adalah Kamu?"
"Kamu penulis aslinya, senpai!!"
"Aku?"
Dia berkedip.
Dia...dia...dia tidak berpura-pura bodoh sehingga dia bisa membangga-banggakannya. Dia jujur! Bisakah kalian percaya padanya?
Aku sangat bingung - dia adalah seorang penulis, tetapi sampai aku memberitahunya, dia bahkan tidak tahu judul novelnya sendiri.
“Itu Fantasy Demon Blade Legend buatanmu! Bukannya kau bilang kalau kau baru saja menyelesaikan volume yang lain? Kau bilang padaku kalau kau ingat judulnya sebelumnya!”
"Blade Fantasy? Anime ini? Tapi - rasanya tidak benar...Alurnya tidak sama. Ini bukan ceritaku."
"Karena kau tidak membantu mengerjakan animenya."
Dibandingkan dengan novel aslinya, anime ini mendapatkan ketenaran yang sama. Tetapi karena klimaksnya berbeda, kata-kata karakternya berbeda, dan titik alur penting dipotong - hasilnya jadi benar-benar berbeda dari novel aslinya. Penggemar novelnya pun marah.
Yah, itu cukup umum ketika membuat anime. Tetapi penulis aslinya harus bisa mengenali ceritanya sendiri!
…..Tidak. Sebaliknya, karena dia adalah penulis aslinya, dia tidak membuat hubungan antara anime ini dengan ceritanya - mungkin itu masalahnya.
"Ini benar-benar berbeda dari aslinya" - tangisan para penggemar novel tidak melenceng jauh dari sasaran.
Dia memang tidak tahu.
"Eh? Apa? Kapan? Bagaimana? ”- Dia bahkan menanyakan itu.
... Jadi, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Apa reaksinya ketika dia menyadari bahwa karya besarnya diubah menjadi “sesuatu yang berbeda” - Aku merasa takut.
Aku menatap wajahnya dan berkeringat dingin.
Dia hanya berkata:
"Oh? Begitukah?"
Wow...sepertinya dia baik-baik saja.
"Tapi apa anime Fantasy Blade masih ditayangkan?"
"Sudah selesai. Yang ini adalah rekaman."
Aku menghela nafas lega.
Jika seorang penggemar novel mendengar itu, aku pikir mereka akan menceramahiku.
Senjyu Muramasa-senpai adalah seorang penulis yang hebat, tetapi dia tidak peduli dengan hal lain. Mimpinya adalah "menulis novel yang menarik", itu saja.
Jadi...ketika dia tahu bahwa anime-nya berubah menjadi ini, dia tidak akan melakukan apa pun. Dia adalah orang asing.
Saat ini, bagian pertama anime berakhir dan sebuah iklan muncul
Game PS4 Fantasy Demon Blade Legend dibuat oleh penulis aslinya langsung! Semuanya, ayo cepat beli!
"Bohong!"
Aku tidak bisa menahan mengucapkannya keras-keras.
Pokoknya, seperti yang ku katakan, dia orang yang hebat, bukan?
Um...Aku tidak yakin kenangan ini sama sekali meningkatkan imej senpai.
Bagaimana kalau aku ceritakan tentang pertemuan pertama kita, ketika kita hampir saling berteriak...tidak, tidak. Pasti ada sesuatu yang lebih damai. Biarku pikir...!
Benar, di bulan September, tahun lalu.
Setelah pelatihan di pantai selesai, dan novel baru Izumi Masamune telah dirilis -
Hari itu, senpai datang ke rumahku untuk bertemu Elf dan Eromanga-sensei.
Tapi, Elf belum datang.
"Senpai, bisakah kau menunggu di ruang tamu sebentar?"
"Tidak masalah. Kau tidak usah bersikap formal. Aku bisa menghabiskan waktu dengan menulis sesuatu sampai si setengah-manusia itu datang.”
Dia duduk di sofa dan mengeluarkan buku catatannya.
Setengah-manusia yang dia bicarakan tidak lain dan tidak bukan adalah tetangga sebelahku Yamada Elf-sensei. Aku tidak bisa memikirkan alasan kenapa dia menggunakan nama panggilan yang kejam itu.
"Aku tidak bisa membiarkan tamuku duduk sendirian - ah, apa kau ingin mengobrol?"
Tepat ketika aku duduk di sebelahnya, dia menutup buku catatannya.
"Jika Masamune-kun ku yang tersayang mengatakan demikian, maka aku akan menerimanya. Bagiku, kau adalah satu-satunya di dunia ini yang sangat ingin waktunya ku habiskan bersama.”
"Tersayang…"
Kupikir aku mendengar sesuatu seperti itu. Sial, wajahku mungkin memerah seperti karakter dalam manga. Bertemu seseorang yang begitu blak-blakan tentang perasaannya sangatlah memalukan.
Selain itu…
Itu dari novel romantis! Kenapa aku sangat malu...!
"Eh...Senpai..."
Aku memaksakan diri untuk berbalik menghadapnya dan melihat dia...juga memerah. Dia bahkan bersembunyi di balik tangannya, gemetaran.
"Bahkan kau juga malu yaa"
"Tolong...beri aku sepuluh detik..."
Dia menghirup napas dalam-dalam; kemudian kembali ke penampilannya yang biasa.
"Jadi, apa yang harus kita bicarakan, kouhai?"
"Agak terlambat untuk berpura-pura, senpai."
Kau ingin membuat aku lupa tentang apa yang baru saja terjadi, bukan?
"Kita berdua penulis, jadi kita harus membicarakan tentang menulis," ucapnya dengan wajah datar.
Aku ingin sedikit lebih mengusiknya, tapi sebagai juniornya, mungkin seharusnya tidak kulakukan. Aku berpikir sejenak dan berkata:
“Bagaimana kalau begini - di Fantasy Blade, kau berencana ingin membiarkan protagonis perempuan mati di volume berikutnya. Bagaimana perkembangan cerita dari situ ke depannya?"
Aku hanya ingin menanyakan pertanyaan yang sederhana. Tapi -
"Dia akan hidup kembali di bagian selanjutnya."
"Jangan ungkap detail penting seperti itu!!"
Sebagai seorang penulis, kau harus memikirkan perasaan pembacamu.
Yah, aku ragu dia akan peduli. Dalam benaknya, pembaca hanya termasuk dirinya sendiri.
"Kalau kamu, maka tidak masalah. Sebenarnya, tubuh protagonis menyembunyikan kekuatan rahasia - dengan menggunakannya, protagonis perempuan dapat hidup kembali. "
Apa kau mendengarku? Aku baru saja bilang padamu untuk tidak membocorkan cerita!
Satu-satunya alasan aku tidak mengatakannya adalah karena senyuman senpai. Dia terlihat sangat senang ketika berbicara tentang novelnya. Jadi aku mencoba tertawa dan bertanya:
"Apakah kekuatan tersembunyinya berbeda dari kekuatan yang pernah diberitahu sebelumnya?"
"Ini berbeda. Yang diberitahu sebelumnya hanya sedikit dari kekuatan aslinya. Akan memakan waktu lama, tetapi ketika protagonis akhirnya membangkitkan semua kekuatannya, dia akan menjadi karakter terkuat di seri ini.”
"Jadi itu detail yang penting lagi kah? Kapan kau berencana untuk mengungkapkannya?"
"Volume 100."
"Volume 100?"
Apa dia sadar kalau menulis seri light novel yang berlangsung selama 100 volume sama sekali tidak mungkin?
"Ngomong-ngomong, berapa total volume yang kau rencanakan untuk ditulis?"
"Untuk saat ini, sekitar 250 volume."
"Jadi itu akan memakan waktu sekitar 60 tahun lagi untuk novelmu berakhir ya."
Aku pikir semua pembaca originalnya akan meninggal pada saat itu. Aku harus mencoba hidup selama satu abad penuh.
"Aku berencana ingin memberikan volume terakhir pada cucuku sebagai hadiah."
"Itu —— mimpi yang sangat awet."
Aku sungguh pikir begitu. Melihat betapa seriusnya dia, aku tidak bisa membuat candaan tentang hal itu.
Dia tersenyum:
"Terima kasih. Itu semua karena kamu. "
"Apa maksudmu?"
"Ahaha...jangan pedulikan aku. Bukan apa-apa."
Dia mengangkat bahu tanpa menjawab.
Topik ini selesai - aku merasa dia mencoba mengatakan itu.
"Aku bisa mengerti kau berencana untuk terus menulis Fantasy Blade...tapi bagaimana dengan novel jenis lain?"
“Aku masih berencana ingin menulisnya. Bukan hanya genre pertempuran: Aku berencana ingin menulis jenis lain - komedi romantis misalnya. "
"Benar. Senpai memang pernah menulis cerita komedi romantis sebelumnya.”
"Um...Ya."
Dia mengangguk sekali. Reaksinya begitu karena model untuk tokoh-tokoh di dalam kisah komedi romantisnya itu adalah kita berdua.
Dia mengungkapkan cinta padaku - menggunakan lebih dari seratus halaman
Itu...cerita untuk lain waktu.
Aku menyembunyikan rasa maluku dan terus bertanya:
"Bagaimana menurutmu...setelah kau menulis novel genre yang berbeda?"
"Genre romantis sangat sulit - tapi itulah alasan aku ingin mencobanya."
Ucapnya sambil tersenyum. Sepertinya dia menikmati tantangan.
"Kouhai, sebelumnya, aku tidak mengerti kalau cerita romantis bisa menarik. Manga, novel, film, anime - Aku tidak pernah menemukan sesuatu yang bisa menggerakkan hatiku."
“…………… ..”
“Aku tidak bisa berempati dengan sebuah karakter. Aku tidak bisa membayangkan apa itu cinta atau benci, atau bisa menemukan sesuatu yang menarik di dalamnya. Aku tidak bisa mengerti perasaan karakter tersebut. Jadi, aku pikir aku tidak punya hak untuk membaca novel bergenre romantis. Aku pernah berpikir kalau genre romantis itu membosankan - jadi, aku membenci penulis yang menulis cerita romantis."
Dia menghela nafas.
"Masamune-kun, genre romantis itu sangat menarik."
Apa yang dia katakan sekarang adalah kebalikan dari apa yang dia katakan sebelumnya.
"Setelah aku memikirkan orang yang aku sukai, aku menjadi bersemangat - lalu aku tersipu, dan jantungku berdetak kencang. Sekarang...aku bisa mengerti perasaan itu."
"...Senpai."
Aku tidak mengatakan apa-apa. Karena senyumannya sangat menawan. Lebih dari novel bergenre romantis manapun.
"Sekarang, aku percaya aku bisa menulis novel bergenre romantis yang menarik...bisakah aku memintamu untuk membacanya ketika aku selesai?"
"...Tentu saja aku akan membacanya."
Jawabku dengan jujur.
Novel genre romantis baru buatannya mungkin akan menjadi best seller.
Malam di hari liburku: aku duduk di bak mandi, bergumam pada diri sendiri.
"...Aku tidak pernah mengira kalau aku akan tinggal bersama dengan Muramasa-senpai."
Sebelumnya, ketika kita pertama kali bertemu, aku menganggapnya seperti musuh. Aku tidak pernah mengira ini bisa terjadi.
Jika aku mengatakan pada diriku yang dulu bahwa suatu hari nanti, Senjyu Muramasa akan mengungkapkan cinta padanya - yah, dia mungkin akan memanggilku idiot.
"Fiuh..."
Aku meregangkan kaki dan menghela napas.
"...Pergi ke toko buku...membaca light novel...memakan jamuan makan malam Muramasa-senpai...kerjaan rumah sudah selesai."
- Banyak hal terjadi hari ini, tapi ini masih hari libur yang menyenangkan.
"Bagaimana kalau besok?"
Aku akan kembali bekerja lusa. Kalau begitu, mungkin tidur sepanjang hari merupakan pilihan yang baik.
Sebelumnya, ketika aku melihat ayahku tidur sepanjang akhir pekan, aku pikir "ini akhir pekan, ayah tidak merasa bosan seharian hanya tidur?"
Tapi sekarang aku mengerti. Dia "beristirahat sebanyak yang dia bisa" sehingga dia bisa memfokuskan energinya pada pekerjaannya.
"Baiklah, aku harus keluar sekarang."
Saat aku berdiri -
*Krek*
"————— Eh?"
"-----Hah?"
Muramasa-senpai masuk.
Haruskah aku mengatakan kejadian ini beruntung? Atau malang? Karena uap dari bak mandi membuatku tidak bisa melihat dengan jelas.
Tapi dia benar-benar telanjang.
Aku - dan Muramasa-senpai - keduanya diam membeku karena terkejut.
“……………………….”
“……………………… ..”
Kita berdua saling menatap, masih telanjang bulat.
Lalu, seperti komputer tua, kita perlahan-lahan menggerakkan mata kita.
Mataku melirik ke bawah dari wajah Muramasa-senpai.
Dia juga mengikuti tatapanku dan memperhatikan tubuhnya sendiri..
Kali ini, dia mengerti apa yang sedang terjadi.
"…Ah…"
Pertama terdengar suara kecil.
“~~~~~~~~~~~~~~~~ Yahhhhhhhhhhhh !!!!”
Lalu dia berteriak, tersipu malu. Dengan mata berkaca-kaca, dia menutupi dirinya dengan handuk.
"Ke...kenapa...kenapa kau ada di sini? Ini kan waktunya bagi perempuan untuk mandi...?"
"Ya ya! Elf memberitahuku kalau selama dua hari liburku, laki-laki diperbolehkan mandi terlebih dahulu!”
"Aku, aku belum pernah mendengarnya! Tidak, jangan lihaaaaaaaaaaaaaaaaaattttttttt !!!!
Dia pun lari, membanting pintu di belakangnya.
Yang bisa kulakukan hanyalah menatapnya dengan rahangku yang terbuka lebar.
"...Apa yang baru saja terjadi?"
Setelah aku sadar, hal pertama yang muncul di pikiranku adalah -
Aku seharusnya melihat lebih dekat.
Tolong maafkan aku. Aku laki-laki, apa boleh buat!
"Ah.... Aku merasa sangat lelah sekarang." Aku bergumam lemah.
Apa yang terjadi barusan benar-benar menghabiskan energiku.
Walaupun yang tadi adalah peristiwa yang normal dalam sebuah light novel, sama sekali tidak lucu ketika itu terjadi di dunia nyata.
Setelah ini, bagaimana aku bisa menghadapi Muramasa-senpai?
Aku sudah merasa sangat lelah, tapi sidangku masih jauh dari kata selesai.
Dengan krek, pintu kamar mandi terbuka lagi.
"...Ma, Masamune-kun...Aku akan bantu membasuh punggungmu."
Muramasa-senpai masuk lagi.
"Apa? Kau, kau, kenapa kau kembali?"
Dia masih ditutupi oleh handuk. Dan ada air mata di matanya. Namun dia masih saja berusaha bersikap tegar.
“Baru, barusan, aku melarikan diri dari pertempuranku...tapi perang dengan Sagiri telah dimulai! Aku sudah mempersiapkan diri! ”
"Jangan ubah kamar mandiku jadi medan perang!"
“Ini kesempatanku! Sekarang, aku akan mulai! "
"Tolong keluar! Atau setidaknya tutupi tubuhmu lebih banyak!”
Handuk itu sepertinya tidak bisa bertahan lebih lama...aku tidak bisa bertahan lebih lama.
“Bagaimana bisa aku lari dari medan perang lagi!? Persiapkan dirimu!"
Muramasa-senpai bergerak maju dan mulai membasuh punggungku, masih setengah telanjang.
"——–"
Aku hanya bisa menutup mata sekuat yang kubisa.
Tentu saja, setelah kita berdua sangat berisik seperti tadi, tidak mungkin tidak ada yang mendengar kita.
"Masamune! Apa yang terjadi!?"
Elf dan Sagiri (tablet) bergegas ke kamar mandi.
"Muramasa-chan? Apa yang sedang kau lakukan?"
"Lihat! Lihat? Aku mandi berdua dengan Masamune-kun!"
Sialan! Sekarang Muramasa-senpai membuat pose kemenangan.
"Dan aku juga -! Akhirnya aku melihat Masamune-kun telanjang!!”
Dia jelas-jelas tidak mengerti perbedaan antara genre romantis dan genre pertarungan.
"Ha, Muramasa, kau sudah terlambat!"
Seseorang jelas-jelas mencoba menuangkan minyak ke dalam api -
Itu Elf. Seperti seorang pemenang memasuki ring, dia melempar pakaiannya.
"Aku - sudah tidur dengan Masamune!"
Dia melakukannya lagi! Dia mengatakan sesuatu yang menyesatkan dengan sengaja!
“A, apa? Apa katamu!!?? Masamune-kun, apa artinya ini?”
“Tolong berhenti bertengkar dan pakai baju kalian! Hari ini adalah hari liburku!”
Semuanya kacau sekarang.
Ada Elf, yang hanya ditutupi oleh bra-nya dan dengan bangga mengangkat kepalanya.
Ada Muramasa-senpai, yang setengah telanjang.
Dan...
“Sungguh ~~~~~~~~!!! Kalian berdua!!!! Kalian harus ———!!! ”
*Dug dug dug dug* Langit-langit bergetar seperti ingin runtuh.
Di tengah-tengah kekacauan ini -
“Ahhhhhhhh!!! Hidupku………!!!"
Bahkan ketika aku mencoba mengakhiri ini menggunakan kalimat dari manga komedi, pertempuran tidaklah berakhir. Kenyataan pahit ini masih terus berlanjut.
0 Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan adat dan etika yang pantas.